Satu Lagi Cahaya [1/2]

969 114 16
                                    

Maincast : Banginho ft. Changbin
Genre : Brothersip, angst
Lokasi : Au
Bahasa : formal/baku
Rate : (17+) Young Adult
Song : Human - Christina Perri

3,2k words/ chapter
Happy reading :)

3,2k words/ chapterHappy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















"Hei, jangan berkelahi," ucap Minho tatkala rungunya mendengar suara menggeram dari dua ekor kucing peliharaannya. "Tenang, tenang, kalian gak usah berebut, aku punya banyak makanan buat dimakan sama-sama," katanya lagi sembari menuangkan isi dari makanan kering yang sebagian banyak justru tercecer ke lantai.

"Yahhh, tumpah. Salah nuangin, ternyata mangkuknya ada di sini," gumamnya sendiri sembari meraba keramik lantai, mengais— mengumpulkan kembali makanan kucing tersebut untuk dimasukan ke dalam mangkuk.

'Miaw!'

Ada satu ekor kucing lagi yang mendekat, bulunya berwarna putih, abu-abu belang hitam, dan tubuhnya lebih kecil ketimbang dua ekor lainnya.

"Dory," panggil Minho, lalu kucing itu mendekat sebelum mengusakkan kepalanya ke sisi paha si tuan dengan manja. "Dory kok bulunya lepek gini. Abis main dari balkonnya Changbin ya?"

Cklek!

Mendadak suara pintu terbuka, dan seketika membuat Minho menolehkan kepala ke arah sumbernya. Tangannya menurunkan si kucing yang sedang digendongnya ke lantai sebelum mencari pegangan untuknya berjalan.

"Kakak udah pulang?" tanyanya pelan.

"Hm!" namun hanya itu yang ia dengar sebagai jawaban.

"Mau makan?" Minho kembali berucap, menawarkan makan malam yang sudah ia siapkan di meja sejak beberapa jam lalu, "Tadi Changbin dateng ngasih masakan Mamanya, kalo Kak Chan mau bisa aku angetin dulu," katanya lagi.

Tangan ringkih itu terus meraba-raba mencari sesuatu di laci kabinetnya, hingga tak berapa lama ia pun berhasil menemukan saucepan yang kemudian diletakkan ke atas meja, hendak menghangatkan masakan pemberian tetangganya tadi. Tapi belum sampai jarinya menyalakan kompor, mendadak sebuah jawaban terdengar dan sukses membuatnya terdiam.

"Aku udah makan," tandas si kakak dengan nada ketus dan dingin. Lantas setelahnya suara bantingan pintu pun terdengar menyapa rungu Minho dengan amat keras, membuatnya tersentak kaget untuk beberapa saat.

"Ya udah," sahutnya pelan, nyaris berbisik. Tapi tentu saja suaranya takkan sampai terdengar oleh sosok yang kini terdengar sibuk dengan keran air dalam kamar mandi flat kecil tersebut.

Minho menghela napas panjang, lantas menaruh kembali saucepan tadi ke tempatnya sebelum bergerak—meraba dinding untuk mencari pegangan.

Tersadar, besar atau kecilnya keadaan ia kini jelas menyusahkan sang kakak. Disaat kedua orang tuanya tak ada lagi, Minho yang seharusnya bisa membantu meringankan perekonomian keluarga justru malah menambah beban dengan keadaannya. Walaupun Chan berkali-kali mengatakan jika itu tak masalah untuknya, namun Minho bisa tahu bahwa ucapannya adalah kebohongan.

Little Story Between Us ✓ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang