64-Rujak Tengah Malam

659K 61.4K 20.7K
                                    

Sekolah SMA Merpati sedang ramai-ramainya, mereka semua kesini untuk mengambil Ijazah mereka yang baru saja resmi jadi. Agak kesal memang mereka semua.

Dimana-mana Ijazah sekolah paling cepat itu tiga bulan udah boleh bisa diambil, lah ini sampai delapan bulan. Bukan main memang.

Johan dan kawan-kawannya tengah berfoto ria dilapangan basket. Cowok dengan setelah celana cargo serta jaket denim melekat pada tubuhnya, memegang kamera Canon ditangannya.

Elang, cowok itulah yang bertugas sebagai fotografer alumni Agberos. Cowok itu sekarang makin tampan dan tentunya sifat bar-barnya makin menjadi.

"BANG JOHAN! CELANA LO MELOROT! GARIS PANTAT LO KELIHATAN TUH!" Teriak Elang meneriaki Johan lantaran celana cowok itu sedikit melorot.

Johan gelagapan, cowok dengan setelan kemeja kotak-kotak dengan kaos dalam berwarna hitam serta celana levis panjang, dengan sigap menaikkan celananya.

"PARAH LO BANG! MASA SEKOLAH GAK PAKE SEMPI SIH!" Elang berdiri dan menunjuk kearah Johan.

"Sempi apa Lang?" Tanya Andre.

"CELANA DALAM!"

Mereka semua terdiam, membiarkan Elang berkata semaunya. Kata teman satu angkatan Elang, cowok polos bin bar-bar itu makin menjadi tingkahnya. Sifat menyebalkan yang ada pada diri Elang juga makin menjadi-jadi.

"SEMUA SIAP? GAYA YANG ESTETIK YA! ELANG JEPRET SEKARANG!" Teriak Elang sembari memposisikan dirinya jongkok dan menangkap poto seniornya ini dari bawah.

"Bentar! Arga mana sih?" Johan celingak-celinguk mencari keberadaan Arga.

"Biasalah! Nemenin bini cek kandungan. Hitungan hari udah brojol tuh bayi." Sahut Ziko.

Semuanya memposisikan dirinya saat melihat Elang sudah mengangkat tinggi-tinggi tangannya bersiap menghitung.

"SATU, DUA, TI---"

"UUU AAA!"

Semua atensi mereka teralihkan pada bayi monyet yang tengah berlari kearah Elang. Elang yang tengah memegang kamera pun lantas mengalungkan kameranya lagi.

"Anak Dady udah kenyang?" Tanya Elang. Tangan kekarnya mengangkat bayi monyet kedalam gendongannya.

"Lang jangan bilang---"

"Iya. Namanya Johan, monyet kesayangan gue yang gue temuin di Ragunan," Elang mengusap monyetnya yang bernama Johan.

"Itu namanya bukan mungut, Elang! Tapi maling!" Tegur Ziko Sudah kepalang greget.

Johan mengerutkan dahinya. Cowok itu menghampiri Elang yang tengah menggendong monyetnya. Dirinya merasa ganjal dengan nama monyet tersebut.

"Coba Lang ulangi. Siapa nama monyet lo?"

Elang mendongak. "Oh monyet gue? Namanya Johan Adibaskara Pradipta. Panggil aja Johan."

"ITU NAMA GUE, SIALAN!!"

°°°°°°

"Argantara Reynand, list nama yang berhasil masuk kedaftar merah dalam buku BK Ibu. Kamu yakin bisa masuk Universitas terbaik di Indonesia?" Bu Beti memandang Arga dari bawah hingga atas. Tidak ada yang beda.

"Jangankan Universitas terbaik di Indonesia. Universitas terbaik di Dunia saya ladenin Bu!" Arga mengibaskan kerah bajunya.

"Lanjutkan bos!" Johan menepuk bahu Arga.

Bu Beti menggelengkan kepalanya tak habis fikir. "Bagaimana kamu bisa masuk ke Universitas terbaik kalau nilai kamu saja banyak yang merah gini. Gimana mau sukses, hm?"

ARGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang