25|¦ CHANGE - ( revisi )

300 21 0
                                    

Sebelum baca
Jangan lupa untuk memberikan voter terlebih dahulu, jangan jadi sider.

Author minta 10 vote gapapa kan ? Gapapa dong , biar semakin semangat nulisnya.

Happy Reading

••••••✧ !!!

Stella tengah berjalan memasuki kamarnya. Ia duduk di pinggiran ranjang tempat tidurnya. Matanya sangat terasa berat sekali untuk di buka. Kini sudah pukul tujuh pagi. Semalam ia tak langsung pulang setelah mengunjungi Lia. Ia sempat menemani anak tersebut untuk tidur.

Namun saat Lia sudah tertidur, Stella memilih untuk ke sebuad cafe yang letaknya tak jauh dari apatermen Lia. Ia berniat untuk menenangkan pikirannya.

Tapi bukannya tenang, justru kini ia tengah dilanda rasa mengantuk. Terlebih, pengaruh alkohol yang semalam ia minum masih terasa. Untung saja sekarang hari libur. Jadi ia tak perlu bolos kuliah hanya karena rasa kantuk yang melanda dirinya.

Stella merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Perlahan ia memejamkan matanya, berniat untuk tidur dan menenangkan pikirannya. Perlahan ia mulai berada di bawah alam sadarnya. Dirinya kini sudah mulai lelap dalam tidurnya.

"Aku suka sama kamu Lia, aku mau kamu jadi pacar aku."

"Gua ngelindungin lo karena gua suka sama lo."

"Aku janji aku ga bakal minta kamu lagi buat nerima aku."

"Akhh!!"

Stella membuka matanya. Ia mengusap wajahnya kasar. Sialan, kenapa disaat seperti ini semua kata-kata itu terbayang di pikirannya? Padahal kini ia ingin menenagkan pikirannya, bukan mengingat kalimat-kalima tadi.

Stella menatap langit-langit kamarnya. Perlahan, matanya kembali tertutup. Dirinya kini mulai memasuki alam bawah sadarnya kembali. Memimpikin suatu hal yang indah baginya.

*drrtt*

Stella refleks membuka kedua matanya mendengar handphone nya berbunyi. Stella hanya berdecak sebal mendengarnya. Siapa yang menghubunginya di pagi-pagi seperti ini? Toh, kalian juga pasti akan kesal ketika kalian di hubungi orang lain di pagi hari seperti ini. Apalagi di saat-saat kalian mengantuk.

Dengan rasa terpaksa, ia merubah posisinya menjadi duduk. Ia merogoh handphone nya yang berada di saku celananya. Ia memutar bola matanya malas saat melihat nama yang tertera di layar handphone nya. Perlahan, ia menggeser tombol hijau pada layar habdphone nya.

"STELLAAA."

Baik, kini Stella tengah menahan emosinya. Sudah mengganggu orang lain, sekarang ia malah meneriakinya dari sebrang sana. Bukankan itu tidak sopan? Walapun ia lebih tidak sopan karena datang malam-malam ke apatermen orang lain.

"Stella, gue izin mau ke apatermen kak Alder ya? Ditemenin sama kak Justin kok."

"..."

"STELLAAA."

*Braak*

Stella membanting handphone nya. Lihat, sekarang apa yang telah ia lakukan karena emosinya. Bahkan setelah membanting handphonen nya ia tetap memasang wajah datar tanpa dosa. Tapi tidak apa. Toh, kakaknya memiliki banyak uang. Ia tinggal minta dibelikan handphone baru saja pada kakaknya. Tapi seblumnya ia mungkin akan terkena amukan dari Grace.

Stella mengusap wajahnya kasar. Ia hanya memandang handhpone nya yang terletak di lantai dengan keadaan sudah rusak.

"Ck."

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang