Lima

35K 1.7K 51
                                    

Ara merasakan akan mual melihat adegan film pembunuhan ditelevisi yang membelah perut korbannya dan mengeluarkan isi perutnya, demi apapun Ara ingin mual melihat adegan itu. Ara pun sudah berkeringat dingin dengan menutup mulutnya hendak isi perutnya akan keluar. Ara melihat Aldrick tampak masih tenang dengan mata yang melihat adegan itu.

Adrick menatap Ara yang ingin mual itu menahan senyumannya, ini memang hukuman tambahan untuk gadisnya yang nakal karena berani kabur dari hukuman balap liar. Aldrick tau betul bagaimana sikap gadis kecilnya itu saat melihat film adegan pembunuhan yang selalu ia tonton.

"Kak Al, Ara ke kamar mandi ya?" Tanya Ara lesu dengan keringat dingin didahinya, wajah Ara tampak pucat.

Aldrick tetap fokus melihat adegan film itu. Lalu menatap Ara tampak pucat dengan keringat. "Kenapa? Filmnya belum selesai masih 42 menit lagi."

Ara merengek menyandarkan kepalanya dibahu Aldrick. Demi apapun dirinya ingin mual juga saat ini.

"Ke kamar mandi ya? Please.." Rengek Ara hendak menangis dan menahan mualnya.

Aldrick tetap tenang, "Tunggu filmnya selesai dulu, little girl"

"Bodoh ah!" Ucap Ara sudah tidak bisa menahan rasa mualnya dan langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya gara-gara melihat adegannya yang membelak dada korbannya dan mengeluarkan jantungnya.

Aldrick yang melihat Ara berlari ke kamar mandi hanya menyeringai. Suka melihat gadisnya yang tersiksa akibat hukumannya yang menonton film pembunuhan. Aldrick mematikan film-nya dan bangkit menyusul Ara dikamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.

Aldrick melihat Ara yang berjongkok didepan closed sambil memuntahkan isi perutnya kedalam closed. Aldrick mendekat dan tangannya mulai memijit tengkuk Ara untuk memudahkan Ara muntah.

Ara yang merasa sudah tidak mual lagi mulai menekan tombol closednya hingga muntahannya hilang, Ara berdiri sambil mengusap bibirnya dengan tisu. Ara memeluk Aldrick dan menenggelamkan kepalanya didada Aldrick.

"Maafin Ara." Ucap Ara lirih.

Aldrick tersenyum lalu mengusap punggung Ara.

"Itu hukuman untukmu, little girl. Jangan diulangi lagi, mengerti?"

Ara mengangguk.

Aldrick melepaskan pelukannya lalu membawa Ara ke kamarnya. Ara hanya menurut saja apa yang dilakukan Aldrick padanya.

Ara melihat Aldrick membuka lemari dan mengambil sweater putih miliknya dan melihat Aldrick kembali mendekatinya. Aldrick memasangkan sweater miliknya pada tubuhnya, Ara hanya menurut saat Adrick memasang sweater itu. Tampak kebesaran untuknya sampai sebatas setengah pahanya. Sweater Aldrick memang sebesar itu untuk dirinya.

"Kita akan kemana?" Tanya Ara menatap Aldrick.

Aldrick menangkup pipi Ara. "Aku akan membawamu jalan-jalan." ucap Aldrick membuat senyum Ara mengembang.

"Kemana?"

"Ke mall, sekaligus ke butik Mama untuk gaun pernikahan kita. Tinggal 3 bulan lagi kau selesai skripsimu dan kita akan menikah setelah kelulusan S1 mu." ucap Aldrick diangguki Ara dengan cepat.

Namun Ara mengerutkan dahinya. "Lalu kuliah kak Al bagaimana? Kak Al masih semester 5."

Aldrick tersenyum. "Aku bisa berhenti. Tidak masalah dengan itu, aku sudah S3 tidak perlu lagi kuliah, aku akan meneruskan bisnis papa. Lagi pula aku kuliah hanya menjagamu saja."

Ara mendengus. Memang Aldrick sangat pintar, luar biasa malah. Diumur Aldrick yang 23 Aldrick sudah sampai pendidikan S3. Ara sangat kagum dengan kepintaran Aldrick.

Aldrick's Mine [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang