18|¦ CHANGE

442 24 7
                                    

Pitaloka berjalan memasuki rumahnya dengan keadaan mengantuk. Pasalnya, ia di rumah Grace cukup lama dan ia baru pulang pukul sepuluh malam.

Saat sudah memasuki rumahnya, ia langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu.

Ia mencoba memejamkan matanya. Namun, ia mendengar suara air mengalir dan suara berbenturan dari piring satu dengan piring yang lainnya. Suara tersebut sepertinya berasal dari dapur di rumahnya.

Ia berniat untuk memeriksa dapur rumahnya. Ia bangung dari tidurnya dan berjalan menuju dapur. Setelah sampai di dapur, ia menghentikan langkahnya saat melihat abangnya tengah menyuci piring.

Senyum Piitaloka mengembang melihat abangnya yang sangat rajin. Arsen Jyestha Crendhard, abang Pitaloka yang sangat menyayanginya. Orang tua mereka mempercayai Arsen untuk menjaga Pitaloka karena perkejaan mereka yang cukup sibuk.

Pitaloka berjalan mendekati Arsen dan ia memeluk Arsen dari belakang. Arsen yang mendapatkan pelukan dari Pitaloka, ia hanya tersenyum. Arsen meletakkan piring terakhirnya dan mencuci tangannya, kemudian ia mengelap tangannya pada kain yang tergantung di sebelah wastafel.

Ia melepaskan tangan Pitaloka dan membalikkan tubuhnya menghadap Pitaloka.

"Abis dari mana pulangnya malem gini?" tanya Arsen.

Pitaloka menyengir dengan cengiran andalannya. Arsen hanya bisa menggeleng pelan. Ia sudah paham sekali dengan sifat adiknya yang satu ini.

"Abis dari rumah Stella." ujar Pitaloka.

"Kamu udah makan malem? "

"Udah, sama Kak Grace sama Stella. Tapi, pas makan tiba-tiba aja Stela pergi"

Arsen menghela napasnya. Walaupun ia dengan Stella tidak memiliki hubungan apa-apa, ia sudah mengetahuin sifat Stella terlebih ia sudah mengetahuinya sebelum Stella menjadi Stella yang sekarang.

"Oh iya bang, tadi juga makan malemnya sama Kak Vero, pacarnya Kak Grace"

Deg

Tiba-tiba saja Arsen merasakan dadanya sesak. Arsen sudah sangat dekat dengan Grace karena mereka sudah berteman sejak SMA dan sekarang mereka adalah teman kerja. Bahkan, Arsen sampai-sampai menyimpan rasa kepada Grace. Maka dari itu, saat ia mengetahui Grace sudah memiliki pacar, hatinya benar-benar tergores.

"Bang? " ujar Pitaloka seraya ia menjentikkan jarinya di depan wajah Arsen.

"Eh-eh? "

"Abang kenapa? "

"Enggak"

Pitaloka memanyunkan bibirnya. Ia melihat-lihat sekitarnya. Sepertinya, ia merasa ada yang kurang.

"Hhmm, bang. Bunda sama Ayah belum pulang ya?" tanya Pitaloka.

"Belum, mereka malem ini lembur"

Pitaloka memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Arsen. Arsen hanya tersenyum melihat kelakuan Pitaloka. Ia pun merasakan apa yang di rasakan adiknya sekarang. Lagi pula, siapa yang tidak ingin berkumpul dengan keluarganya sepanjang waktu? Pasti semua orang menginginkan hal tersebut.

Arsen memeluk adiknya dan menempelkan kepalanya pada puncak kepala Pitaloka.

"Udah, sabar aja" ujar Arsen dengan sudut bibir tertarik.

...

Stella masih tertidur pulas di sofa. Tiba-tiba saja, handphone nya berdering. Ia sedikit terganggu dengan suara tersebut. Dengan rasa malasnya dan mata yang belum terbuka sempurna, ia merogoh handphone nya yang ia tarus di saku celananya.

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang