34|¦ CHANGE - ( revisi )

249 17 0
                                    

Jangan lupa untuk vote sebelum membaca !!!

••••••✧ !!!

Dengan gontai Alder berjalan memasuki apatermennya. Ia melemparkan tasnya sembarang dan langsung merebahkan tubuhnya diatas sofa. Rasanya hari ini benar-benar melelahkan baginya. Tugas yang menumpuk, dosen yang menyebalkan, serta kejadian yang sedikit aneh baginya.

Ia perlahan memejamkan matanya, berniat untuk sedikit menghilangkan rasa lelahnya. Lelah karena harus adu mulut dengan dosennya yang sialan. Sebenarnya ia adu mulut bukan karena sesuatu yang besar. Ia adu mulut dengan dosennya karena ia protes mengenai tugasnya yang menumpuk. Ia tidak mau jika waktunya yang berharga harus tersita dengan tugas-tugas yang menyebalkan.

"Udah pulang?" ujar seseorang membuat Alder refleks membuka matanya. Dilihatnya Justin tengah berjelan mendekatinya. Anak itu duduk disofa yang berada tak jauh darinya.

"Kalo gue belum pulang, gue ga bakal disini." sinis Alder yang kemudian kembali memejamkan matanya.

"Gimana hubungan lo sama Stella?" satu pertanyaan yang keluar dari bibir Justin membuat Alder refleks membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk.

Dengan sedikit lesu, Alder mengatakan,"Gitu-gitu aja. Btw, di-"

"Dia dulu cowok?" potong Justin cepat seolah tahu apa yang akan dikatakan oleh Alder.

"Kok lo tau?"

"Pita yang ngasih tau."

Alder menghembuskan napasnya kasar. Sepertinya ia sudah tidak mengharapkan apapun lagi dari hubungannya dengan Stella. Terlebih ketika ia tahu bahwa gadis itu dulunya-aakkhh sepertinya topik itu akan menjadi topik yang sangat sensitif baginya. Apalagi jika mengingat apa yang sudah ia lakukan dengan gadis itu.

"Kayanya gue mau nyerah aja buat ngejar dia." keluh Alder.

Justin melirik kearah Alder. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Kok gitu?"

"Ya, dia kan-"

"Lo ga bisa gitu dong. Lo ga inget kalo dia pernah dipake sama lo cuma buat melampiaskan hawa nafsu lo?"

Alder terdiam mendengar kalimat Justin. Lidahnya terasa kelu seketika.

"Kok lo malah ngedukung gue hubungan sesama jenis?" protes Alder tak terima disalahkan begitu saja.

"Bukannya gue ngedukung, tapi lo nya yang maksa gue buat ngedukung."

Alder mengerutkan dahinya. Ia merasa bingung dengan apa yang diucapkan temannya. Apa maksudnya ia yang memaksa temannya itu untuk mendukungnya? Jangankan memaksa, meminta dukungan saja ia tidak pernah.

Seolah tahu apa yang dipikir temannya, Justin tersenyum melihat gelagat Alder. Kemudian ia mengatakan, "Lo duluan yang mulai semuanya. Lo yang waktu itu ngejar-ngejar dia sampe akhirnya lo bisa make dia demi melampiaskan hawa nafsu lo."

"Terus?"

"Bego lu ga ngerti-ngerti."

Merasa lelah dengan pertanyaan Alder yang membuatnya kesal, akhirnya Justin pun menyelesaikan percakapannya dengan Alder dengan kalimat yang justru membuat Alder semakin tidak mengerti. Bahkan sepertinya anak itu kini tengah berpikir keras demi mengetahui apa yang dimaksud oleh Justin.

"Mak-"

"Breh, gua keluar bentar." ucap Aldo tiba-tiba memotong kalimat Alder. Anak itu berjalan menuju pintu apatermen dengan pakaian yang sudah rapih.

Karena penasaran apa yang ingin Aldo lakukan, Justin pun memanggil anak itu, "Mau kemana lu?"

Merasa terpanggil, Aldo pun membalikkan tubuhnya, ia berjalan mendekati Justin dan Alder. Ia tersenyum sumringah kepada keduanya.

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang