34- MONYET BARU

858K 74.9K 26.7K
                                    

Happy reading.

34- Monyet baru

Cowok dengan seragam putih abu-abu yang melekat rapih pada tubuhnya, serta almamater hitam yang ia sampaikan pada bahunya, cowok itu berjalan menyusuri koridor dengan memasukkan jemarinya disaku celananya serta mulutnya mengemut permen kaki yang berwarna merah. Sempat viral semasa SD dulu, kalian tahu?

Mengabaikan semua sapaan demi sapaan yang menyapa dirinya. Lebih memasang wajah coolnya daripada meladeni mereka.

Membiarkan ujung jaketnya yang digenggam oleh Syera. Kadang Arga gemas sendiri dengan gadisnya, kadang bawel, kadang sok dewasa, dan kadang pula seperti bocah.

Tangan Arga yang tadinya dimasukkan kedalam saku celananya, lantas sekarang beralih menyusup pada pinggang ramping gadisnya, merapatkan tubuh mungil itu pada tubuh kekarnya.

Menatap dingin seseorang yang berdiri didepannya. Keduanya saling adu tatapan dingin, tak ada yang membuka suara.

Syera mendongak menatap kedua laki-laki itu. Untuk memecahkan kecanggungan, gadis itu berdeham singkat dan membenarkan letak rambutnya.

Aldi menatap Arga sekilas, kemudian menatap Syera dengan teduh. "Ada waktu? Gue ada perlu sama lo, bisa?"

"Disini aja, bisa?" Sahut Arga.

Aldi menolehkan kepalanya ke arah Arga. "Gue ada urusan sama Syera. Sekalipun lo itu suaminya dia, tapi lo apa terus-terusan larang gue buat interaksi sama Syera sebagai partner organisasi?"

Arga diam tak menjawab, walaupun begitu, ia tahu seluk beluk Aldi bagaimana. Aldi suka dengan Syera, Aldi sempat jatuh cinta dengan Syera. Maka dari itu, Arga tak membiarkan gadisnya bersama cowok didepannya ini, sekalipun ia adalah partner organisasinya.

Syera menatap dua cowok disamping dan didepannya ini dengan bergilir. Tatapan aura permusuhan mereka berdua perlihatkan, kadang Syera merasa dirinya seperti direbutkan disini.

"Disini aja, Al. Kalo emang gue diharuskan buat kumpul atau ngerjain yang lainnya, gue bakal ke ruang osis sendiri," ujar Syera.

Aldi menghela nafasnya, lebih mengiyakan ucapan Syera daripada semuanya gagal.

"Minggu depan ada pertandingan bola basket antar sekolah. Sekolah kita lawan dengan sekolah sebelah, nanti habis pulang sekolah kumpul di ruang osis, urusin semua---"

"Lo tau kita udah reor, lo bahkan tau jabatan kita udah bergeser dengan osis baru. Seharusnya yang tugas dalam perlombaan besok bukan kita lagi, tapi mereka. Buat apa gunanya osis baru kalo masih ngandelin osis lama?" Potong Syera, ia merasa lelah disini, selalu dipanggil sana-sini untuk mengurusi urusan osis, padahal mereka tau jabatannya sudah tidak melekat lagi pada dirinya.

Aldi diam ditempat menunggu ucapan Syera selanjutnya yang tentunya mungkin membuat dirinya tersinggung.

"Gak usah suruh-suruh gue buat urusin urusan ini itu, semua tugas udah ada petugasnya masing-masing. Kita hanya mantan, mantan ketua dan wakil osis. Kita gak perlu ikut campur tangan sama mereka, biarin mereka kerja dengan otak dan skillnya masing-masing. Kalo kita terus-terusan ikut campur tangan dengan mereka, terus kapan mereka bisanya? Mereka selalu ngikutin apa kata senior, mereka juga ada hak buat berpendapat dan mengerjakan semua sendiri. Dan satu lagi, gue gak bakal dateng nanti siang." Finish Syera.

ARGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang