02-Kehidupan Baru

1.4M 112K 9.6K
                                    

Dengan telaten, Syera memasukkan satu-persatu pakaian milik Arga kedalam koper. Cowok itu dengan gaya angkuhnya menyuruh Syera melakukan semuanya bagaikan pembantu rumah tangga.

Sedangkan Arga, cowok itu dengan tidak sopannya tidur terlentang diatas kasur kingsize-nya.

"Sebenernya ogah gue satu rumah sama lo," ucap Arga, lebih tepatnya ia tujukan untuk Syera.

Syera yang mendengar itu lantas menghentikan aktivitasnya. Syera menolehkan kepalanya.

"Lo kira Cuma lo doang yang berpikiran kayak gitu? Gue juga. Kalaupun gue dikasih pilihan, gue lebih milih cerai aja sama lo. Masa bodo status gue yang jadi janda,"

"Belom juga dapet anak, udah minta cerai aja," sahut Arga.

Syera memejamkan matanya sebentar, jangan sampai ia kelepasan hari ini. Ia tahu bahwa Arga hanya mengerjainya.

Arga melemparkan buku komik miliknya, cowok itu menyaut koper miliknya yang dipegang Syera.

Syera mendengus sebal, sudah dibantuin tidak ada rasa terimakasihnya sama sekali. Emang dasar Arganjing!

"Ngapain lo masih berdiri disitu? Berharap gue bilang terimakasih ke lo? Mimpi lo ketinggian! Buruan turun!" Arga membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar sehingga membuat Syera sedikit terdentak.

"Gue talak mampus lo!" Gumam Syera.

°°°°°

Sementara itu, dilantai bawah sudah ada sanak saudara Arga dan keluarga Syera yang berkumpul disana.

Orangtua Arga yang akan memberikan tanggung jawab besar, sedangkan orangtua Syera yang akan melepas putri semata wayangnya.

"Istri kamu mana, Ga?" Tanya Ardi, ayah Arga.

"Nggak tau, pah. Masih berenang mungkin," Arga mengidikkan bahunya acuh.

Dan satu lagi, kenapa ia sangat geli dengan sebutan suami-istri yang ditujukkan kepadanya dan juga Syera. Seolah-olah mereka berdua suami istri sungguhan, padahal hanya terpaksa.

Suara derap langkah sepatu terdengar jelas ditelinga mereka. Syera, perempuan itu dengan tergesa-gesa menenteng tas miliknya, hanya berisikan peralatan seadanya serta dua baju miliknya yang ia bawa kemarin.

"Maaf semuanya, Syera telat." Ucap Syera tak enak hati.

Apalagi disini sangat ramai, membuat dirinya dua kali lipat lebih canggung dari sebelumnya.

"Tunggu ayah dulu ya, sayang. Papah lagi ambil kebutuhan kamu di rumah," tutur Ibunda Syera sembari mengusap surai pucuk kepala Syera.

Ibunda Syera sangat menyanyangi putrinya ini, mau tidak mau, rela tidak rela, dan ikhlas tidak ikhlas, ia harus melepaskan putri semata wayangnya untuk memulai kehidupan baru bersama suaminya.

"Tuh ayah udah dateng," Ibunda Syera menunjuk pria paruh baya yang membawa dua koper serta dua tas jinjing milik putrinya.

"Kalian mau berangkat sekarang apa mau nanti dulu?" Tanya Rudi, ayah Syera.

Arga melirik jam tangannya. "Sekarang aja kayaknya, Yah. Kita juga belum beres-beres dirumah baru nanti," ucap Arga.

Rudi menganggukkan kepalanya. "Yasudah, jaga kesehatan kalian, ya. Arga, ayah titip putri kesayangan ayah. Tolong jagain putri ayah, ya, ayah serahin tanggung jawab ayah sama kamu. Bimbing anak ayah ke jalan yang benar," Rudi menepuk bahu Arga kemudian memeluk tubuh tegap cowok itu.


Arga melirik Syera sekilas. "Arga usahain, yah."

"Ayo," Arga menyenggol tangan Syera bermaksud gadis itu pergi dari sini.

Namun gadis itu masih setia diposisinya, ia masih memandangi kedua orangtuanya secara bergantian.

Seperti ada yang hilang dan seperti ada belati yang menusuk relung hatinya, selama ini ia hidup bergantung kepada orangtuanya.

Dan sekarang, detik ini dan juga hari ini kehidupan Syera akan berubah drastis.

Kehidupannya yang mula-mula hanya diisi kesenangan bersama keluarga dan juga teman-temannya, sekarang ia harus memikirkan bagaimana berjalannya rumah tangannya nanti. Apalagi suaminya ini Arga.

"Bunda, Syera gak mau tinggal sama dia," Syera menunjuk Arga yang berdiri diambang pintu.

"Lebay lo! Buruan!"

"Arga!" Tegur Ibunda Arga.

Arga berdecak sebal, bisakah perempuan itu cepatan sedikit? Masalahnya rumah baru milik Arga belum diberesin.

"Jaga diri baik-baik, sayang. Bunda janji, satu minggu sekali ayah sama bunda bakal main ke rumah baru kamu. Gih sana, udah ditungguin suami kamu tuh," Ibunda Syera menunjuk Arga dengan ekor matanya.


Suami? Kenapa satu kata tersebut sangat menggelikan baginya.

Syera mengangguk. "Bunda juga, bunda sama ayah jaga kesehatan. Jangan telat makan, Syera pasti bakal kangen sama kalian. Syera pamit, assalamualaikum semua."

"Waalaikum salam."

Setelah menyalimi satu persatu punggung tangan orangtuanya seeta mertuanya, Syera berjalan menghampiri Arga yang nampaknya kesusahan membawa barang bawaannya serta bawang bawaan Syera yang cukup banyak.

Maklum cewek memang begitu.

"Bantuin. Bawaan lo banyak banget ini," ucap Arga kala Syera melewatinya begitu saja.

"Lo suami gue 'kan? Tadi lo gak denger ayah bilang apa? Tanggung jawab! Jadi, semua ini jadi tanggung jawab lo. Angkut semua, ogah gue bantuin lo."

"Setan lo!" Umpat Arga.



°°°°


Syera memandang rumah barunya ini dengan tatapan jengahnya. Berantakan, dekil, debuan, dan juga kotor. Seperti rumah yang tidak dihuni selama sepuluh tahun.

Padahal rumah ini terlihat sangat besar, nuansa abu-abu serta cat putih berpadu membuat suasana rumah ini menjadi hangat. Tapi sayangnya hanya satu, tidak pernah terurus.

"Lo gak urus rumah ini selama berapa tahun?" Tanya Syera.

Arga menolehkan kepalanya tanpa menjawab sama sekali, kemudian ia mengalihkan kembali pandangannya pada ponsel miliknya.

"Gue nanya sama lo!"

"Oh, nanya sama gue toh mbak-nya. Makanya, sebut nama gue," Arga menyentil keras dahi Syera.

"Sakit tau!" Rintih Syera pelan.

Arga berdehan singkat, matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan ini. Banyak sekali sarang laba-laba, debu ada dimana-mana.

"Gue lupa gak nempatin rumah ini berapa tahun. Intinya udah lama banget,"

"Yakin lo, rumah ini gak dihuni ssetan? Kalo kata nenek gue sih, rumah yang udah gak dihuni selama empat puluh hari bakal jadi sarang hantu. Terus apakabar sama rumah lo ini yang bertahun-tahun gak dihuni? Gue yakin banyak setan-setan disini," Syera bergidik ngeri. Mengusap lengannya yang tiba-tiba terasa merinding.

"Percaya amat sama mitos. Buruan bersihin!" Suruh Arga.

"Dih, lo juga bantuin. Gue mana sanggup bersihin sendirian rumah lo yang segede ini,"

"Males," jawab Arga dengan entengnya.

Syera menghela nafasnya. "Daripada lo cuman diem disitu 'kan? Gak ada kerjaan pula, mending bantuin gue. Nyapu kek, atau ngepel gitu. Biat semua cepet selesai, Ga,"

Arga merubah posisinya menjadi duduk, cowok itu menatap datar gadis yang genap satu hari ini menjadi istrinya.

"Kata siapa gue gak ada kerjaan? Nih, gue ada kerjaan. Makan sambil nonton tv,"

Dengan perasaan dongkolnya, Syera membanting sapu yang ia pegang. Membersihkan rumah sebesar ini seorang diri? Syera tidak bisa membayangkan gimana kabar tulangnya setelah ini.

"Lo diem kalo gak mau bantuin. Awas aja kalo bikin rusuh," ancam Syera. Mengeluarkan laser tajamnya.

"Iya, sayang." Arga mengedipkan sebelah matanya.

Hal itu membuat Syera berlagak ingin muntah. Bukannya luluh atau baper, yang ada malah geli.

Syera berjalan mengambil sapu yang sempat ia lempar tadi. Gadis itu memulai aktivitasnya dengan menyapu disetiap sudut ruangan, mulai dari bawah tangga, kolong meja, kolong kursi sampai belakang pintu.

Tapi, ada saja hal-hal yang dilakukan Arga yang mampu membuat Syera kesal setengah mati.

Cowok itu berdiri dihadapan Syera dengan tangan yang mencekal kuat ganggang sapu yang dipegang Syera.

"Apalagi, Arga?" Tanya Syera jengah.

"Lo duduk aja, biar gue yang sapu." Ucap arga.

Syera mengerutkan dahinya bingung, habis kebentur dimana ini cowok tiba-tiba menjadi baik seperti ini? Atau Arga habis kemasukan arwah penunggu rumah ini.

Tidak-tidak! Syera menggelengkan kepalanya kuat mencoba berfikir positif.

"Bawa sini sapunya. Gue gak percaya sama omong kosong lo yang mau bantuin gue. Lo mau berantakin debu yang udah gue kumpulin baik-baik 'kan?" Tuding Syera menunjuk wajah Arga.

Arga menurunkan jari telunjuk Syera. "Kata siapa? Gue lakuin ini demi lo,"

"Demi gue?" Beo Syera sembari menunjuk dirinya sendiri.

Arga mengangguk. "Iya, demi lo. Lebih tepatnya demi bayi kita, gue takut lo keguguran kalo kecapean."

Syera melebarkan bola matanya. "ARGA! SETAN! BAYI APAAN YANG LO MAKSUD?!"



°°°°°°°

Ti be continue

Jangan lupa vote dan juga follow.
Tetap stay disini ya, dan tungguin Argantara update nantinya.

See you next part

ARGANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang