Part 14

448 33 0
                                    

Gama menatap ke arah seseorang gadis berlari ke arah gerbang sekolah dengan keringat becucuran di dahinya, membuat gama kembali ke arah gerbang ke sekolah untuk menunggu gadis itu sampai. Gama menatap gadis itu dari atas sampai bawah membuat gadis itu risih

"Nahkan telat lagian gaya gak mau gue jemput telat kan" ucap gama namun gadis itu malah menatap gama dengan wajah heran

"Sok sokan mau jemput lu juga telat kan!" Gama hanya tersenyum tipis ke arah gadis itu

"Eeh kalian berdua ngapain di luar masuk" ucap pak dani guru bk dari arah lapangan, gama dan ellin berlari ke arah pak dani

"Kalian berdua lari keliling lapangan"
"Yah pak"
"Ck gak ada yang protes cepetin atau saya tambahin hukuman kalian"
"Eh gak gak pak, ayok lin" ellin dengan sangat tidak bersemangat berlari keliling lapangan sedangkan gama menatap wajah kusut ellin namun bisa membuatnya gugup.

Hingga seseorang datang lalu menarik tas ellin "arya?" Tanya ellin dengan wajah kaget

"Gue bawain tas lo kasian keberatan" ucapnya sambil berlari pelan mengikuti langkah ellin sedangkan, gama menatap sinis ke arah mereka

"Ini lagi di hukum bukan lagi date" ucap gama berlari meninggalkan mereka berdua membuat ellin bingung dengan sikap gama yang berubah-ubah.

Selesai melakukan hukuman gama masuk terlebih dahulu ke dalam kelas dengan wajah kesalnya

"Lo darimana aja?" Tanya adit ke arah gama yang sudah duduk di sampingnya

"Di hukum"
"Lah kok bisa lu tawuran?"
"Bukan gue telat"
"Kok bisa dah lu kan pagi-pagi udah disini" gama menutup mulut adit sedangkan ellin menatap ke arah mereka dengan wajah yang bingung

"Salah liat kali lo gue telat kok" gama memberikan beberapa lembar uang ke adit untuk menutup mulutnya

"Kurang" bisik adit lalu gama kembali memberikan beberapa lembar uang lagi

"Ooh iya gue salah liat kayaknya tadi gue liat udin bukan lu, iya bukan lu" ucap adit berteriak membuat ellin tambah bingung sedangkan adit tersenyum ke arah gama dan pergi keluar kelas.

Jam istirahat di mulai ellin yang sedang berjalan di koridor tanpa sengaja melirik ke arah lapangan dan menemukan gama yang baru saja istirahat latihan mengibaskan rambutnya yang basah membuat semua siswi berteriak melihat adegan itu.

"Ciee merhatiin gama" ucap meta membuat ellin kaget dan melanjutkan jalannya dengan mata yang masih menatap ke arah gama, bahkan gama kini juga menatap ellin.

"Ciee ellin sama gama ada apanih"
"Apan sih gak ada apa-apa ayok" ellin menarik tangan meta untuk menjauh dari lapangan.

"Lu kenapa senyum-senyum sendiri kesambet?" Tanya adit yang heran melihat sikap sahabatnya yang berubah

"Diih gue jadi takut deh lu senyum-senyum gitu takut lu gila" ucap adit sambil bergedik ngeri sedangkan gama malah mengeplak kepala adit dengan handuknya

"Kalo gue gila lu lebih gila" ucap gama pergi meninggalkan adit. Gama mencari-cari keberadaan ellin dan meta, saat gama sudah menemukannya gama duduk di samping ellin, dan menyandarkan kepalanya di pundak ellin membuat ellin kaget bahkan siswa-siswi yang ada di kantin

"Gama apansih" tanya ellin mulai risih saat semua orang menatap mereka sekarang, bahkan ada beberapa berbisik-bisik tentang mereka

"Gam bangun malu"
"Bentar doang lin, gue capek" ucapnya dengan mata yang masih memejam dan kepala yang masih menyandar di pundaknya, membuat ellin tidak bisa berbuat apa.

5 menit berlalu kini gama sudah tidak bersandar di pundak ellin karena seseorang datang membuat gama kesal.

"Kalo lo mau tidur itu di uks atau lu boleh pulang bukannya nyandar"
"Terserah gue dong mau tidur di pundak ellin, di paha ellin atau..." Gama menghentikan omongannya lalu mencium pipi ellin membuat ellin dan siswa disana kaget

"Atau cium dia" ucap gama dengan senyum misteriusnya mengejek lelaki di depannya, laki-laki yang sudah emosi langsung memukul gama hingga gama tersungkur di meja

Gama bangun mengelap darah yang keluar dari sudut bibirnya lalu memukul laki-laki itu balik

"Heh, gue udah bilang ke lu kan gue lebih berhak dari lu" ucap gama lagi lalu arya menarik kerah baju gama lalu memojokanya di tembok

"Arya gama udah!! Kayak anak kecil tau gak!" Ucap ellin berteriak lalu pergi meninggalkan mereka.

"Gama arya ikut saya ke ruangan" ucap pak budi dengan tongkat kayu di tangannya

"Kalian ini kenapa berkelahi di kantin! Masalahnya apa?"
"Dia duluan pak" ucap gama
"Dia pak duluan yang kurang ajar sama ellin" ucap arya tak mau kalah
"Gue udah bilang ke lu ya kalo gue lebih berhak dari lo!!"
"Emang lo siapanya ellin pacarnya? Bukan kan jangan kurang aja lo sama cewek heh!!" Arya mulai berdiri membuat pak budi bingung dan tambah kesal

"Kalian keluar besok bawa orang tua kalian besok" ucap pak budi, gama dan arya keluar dari ruangan pak budi namun arya kembali mencegat jalan gama

"Lo ini sebenernya siapanya ellin?"
"Kalo gue bilang lo gue siapanya ellin gue takutnya lu gila terus bunuh diri" ucap gama smirk ke arah arya lalu pergi meninggalkan arya.

Gama menemukan ellin yang sedang duduk di meja nya lalu menghampiri ellin dan menarik tangan ellin

"Lu ikut gue"
"Lepasin gue gak mau" gama tak menghiraukan teriakan ellin, dan malah menarik tangan ellin lalu di pojokannya di dinding sekolah membuat ellin takut

"Lu gak boleh deket arya lagi"
"Emang lo siapa ngelarang gue?"
"Gue calon suami lo, dan inget kata-kata gue ketika lo udah memilih untuk jadi istri gue, lu gak bakal bisa lepas lin" ellin hanya diam kaku menatap manik mata gama yang memancarkan kemarahan disana membuat ellin takut

"Lu pulang sama gue, awas aja lu sama arya gue bakal bilang ke seluruh siswa di sekolah ini kalo lo calon istri gue" ucap gama sambil menarik pinggang ellin untuk lebih dekat, gama mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka menempel dan gama mulai melumat bibir ellin dengan lembut.

Setelah kehabisan nafas gama melepas lumatannya menatap ellin sangat dalam

"Lo milik gue, dan gak ada satu pun yang bisa ambil lo dari gue termasuk arya ngerti?" Ellin hanya diam tidak bisa berkata apapun seperti lidahnya kelu, gama mencium kening ellin lalu tersenyum ke arah ellin

"Nafas lin" ucap gama tersenyum sedangkan ellin yang salting langsung pergi meninggalkan gama sendirian untuk menetralkan detak jantungnya.

Sedangkan gama hanya tersenyum ke arah ambang pintu sambil mengelap bibirnya "manis"

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang