"Yakin ini bakal berhasil, Din?" Jemariku meremas-remas tissu. Grill 'N Shake lumayan ramai. Aku dan Dina memilih duduk di pojokan, tempat yang kira-kira cukup jauh dari telinga orang-orang. Aku tidak tahu bagaimana nanti Kevin bakal bereaksi. Yeah, meski aku punya firasat kalau Kevin bakal ketus. Semoga dia tidak pakai nada tinggi saat bicara padaku nanti.
Dina mencomot satu kentang dari kotak kertas. "Pasti sukses."
Aku memicingkan mata. "Kok bisa yakin banget?"
"Insting." Ujar Dina cuek. Dia lanjut mengunyah kentang.
Aku menahan diri untuk tidak berteriak frustrasi dan membalik nampan di meja. Serius. Mentang-mentang masih dalam masa harus baik-baik karena baru baikan, Dina memanfaatkan situasi. Bisa-bisanya Dina tanpa merasa sungkan memesan banyak makanan. Saat aku kelihatan tidak rela, Dina bilang kalau harga ini tidak seberapa dengan apa yang akan aku terima.
"Awas aja kalau ternyata enggak sukses." Dumalku pelan.
Dina cuma mengangkat bahu, menyeruput milkshake cokelatnya. "Eh, mereka datang."
Aku langsung menegakkan posisi duduk. Kujilat bibirku. Rasa ingin kabur mulai muncul. Sadar kalau aku panik, Dina melempar senyuman kecil untuk menyemangatiku.
Damar dan Kevin berjalan dari arah parkir. Mereka seperti sedang mengobrol ringan.
Jantungku berdegup lebih kencang.
Kevin mengedarkan pandang dan sepersekian detik kemudian ekspresi ramahnya berubah menjadi kelam. Cowok itu mengerutkan dahi lalu mengomel pada Damar. Damar, aku kagum sekali dengan sikap santainya, membalas ucapan Kevin tanpa terpancing emosi. Kevin berbalik tapi Damar mencengkeram baju Kevin.
Hatiku mencelos. Ini persis dengan apa yang kubayangkan.
Kevin sedikit berontak. Damar mengucapkan sesuatu di telinga Kevin yang membuat Kevin jadi diam. Apa pun itu, Damar berhasil mencegah Kevin kabur. Kevin mendekat dengan tatapan menusuk.
Aku sesak. Mungkin ini yang dirasakan oleh cewek-cewek yang dimasukan Kevin ke dalam daftar hitamnya.
"Um, halo Vin." Usaha Dina membuat suasana cair gagal total. Dia melirik Damar yang tidak memberikan bantuan apa-apa.
Aku diam.
Kevin menarik bangku lalu menghempaskan diri. Dengan malas-malasan, cowok itu mengeluarkan ponsel lalu membuka-buka isinya.
Damar hendak duduk tapi dicegah Dina. Dina buru-buru berdiri, menarik lengan Damar. "Mar, aku pengin makan kentang."
"Itu ada kentang." Kata Damar.
"Udah enggak panas. Aku mau kentang masih panas." Dina setengah menarik Damar.
"Kamu biasanya tetap mak... aduh," Damar mengelus lengannya.
Dina memasang tampang manis. "Kenapa, Mar?"
"Bukan apa-apa," Damar balas memasang tampang manis pada Dina. "Vin, mau dipesankan apaan?"
"Soda aja." Kevin terpaku pada ponselnya.
Sebelum Damar, yang aku yakin pura-pura bego, bikin ulah macam-macam, Dina menyeret cowok itu ke dalam Grill N' Shake. Sesekali Dina menoleh. Dia kelihatan cemas tapi tidak bisa berbuat lebih jauh.
Aku sendirian menghadapi Kevin.
Sejak tragedi di ulang tahun Kevin, baru kali ini aku bisa berdekatan dengan Kevin lagi. Di kegiatan ekstrakulikuler, selalu ada orang-orang lain yang menjadi tamengku. Kalau sudah terlalu canggung, Dodo atau Damar akan mengambil alih suasana. Sekarang, aku tidak punya siapa-siapa yang membantuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-Diam Suka
Genç KurguWaktu Gia si nerd SMU Harapan jadi manager sepak bola, semua pada kaget. Karena cewek itu terkenal pantang buang-buang waktu untuk hal yang enggak penting. Waktu Gia menjurus punya hubungan teman tapi mesra dengan Kevin, semua orang biasa saja karen...