30|¦ CHANGE - ( revisi )

333 18 8
                                    

Kita netral dulu ya para pembaca !!!

••••••✧ !!!

Stella perlahan membuka pintu rumanya. Ia takut kakaknya akan memarahinya saat mengetahui bahwa ia sudah pulang. Maka dari itu, ia memasuki rumahnya dengan cara mengendap-endap.

Seusai menutup kembali pintu rumahnya dengan perlahan, Stella berjalan dengan perlahah, takut nantinya jika ia terburu-buru akan mengeluarkan suara yang mengundang kehadiran kakaknya. Namun seberusaha mungkin ia agar tidak tertangkap basah oleh kakaknya, semuanya nihil. Kakaknya sudah berdiri di hadapannya dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dada.

"Dari mana semalem?" tanya Grace dengan air muka dingin.

Stella pun hanya bisa diam membisu. Dari sorot tatapan kakaknya saja ia sudah menyimpulkan apa yang akan terjadi seteleh ini.

"Lo semalem ke club?"

Baik, apa yang ia pikirkan sudah terbukti sekarang. Kakaknya pasti akan mengetahui apa yang semalam ia lakukan.

"Bosen hidup lo? Udah berapa kali gua bilang sama lo!!" bentak Grace dengan suara yang menggelegar serta kedua mata Grace yang kini memerah.

"Maaf." lirih Stella dan hanya mendapatakn balasan decihan sarkas dari Grace.

"Udah berapa kalo lo minta maaf? Gua ga butuh maaf lo, gua cuma butuh pembuktian lo!!" sarkas Grace seraya ia menudingkan jari telunjuknya di hadapan Stella.

"Gua cuma mau kasih yang terbaik ke lo. Kalo lo ga mau, lo bisa hidup sendiri. Lo ga mau kan dikasih tau yang baik? Silahkan lo urus hidup lo sendiri!!" bentak Grace. Setelahnya, gadis yang berusia lebih tua dari Stela itu pergi meninghalkan Stella yang masih mematung ditempat.

Stella hanya bisa menatap kepergin sang kakak dengan tatapan sendu. Ia tak tahu lagi harus bagaimana sekarng. Padahal semalam ia pergi keclub hanya untuk menenagkan pikirannya. Tapi mengapa semuanya malah menjadi kacau seperti ini?

Menghela napas berat, Stella berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia segera menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Kakinya pun kini mulai terasa lemas. Perlahan, ia mandudukan dirinya di atas lantai dan menyenderkan badannya di depan pintu.

Seakan sudah tak memiliki semangat untuk hidup. Semuanya seakan sudah hancur. Rasanya ia sudah tak tahu harus mengarah kemana lagi kehidupannya.

Tess

Cairan berwarna bening keluar dari matanya, meningglkan jejak-jejak air mata. Kalian mungkin mengenal Stella sebagai seorang pria yang tanggguh. Namun jangan lupakan bahwa seorang pria pun makhluk hidup yang dapat merasakan kesedihan.

"Bukan kehidupan gini yang gue mau." lirih Stella dengn air mata yang terus mengalir.

Seakan film yang tengah diputar, memori dimana kalimat-kalimat yang sangat menyakitkan teringat kembali. Kalimat-kalimat yang sejujurnya tak pernah ingin ia dengan dalam kehidupannya.

"Gua kira Lo anak yang baik. Tapi perkiraan gua salah. Kayanya lo udah gila Stel. Gua masih normal dan gua ga akan jadi gila kaya lo."

"Dia masih normal ga sih?"

"Masih aja jalan santai, ga malu apa tuh anak karena kejadian kemaren?"

"Najis, sumpah lo ya. Jadi dulu itu lo cowok terus oprasi kelamin jadi cewek? Pantes aja muka lu cakep banget dah kaya apaan tau ampe bikin cewek satu kampus inscure sama lo!!"

"Gua cuma mau kasih yang terbaik ke lo. Kalo lo ga mau, lo bisa hidup sendiri. Lo ga mau kan dikasih tau yang baik? Silahkan lo urus hidup lo sendiri!!"

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang