01|¦ CHANGE - ( revisi )

2.5K 72 5
                                    

Zero Fernand, pria bertubuh bongsor itu kini tengah terbaring di atas bangsal yang berada di salah satu ruangan rumah sakit. Ia dengan perlahan membuka kedua matanya dan mulai mengatur pencahayaan yang menyinari indra penglihatannya.

Setelah berhasil mengatur pencahayaan, ia dengan tatapan kosongnya melihat sekelilingnya yang didominani nuansa putih.

Hingga tak lama, terdengar suara pintu terbuka. Pandagan si pria langsung teralihkan ke arah pintu ruangan.

Terlihat, seorang wanita tengah berjalan ke arahanya. "Jadi ini penampilan baru lo?" tanya si wanita dengan nada sedikit menyindir membuat Zero menghela napasnya dengan kasar.

"Kak," panggilnya pada sang wanita membuat wanita yang ia panggil Kakak tadi menaikkan sebelah alisnya.

"Lo punya kaca?"

Grace Fernand, wanita itu mendengus geli ketika mendengar perkataan sang adik. "Sebegitu penasarannya sama muka baru lo," sindirnya.

"Kak, gue ga mau debat cuma gara-gara kaca."

"Iya, iya. Gua bawa nih." setelah mengucapkan kalimat tadi, Grace dengan segera langsung mengeluarkan sebuah kaca dari dalam tasnya. Kemudian ia langsung memberikan kaca tersebut kepada sang adik.

Dengan sedikit keraguan, Zero mengambil kaca tadi dari sang Kakak. Kemudian ia langsung mengarahkan kaca tersebut ke arahanya.

Ia dapat melihat wajah seorang gadis cantik berada di dalam pantulan cermin. Awalnya ia sempat tertegun dan tersenyum. Namun setelah mengingat siapa dirinya, ia kembali memudarkan senyumnya. Kemudian dengan perlahan, Zero mengalihkan pandangannya dari kaca. Ia melihat bagian area dadanya yang kini sudah terdapat dua gundukan.

"Lo adaptasi dulu, nanti juga lama-lama lo bakal terbiasa." Grace dengan senyumnya mencoba untuk menenangkan sang adik ketika melihat raut wajah adiknya itu seperti orang panik.

"Terus kuliah lo gimana? Besok kan lo udah mulai kuliah," ujar Grace kembali membuat Zero menatap Kakaknya dengan sedikit kebingungan.

"Maksud lo?"

Grace menghela napas kasar mendengar ucapan sang adik yang terdengar seperti hal bodoh di telinganya. "Ya, buat - Zer, lo jangan bikin gua ngamuk."

"Iya, iya. Gue ngerti. Lagian semuanya udah lo urusin kan? Gua kan tinggal terima jadinya aja."

"Lo kata gue babu lo? Kerjaan gua banyak."

"Ya lo masa ga mau nyisain waktu buat mikirin adek lo ini."

Grace menghela napasnya. Mau berdebat sampai kapanpun ia akan kalah jika lawan debatnya itu adiknya sendiri. "Oke, gue udah bikinin lo nama. Stella Kayla Fernand, Stella panggilan lo dan karena lo nyerahin semuanya ke gue, jadi semuanya gue yang ngatur. Ga ada protes-protesan."

"Oke, udah selesai kan?"

"Enak banget hidup lo."

Zero mendengus geli melihat gelagat Kakaknya yang sepertinya kesal sekali dengannya. Namun dibalik senyumnya itu, ada perasaan yang tidak enak baginya. Ia rasa hal ini benar-benar seperti ide gila yang pernah terpikirkan olehnya. Sejujurnya ia tak pernanh menginginkan hal ini, tapi mau bagaimana lagi, kadaan yang membuatnya harus melakukan.

"Apa gue ga bakal nyesel ngelakuin ini?"

.
.
.
Tbc !!
Maaf jika part satunya pendek ya.

Silahkan berikan vote dan comment nya,

terima kasih.

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang