46- Mengikhlaskan

934K 71.5K 34.9K
                                    

Happy reading

°°°°°°°°°

Syera benar-benar tidak habis fikir dengan Arga. Laki-laki itu benar-benar melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan siang itu. Sungguh Syera dibuat sangat kuwalahan dengan gairah cowok itu. Sekalinya melakukan malah kebablasan.

Tulang-tulang Syera rasanya ingin patah, bahkan bagian sensitifnya begitu terasa sangat sakit. Walaupun cowok itu melakukan dengan kelembutan, namun tetap saja, yang namanya daya tahan perempuan lebih rendah dari pada daya tahan laki-laki.

Arga melakukan itu semuanya dari waktu siang hingga pagi datang. Bisa dihitung betapa lamanya? Jika Syera menghitungnya, bisa sampai empat belas jam mereka melakukan itu.

Ingin mengatai Arga dengan mengabsen hewan-hewan dikebun binatang, bahkan cowok itu seperti tidak tahu diri. Selesai melakukan itu semua, cowok itu diam tak membuka suara. Entah marah atau gimana.

Gadis itu bangun dari tidurnya, mendesis ngilu saat bagian bawahnya begitu terasa sangat sakit. Sedikit menolehkan kepalanya saat melihat Arga yang tertidur dengan nyenyak. Kemudian, dengan perlahan gadis itu turun dari atas kasur dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan jalan yang tertatih-tatih.

Syera membersihkan tubuhnya dengan perlahan, dibuat untuk membungkuk saja rasanya sakit tulang-tulang bagian punggungnya. Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah dua puluh lima menit lamanya membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Syera sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Sebenarnya ia ingin izin saja hari ini, tubuhnya terasa begitu sakit. Tapi mengingat disekolahan ada ujian praktek, gadis itu mengurungkan niatnya.

"Mau sekolah?" Tanya Arga.

Syera menoleh. Gadis itu tak menghadiahkan pertanyaan Arga, sudah lengkap dengan seragam begini dikira mau kemana? Ia tidak marah perihal telah mengambil mahkotanya, yang ia kesali adalah Arga yang tidak tahu waktu saat melakukan itu.

Syera kesal, kemudian mengambil salep yang ada diatas meja riasnya, kemudian mengoleskannya dengan kasar.

"Jangan dikasih salep nanti----"

"Aw!" Rintih Syera saat merasakan bercak merah yang ia gosok tadi begitu perih dilehernya.

Arga berdecak kesal, mendekati gadis itu kemudian membalikkan badan Syera. "Kalo gue ngomong itu didengerin,"

"Duduk." Titahnya. Cowok itu menarik meja rias milik Syera, pertanda menyuruh gadis itu untuk duduk disana.

"Jelasin," ucap Arga. Syera diam tak mengerti ucapan Arga.

"Jelasin apa yang mau dijelasin kemarin," lanjutnya.

Syera menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kemudian gadis itu berucap menjelaskan semuanya, dari awal ia ketemu Aldi dan berakhir Aldi yang memberikan amanah soal dirinya ingin ke Jerman.

"Aldi mau ke Jerman," ucap Syera sembari menatap serius mata tajam milik cowok itu.

"Jerman?" Beo Arga.

Syera mengangguk. "Iya, dia mau lanjutin study-nya disana, sekaligus mau ketemu neneknya,"

"Kenapa dia gak bilang sama papah? Kenapa harus sama----" Syera melempar wadah bedak bayi ke arah Arga, hingga membuat ucapan cowok itu terhenti.

"Dengerin dulu kalo ada orang ngomong. Aldi katanya masih sakit hati sama papah, dia belom ikhlas kalo papahnya nikah lagi," jelas Syera.

Arga berdecih pelan. "Itu lo aja yang lebay, njing!" Gumamnya.

ARGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang