Part 23

543 34 0
                                    

Gama menatap ellin dengan penuh tanya sedangkan ellin hanya tersenyum miris melihat gama

"Dia anak saya"
"Gue bukan murahan seperti yang lo lontarkan ke gue beberapa jam lalu cuma lo yang nyentuh gue, awalnya gue bakal rahasiain ini tapi melihat lo yang punya kekuasaan atas keluarga arya gue gak mau melibatkan banyak orang untuk urusan gue, tapi ternyata sampai sini gue menjadi jalang lo" ucap ellin gama yang tak percaya hanya diam, namun sesaat kemudian seseorang menelfon gama

"Hallo..."
"....."
"Iya cepat"
"......"
"Kamu yakin itu asli"
"....."
"Baik" gama menutup sambungan telfonnya sedangkan ellin sedang memungut bajunya untuk di kenakan namun, gama menarik tangannya dan menjatuhkan ke kasur.

"Maafin gue, maafin gue udah jadi arogan maaf atas kejadian malam itu karena emosi lo nanggung semuanya" ellin hanya menatap gama dan tidak bisa fokus karena bibir gama

"Kayaknya gue mau jadi jalang hari ini" ellin menarik leher gama dan melumat bibir gama menyalurkan hasratnya dan kembali melakukan itu.

Keesokan paginya gama terbangun lebih dulu dan menemukan ellin yang masih tertidur pulas. Ellin terbangun saat merasakan ciuman di leher dan pundaknya

"Pagi sayang"
"Bukan jalang?" Tanya ellin dan gama malah mengeratkan pelukannya dan kembali mencium ceruk leher ellin

"Kamu bukan jalang"
"Bukannya anda yang menyebut saya seperti itu kemarin" gama mencium bibit ellin dan melumatnya

"Bisa ajak gala kesini?"
"Enggak"
"Aku juga ayahnya"
"Ayah yang tidak pernah di temui selama 10 tahun"
"Lin please maafin aku, izinin aku dekat sama anak ku ya" ellin menghela nafasnya menatap mata gama, ellin merasakan ada rasa sesal di dalamnya bukan seperti tatapan gama semalam yang membuatnya takut.

Gama mengambil benda pipih di sampingnya karena berdering sejak tadi

"Kenapa pagi-pagi nelfon gue?"
"Lo sama ellin kan?" Gama menatap ellin yang hanya diam menatap gama

"Iya kenapa?"
"Gam gawat gala..."
"Kenapa gala?" Tanya gama yang mulai khawatir begitupun ellin yang langsung meminta gama untuk men loud speaker panggilannya dengan adit

"Gala di culik sama anak buah tomo"
"Sialan gimana bisa? Gue aja baru tau gala anak gue semalam"
"Orang kita yang berhianat gam"
"Lo kerahin semua detektif dan tim lo cari anak gue sampe dapet" ucap gama mengeratkan genggaman hp nya karena menahan marahnya.

Sedangkan ellin sudah panik namun masih tetap tenang untuk mengambil sebuah keputusan

"Aku gak mau tau gam gala harus selamat apapun yang terjadi"
"Aku janji sama kamu lin aku bakal selamatin anak kita" gama membawa ellin ke dalam pelukannya untuk menenangkan ellin setelah menemukan dimana titik anaknya gama bersiap untuk menyelematkan.

Gama mengecek semua pistol di ruangan rahasianya dan masukan ke dalam saku celananya.

"Kamu disini jangan kemana-mana aku mau pergi nyelamatin anak kita"
"Aku ikut"
"Lin disini oke? Ini terlalu bahaya untuk kamu, seenggaknya nanti gala masih bisa liat kamu"
"Gama! Maksud kamu apan kamu harus selamat dan bawa anak kita pulang demi aku" ucap ellin dengan mata nya yang sudah berkaca-kaca, gama mencium kening wanitanya lalu masuk ke dalam mobil.

"Siapapun yang berani melukai penerus ku akan aku pastikan dia tidak bisa melihat matahari lagi" ucap gama dengan penuh emosi, sopir pribadi gama melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi atas permintaan gama.

Gama menatap gedung tua yang sudah lama kosong itu lewat monitor, gama dan adit mulai menyusun rencana untuk menyelamatkan gala.

Gama, adit dan pasukannya mulai menyebar agar tidak terlihat dan bersembunyi agar tidak ketahuan oleh anak buah tomo, sedangkan gama masuk ke dalam gedung tua berhadapan langsung dengan tomo

"Woow tuan gama aryasetya datang hanya karena bocah?" Gama tersenyum sinis ke arah tomo bahkan meludah di wajah tomo

"Anda itu hanya secuil kuman yang mengancam saya menggunakan anak saya, apakah anda sebegitu takutnya menemui saya sehingga anda menculik anak saya untuk mengancam saya" gama mendekat ke arah tomo yang sudah marah

"Arogan sekali anda tuan padahal nyawa anak anda ada di tangan saya" anak buah tomo memperlihatkan gala yang masih pingsan duduk di kursi dengan pistol di kepalanya.

Gama mengepalkan tangannya lalu melepas pelatuk dari pistolnya menembak salah satu anak buah tomo hingga tewas, anak buah tomo kini mulai waspada dengan pistol di tangannya namun di tahan oleh tomo sendiri

"Ternyata tidak sia-sia saya membayar salah satu anak buah anda dengan bayaran mahal, melihat anda yang sangat ketakutan seperti ini tuan"
"Tutup mulutmu saya akan pastikan mulut besarmu itu tidak akan bisa berbicara banyak lagi besok" gama menodongkan pistolnya di kepala tomo, lalu gama memberikan instruksi ke arah adit untuk menyelamatkan gala.

Semua anak buah gama keluar dari persembunyianya lalu menembakan senjata ke arah anak buah tomo begitupun dengan gama yang sudah bertarung melawan tomo, gama menembakan pistolnya ke arah anak buah tomo dengan kejam namun tanpa dia sadari seseorang berlari ke arah gala dan menembakan pistolnya membuat gama syok.

Gama merebut pistol di tangan anak buah tomo yang sudah mati lalu menembakan pelurunya mengenai jantung lalu menendang luka hingga anak buah tomo mati secara perlahan.

Gama berlari ke arah anaknya menatap anaknya yang sudah tak sadarkan diri, gama mengangkat tubuh anaknya keluar dari gedung itu. Gama benar sudah tidak peduli dengan tomo yang sudah berhasil kabur.

"Lo urus semuanya jangan sampe ada bukti, gue mau ke rumah sakit" ucap gama dengan wajahnya yang penuh dengan darah orang-orang yang di bunuhnya tadi bercampur dengan darah anaknya.

Gama berlari ke arah ugd dengan tubuh yang masih bersimbah darah
"Dokter, DOKTER!!!" Gama berteriak memanggil dokter hingga dokter menghampiri mereka dan terkejut melihat keadaan gama saat ini

"Ngapain bengong! Anak saya sudah kehilangan banyak darah" ucap gama mencekik leher dokter itu lalu di lerai oleh salah satu ajudannya, dokter itu langsung membawa gala ke ruangan operasi

Gama mondar mandir di depan pintu ruang operasi karena cemas dengan keadaan anaknya, hingga seorang perawat menghampiri gama

"Maaf pak anak tuan kehabisan darah saya butuh tuan sebagai pendonor" gama hanya mengangguk dan mengikuti perawat tersebut untuk masuk ke dalam ruang operasi.

Gama menatap anaknya yang berbaring lemas dengan banyak selang di tubuhnya.

"Kamu harus bangun nak, bunda nunggu kamu di rumah jangan biarkan ayah menyesal untuk kedua kalinya karena gagal menjaga kamu" ucap gama yang tanpa sadar menitikan air matanya.

Gama mengenggam tangan anaknya sepanjang malam ellin pun sudah mengetahui keadaan anaknya setelah operasi selesai

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang