39|¦ CHANGE - ( revisi )

289 12 0
                                    

Jangan lupa untuk vote terlebih dahulu sebelum membaca !!

••••••✧ !!!

"Hiks, Stella!!"

"Grace, tenang."

Pagi itu Vero benar-benar kewalahan menghadapi kekasihnya. Grace semalaman menangis. Setelah berita Stella masuk rumah sakit, Vero tak langsung mengizinkan Grace pergi ke rumah sakit karena pada saat itu keadaan sudah tengah malam. Ia tidak ingin kekasihnya itu sakit jika semalaman di rumah sakit tanpa tidur sama sekali.

"Kita harus pergi sekarang. Aku takut Stella kenapa-kenapa!!" raung Grace dengan keadaan yang tidak baik. Mata dan hidung wanita itu sudah memerah dan terdapat jejak-jeka air mata diwajah wanita itu.

"Iya, iya. Tapi kamu sarapan dulu." ucap Vero mencoba untuk terus menahan Grace agar kekasihnya itu tidak pergi ke rumah sakit tanpa dirinya.

"Vero, semalem kamu ngelarang aku ke rumah sakit dengan alasan udah malem, tadi kamu suruh aku mandi dulu, sekarang kamu suruh aku sarapan dulu. Kamu ngerti ga sih rasanya gimana?"

"Aku ngerti. Tapi aku ga mau kamu yang justru kenapa-kenapa."

Grace terdiam mendengar ucapan Vero yang seperti sebuah bentakan. Ada benarnya juga apa yang kekasihnya itu katakan. Tapi entahlah, mungkin ia terlalu panik sehingga ia tidak memikirkan bagaimana kondisinya sendiri.

"Makan dulu," ucap Vero yang seperti sebuah perintah.

Dengan pasrah, Grace pun duduk di meja makan dan langsung menyantap roti bakar buatan sang kekasih dengan ditemani segelas susu putih. Begitupun dengan Vero, pria itu dengan tenang memakan rotinya. Sesekali pandangan Vero teralihkan pada Grace yang terlihat benar-benar murung. Ia sangat mengetahui bagaimana perasaan wanita itu sekarang, rasa enggan untuk kehilangan orang yang disayanginya.

Setelah selesai memakan rotinya, Grace langsung meminum segelas susu putihnya dan segera menuju ke kamar mandi. Ia membasuh wajahnya yang terlihat begitu kusam. Tak lama, ia segera keluar dari kamar mandi dan mendapati sang kekasih yang tengah menunggunya.

"Udah siap?" tanya Vero yang dibalas anggukan kecil oleh Grace.

Kemudian mereka segera menuju mobil Vero. Tanpa basa-basi, keduanya langsung memasuki mobil sedan berwarna abu-abu itu dan segera meluncur ke rumah sakit.

Disepanjang perjalanan hanya megnyisahkan keheningan. Vero yang sibuk menyetir mobilnya dan Grace yang dilanda perasaan cemas. Ia benar-benar cemas dengan keadan adiknya. Entah bagaimana keadaan adiknya itu sekarang, tapi yang jelas tadi pagi ia sempat menerima pesan dan Pitaloka bahwa keadaan Stella kini tengah kritis. Hal itu yang membuat perasaan Grace semakin berkecamuk.

Setelah beberapan menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Seusai Vero memarkirkan mobilnya, Grace dengan cepat keluar dari mobil sang pacar. Entah mengapa rasanya air matanya ingin mengalir kembali.

Gracw terus berlari tanpa mempedulikan Vero yang tengah susah payah untuk mengejarnya. Ia juga tak mempedulikan orang-orang disekitarnya yang menatapnya dengan heran. Ia langsung berlari menuju ruangan dimana adiknya dirawat. Semalam, Pitaloka sudah memberi tahukan diruangan mana Stella dirawat.

Tanpa peduli dengan sekitar, Grace langsung membuka pintu ruangan dimana Stella dirawat membuat beberapa orang yang berada di dalamnya sedikit tersentak.

Seketika kaki Grace terasa lemas melihat adiknya terbaring dengan lemah diatas bangsal. Ia menghampiri Stella dengan susah payah. Rasanya benar-benar semenyakitkan itu melihat orang yang ia sayangi tak berdaya. Oh ayolah, kakak macam apa ia yang tak bisa menjaga adiknya?

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang