Lima belas.

21.5K 1K 75
                                    

Dor!

Aldrick maupun Ara terdiam setelah suara tembakan terdengar nyaring dengan debaran jantung yang berdetak kencang, tidak ada yang bergerak sama sekali dan saling tatap setelah beberapa detik suara tembakan itu keluar melengking ditelinga.

Tiba-tiba saja darah merembes membasahi kaos hijau muda Aldrick dibagian pundak depan membuat Ara langsung menjauh dengan tangisan yang kembali keluar. Aldrick memegangi bahunya yang keluar darah banyak ternyata tembakan dari Revolver Ara mengenai bahu kiri dibagian depan.

Itu tidak akan sakit, karena rasa sakit itu digantikan dengan rasa takut pada Ara, takut Ara meninggalkannya. Ingin memegang Ara dengan kedua tangannya tanpa perduli darah yang menodai tangannya, tapi Ara enggan dengan mundur. Hati Aldrick seperti diremas melihat Ara yang menangis tersakiti.

"Ara--"

Aldrick menghentikan suaranya karena melihat Ara yang berbalik dan berlari pergi dari apartementnya. Aldrick tidak mengejar karena ingin dulu memberikan waktu untuk Ara tanang dan mendengarkan semua penjelasannya. Aldrick tidak mau membuat Ara semakin marah karena ia paksa untuk mendengarkan semuanya.

Satu dipikiran Aldrick, Axel. Aldrick harap Axel bisa membantu menjelaskan pada Ara karena dia tau semua yang terjadi. Aldrick akan mencari tau juga siapa orang yang tidur dengan Teresa sebelum dirinya sebagai bukti kalau anak itu bukan darah dagingnya. Aldrick tidak akan diam jika seseorang mengusik ketenangannya bahkan itu Teresa sekalipun.

Ara, berlari di koridor dengan deliran air mata yang terus menggenangi pipinya sehingga Ara tanpa sengaja menubruk tubuh tegap membuat Ara langsung menatap pemilik tubuh tegap itu yang tak lain adalah Bara. Dengan cepat Ara memeluk Bara erat dan tangannya masih memegang Revolver, menangis dipelukan Bara.

Bara melihat itu tidak suka melihat Ara seperti ini, semua ini gara-gara wanita sialan itu yang mengacaukan segalanya. Bara memeluk Ara sambil mengusap lembut kepala Ara membuat Ara tenang dulu. Bara akan berjanji akan membuat wanita itu menderita sampai mati.

"Suutt, tenanglah Kak." Ucap Bara melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Ara dari air mata.

"Ada apa hm?"

"Kak Aldrick, aku menembaknya, Bara. Aku takut." Ucap Ara dengan gemetar.

Bara mengerutkan dahinya, Ara menembak Aldrick? Mungkinkah Aldrick mati? Kurasa itu tidak mungkin, Ara tidak pandai membidik senjata.

"Dia akan baik-baik saja, oke. Sekarang, Bara akan antar Kak Ara pulang ya?"

Ara mengangguk cepat, dia takut Aldrick kenapa-kenapa walau dirinya memiliki kemarahan cukup besar pada Aldrick, tapi Ara tidak bisa melihat Aldrick terluka. Ara benci keadaan seperti ini.














***













Selepas mengantarkan Ara, Bara kembali pada apartement Aldrick untuk memastikan Aldrick baik-baik saja dan ya Aldrick memang baik-baik saja, hanya bahu kanan depannya saja yang terkena tembak Ara. Duduk didepan Aldrick yang lebih kacau dari Ara dan Bara bisa melihat wajah Aldrick penuh lebam dan pelipisnya mengeluarkan darah yang pasti dihantam vas oleh Ara.

Bara menghembuskan nafasnya tidak mungkin mengabaikan yang bersangkutan dengan Kakaknya ini, Bara harus melakukan sesuatu untuk hubungan Kakaknya. Bara meraih ponselnya dan menghubungi dokter pribadi keluarga Afferd untuk mengobati luka-luka Aldrick terlebih dahulu, baru dia akan memulai pembicaraan sesuai apa kata Axel dan Raga.

"Aku sudah memanggil dokter." Ucap Bara tapi dihiraukan Aldrick yang masih bergulat dengan pikirannya.

"Apa Kak Ara yang melakukan ini padamu?" Tanya Bara.

Aldrick's Mine [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang