40|¦ CHANGE - ( revisi )

255 12 2
                                    

Jangan lupa untuk vote terlebih dahulu sebelum membaca !!

••••••✧ !!!

"Aakhhh."

Vero, pria yang sebelumnya tengah tidur itu terbangun ketika merasakan lehernya sakit. Memegangi tengkuknya, Vero segera bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk. Ia semalaman tidur di sofa sehingga membuat lehernya sakit, semalam juga Stella sudah dipindahkan ke ruang inap VIP sehingga fasilitas ruangan rawat Stella kini sudah lebih lengkap dan kini anak itu sedang koma. Entah kapan Stella akan bangun, Vero tidak mengetahuinya.

Vero sesekali meregangkan ototnya. Kemudian pandangannya langsung teralihkan ke arah sang kekasih yang masih tidur dalam posisi terduduk. Kepala wanita itu terletak diatas bangsal dan kedua tangannya memegangi tangan kanan Stella. Ah, Vero jadi kasihan melihatnya. Sudah berapa lama wanita itu menangis? Bahkan saking lamanya sampai tertidur.

Semalaman ia menemani sang kekasih. Orang-orang yang sebelumnya menunggu di ruang rawat Stella semalam mereka sudah pulang, terlebih mengingat teman-teman Stella itu ada jadwal kuliah pagi ini.

Vero yang tidak ingin mengganggu tidur Grace pun langsung berjalan menuju toilet. Di dalam toilet ia membasuh wajahnya dan tak lupa menyikat giginya. Semalam ia kembali ke rumah Grace untuk mengambil keperluan wanita itu, ia juga tak sengaja mampir ke supermarket untuk membeli peralatan mandi untuknya seperti sikat gigi dan lain-lain, mengingat jarak antar rumahnya dengan rumah sakit juga cukup jauh sehingga tidak memungkinkan jika ia harus pulang hanya untuk mengambil berbagai macam keperluannya.

Setelah selesai melakukan aktivitasnya, ia mengelap wajahnya menggunakan handuk kecil. Tidak, itu bukan handuk yang ia beli di supermarket, melainkan handuk itu milik Grace. Sebenarnya ia tidak terlalu yakin jika handuk itu milik Grace karena warna handuk berwarna biru gelap. Bukannnya apa, bukan kah wanita lebih menyukai warna merah muda atau warna yang lebih soft? Entahlah, ia juga tidak mengerti.

Setelah membereskan barang-barangnya, Vero segera keluar dari toilet. Pandangannya langsung menangkap seorang wanita yang sedari tadi tertidur dengan posisi yang sama dengan sebelumnya, seperti tak ada pergerakan sedikitpun dari wanita itu. Entah sekarang terlalu pagi atau Grace yang terlalu lelah, sehingga membuat wanita itu tidur dengan pulas.

Tersenyum, Vero menghampiri Grace. Kemudian ia sedikit membungkukkan badannya untuk menyamai tingginya dengan posisi sang kekasih. Tangannya terangkat untuk merapihkan rambut wanita itu, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajahnya. Vero sedikit miris meliat wajah Grace. Hidung dan mata wanita itu memerah dengan terdapat beberapa jejak-jejak air mata.

Vero tersenyum ketika sepintas ide terlintas dipikirannya. Sempat ragu, akhirnya Vero memutuskan untuk melakukan idenya itu. Toh, ia juga tidak mau melihat gadisnya tertidur dengan posisi yang tidak nyaman.

Vero pun mengangkat tubuh Grace, mengendongnya ala bridal style dan membawa gadis itu menuju sofa. Kemudian ia mendudukkan gadisnya itu diatas sofa dengan kepala yang menyandar pada punggung sofa.

Vero tersenyum melihatnya, setelahnya ia langsung duduk di sebelah Grace. Pandangannya tak teralihkan sama sekali dari wanita yang berada di hadapannya, pahatan wajah yang sempurna bak seorang bidadari, hati yang baik, selalu menerima apa adanya, itu semua yang membutnya bertahan bersama gadis itu. Ia benar-benar bersyukur karena bisa memiliki seorang kekasih yang diidamkan banyak orang di luar sana.

Tersenyum, tangan Vero terangkat untuk mengelus lembut surai legam Grace. Gadis itu, benar-benar sempurna, bahkan ketika setelah menangis sekalipun.

Tangannya masih tak berhenti mengelus kepala Grace. Senyumnya juga tidak pudar sama sekali.

"Hhmm," raung Grace ketika merasa ada sesuatu yang sedikit mengganggu tidurnya. Vero yang melihatnya tersenyum geli, seoala ia baru saja menjahili anak kecil yang tengah tertidur pulas.

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang