32|¦ CHANGE - ( revisi )

264 19 3
                                    

Jangan lupa untuk vote terlebih dahulu para readers yang budiman !!!

••••••✧ !!!

Stella berjalan dengan gontai menuju dapur rumahnya. Niat hati hanya ingin mengambil minum untuk menghilangkan dahaganya, ia justru bertemu dengan kakaknya yang juga sedang mengambil sebuah botol dari dalam lemari es. Stella pun tanpa rasa takut langsung menghampiri kakaknya.

"Kak." panggil Stella.

Seusai kembali menutup pintu lemari es, Grace mambalikkan tubuhnya menghadap sang adik. Ia menatap Stella dengan raut wajah datar. Sejujurnya, jika saja bukan karena Vero mungkin ia pasti tidak akan pernah memaafkan perbuatan adiknya.

"Kak." panggil Stella kembali.

"Hhmm." jawab Grace yang hanya sebuah gumaman.

"Maaf, gue tau gue salah. Gue cuma mau tenangin pikiran doang, ga lebih. Gue harap lo ngertiin gue kak."

"Kalo mau nenangin pikiran lo kan bisa cerita sama gue. Kenapa harus pake ke club?."

"Karena lo terlalu sibuk sama pekerjaan lo."

Grace terdiam seribu bahasa ketika mendengar ucapan adiknya. Ia melihat adiiknya yang tengah menatapnya dengan taapan sendu seolah sudah tak memiliki semangat lagi untuk hidup.

"Gue kadang suka merasa kalo Tuhan ga adil sama gue. Tuhan ga pernah ngasih gue kebahagiaan. Bahkan lo yang ada dideket gue pun selalu habisin waktu buat pekerjaan." ujar Stella yang mampu membuat Grace benar-benar kehilangan kata-kata. Lidahnya sangat terasa kelu. Seolah ditampar dengan kenyataan.

"Kalo lo manggil gue juga gue pasti bakalan ada buat lo. Gue ga terus-terusan sibuk sama pekerjaan. Tapi karena lo yang selalu menghindar dari gue, seakan ga terjadi apa-apa bikin gue mikir kalo lo itu baik-baik aja." ujar Grace dengan nada pasrah.

"Kak, ga semua yang terlihat baik itu baik-baik aja."

"Iya, gue tahu."

"Masa?"

"Dih, sok bijak lo!! Sebelum lo lahir juga gue duluan yang lahir!!"

Grace terkekeh seusai mengeluarkan sebuah kalimat yang baginya agak aneh. Sedangkan Stella hanya tersenyum mendengar dan melihat raut wajah kakaknya yang sebelumnya sangat tidak enak untuk dipandang.

"Maaf kalo mungkin gue ga selalu ada buat lo. Tapi kalo lo butuh gue, gue pasti bakal selalu ada buat lo Stel. Gue disuruh sama bokap buat jagain lo, bukan buat ngediemin lo." ucap Grace dengan senyum yang tercetak di wajahnya. Kemudian, ia memeluk adik satu-satunya itu dengan penuh kehangatan. Stella pun membalas pelukan sang kakak.

Selang beberapa detik, keduanya saling melepaskan pelukan satu sama lain. Grace menatap adiknya dengan senyum yang masih sama dengan sebelumnya. Sedangkan Stella masih setia untuk mendatarkan raut wajahnya.

"Gue udah tahu siapa yang nyebarin identitas asli gue." ucap Stella dengan topik yang sedikit serius bagi Grace.

"Siapa?"

"Pita yang tahu. Tapi dia ga tahu siapa namanya, dia cuma tahu yang mana orangnya. Jadi niatnya besok gue sama dia mau nyamperin orangnya."

"Ya udah, gue doain semoga lo bisa nyelesain masalah ini. Gue yakin lo pasti bisa menyelesaikan semua masalah lo Stella, adik gue satu-satunya."

°°°

"Stella, Pita udah ngasih jadwal kapan Lo bisa ketemu sama orang yang nyebarin identitas lo." ujar Pitaloka yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Stella.

Change (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang