Dua puluh tujuh

15.8K 923 35
                                    

Ara menerjapkan mata, matanya yang baru saja terbuka langsung menelisik sekitar, kamar ini tak asing untuk Ara, kamar Aldrick. Seketika Ara membulatkan matanya langsung terduduk dan rasa kuntuk yang masih menempel kuat dimatanya seketika sirna. Kenapa dia bisa berada di apartement Aldrick, siapa yang membawanya kesini, apa Aldrick sudah pulang.

Ara melihat tubuhnya dan Ara kembali dibuat terkejut dengan tubuhnya yang hanya memakai bra dan celana dalam saja. Ara mengingat kejadian semalam dikepala cantiknya, tapi ia hanya mengingat dia bersama kedua sahabatnya lalu mabuk dan berjoget ditengah-tengah diskotik, selanjutnya Ara tidak mengingatnya. Tapi pertanyaannya yang ada dikepala Ara adalah, kenapa ia bisa berada di apartement Aldrick?

Mata Ara menelisik sekitar, mencari benda untuk ia menghubungi kedua sahabatnya, dimana ponselnya dan dimana tasnya? Bahkan gaunnya pun tidak ada, tubuhnya hanya dibaluti selimut. Ara kembali berpikir lagi, namun suara pintu terbuka membuat Ara langsung menatap pintu dan masuklah Aldrick. Ara menegang melihat sosok Aldrick, bukankah Aldrick akan pulang minggu depan? Bagaimana bisa Aldrick ada disini? Mungkinkah yang membawanya kesini adalah Aldrick? Berarti Aldrick tau kalau dirinya berada di diskotik yang dilarang keras Aldrick? Mampus, pasti Aldrick sangat marah karena Aldrick masuk kamar sambil membawa pisau kecil dan sebuah botol plastik kecil warna putih dan ada lebel bertuliskan alkohol. Mampus Ara.

"Sudah bangun. Aku sudah menunggumu little girl." Ucap Aldrick disertai aura yang mencekam.

"Kak Al, Ara... Ara..." Tiba-tiba Ara kehilangan kata-kata. Mungkin Aldrick sudah tau semuanya, matilah kau Ara.

"Minumlah dulu, lalu berbaringlah dengan tengkurap." Ucap Aldrick datar kelewat datar sambil memberikan Ara segelas air.

"Kak--"

"Kau tidak mau menurut?"

Ara menelan ludahnya kasar, tubuhnya menegang. Dengan gemetar Ara mengambil gelas pemberian Aldrick lalu meminumnya hingga tandas. Apa yang akan Aldrick lakukan?. Ara kembali memberikan gelas yang sudah kosong itu pada Aldrick.

"Sekarang kau tengkurap." Pintah Aldrick duduk disisi ranjang sambil mengelap pisau kecil itu dengan tissue.

Ara gemetar. "K-kak--"

"Tengkurap." Tekan Aldrick menatap Ara dengan tajam.

Ara meneguk ludahnya kasar, tanpa mau membuat Aldrick lebih marah padanya, kali ini Ara sadar akan kesalahannya yang besar pada Aldrick. Ara hanya bisa pasrah tengkurap dikasur sambil meremas bantal. Dia akan merasakan goresan menyakitkan itu lagi. Kali ini Ara benar-benar kapok dan tidak akan mengulanginya lagi.

Tubuh Ara menegang disaat pengait branya dilepas Aldrick dan merasakan usapan telapak tangan Aldrick terasa dingin dikulit punggungnya. Jika Aldrick sampai seperti ini, maka yang dilakukan Ara hanya diam saja tanpa membantah. Sial dia baru kepikiran bagaimana keadaan dua sahabatnya saat ini, apa mereka digorok?.

"Tau apa kesalahanmu?"

Ara merinding mendengar bisikan Aldrick yang tepat berada disamping telinganya. Hembusan nafas Aldrick yang hanya membuat Ara meremang sekaligus tagang. Lalu Ara mengangguk, Ara meremas bantal untuk melampiaskan rasa takutnya.

"Kau punya mulut, Ara." Desis Aldrick.

"M-melanggar peraturan." Suara Ara gemetar, apa lagi hisapan yang dilakukan Aldrick dipundaknya.

"Kau membuatku sangat marah, sayang."

"Maaf." Tangis Ara mulai keluar.

Aldrick menegakkan tubuhnya lagi dan mengambil pisau yang baru ia elap dengan tissue.

"Jangan bersuara sedikitpun jika aku memulai hukumanmu, jika kamu bersuara sedikitpun, maka aku akan menambah hukumanmu." Pintah Aldrick dengan suara beratnya.

Aldrick's Mine [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang