"Sega!! Cepat keluar dari ruang kerjamu, panggil istrimu untuk makan malam!" Teriak Ara dari dapur sampai menggema dipenjuru ruangan, termasuk ruang kerja Sega.
"Hentikan Ara, kau selalu berteriak, tidak perlu berteriak mereka pasti tau jam makan malam." Ucap Aldrick memainkan tablet untuk memeriksa pekerjaan Sega yang sudah diselesaikan.
"Kalau tidak diperingati anakmu dan mantumu tidak akan turun." Ucap Ara sambil meletakan piring-piring berisi lauk pauk yang sudah matang ke meja makan.
Tak lama, sosok pria berpawakan tampan, tinggi dan kekar itu datang dengan seorang wanita cantik yang ia gandeng, dia adalah Sega dan Istri Sega, Zoya. Mereka sudah resmi menikah satu tahun lalu saat umur Sega 20 tahun dan Zoya 19 tahun. Ara menganggap hubungan Sega dan Zoya itu sama seperti Pamannya dan Bibinya, Artha dan Riri.
"Apa kamu tidak bosan seharian terus berasa diruang kerja?!" Omel Ara pada Sega yang hanya tersenyum maaf.
"Itu sudah tanggung jawab suami untuk bekerja menanggung kebutuhan hidup." Ucap Aldrick.
"Dan kau Zoya, harusnya kau memperingati suamimu untuk tidak terlalu larut dalam kerjaan sampai lupa makan, untung ada kau yang terus memberikan makan." Ucap Ara pada Zoya sambil menyiapkan makanan Aldrick.
"Maaf Ma, kerjaan Sega udah numpuk. Jadi Sega tidak boleh lagi bersantai." Ucap Sega memakan makanan yang disiapkan Zoya.
"Kau mengatakan maaf terus, aku juga sudah memperingatimu." Ucap Zoya pada Sega.
"Iya-iya, Maafkan Sega Sayang-Mama." Ucap Sega terkekeh jika sudah diomeli seperti ini oleh Ara dan istri tercintanya.
"Sudah-sudah makan saja, jangan banyak bicara." Ucap Aldrick menghentikan percakapan ini.
Sega dan Zoya memang tinggal bersama Aldrick dan Ara karena Ara yang memintanya agar mendapatkan teman disaat Aldrick sibuk membantu Sega dalam mengurus perusahaan. Lagi pula Ara heran kenapa Zoya belum hamil juga padahal sudah satu tahun lebih pernikahan Sega dan Zoya, Ara juga ingin cicit dari anaknya itu, tidak sabar menggendong bayi lagi.
Usai makan malam Ara mencuci piring-piring dibantu dengan Zoya.
"Zoya, kau kapan hamil? Mama ingin cepet punya cicit."
Mendengar itu Zoya menatap Ara. "Aku juga tidak tau kenapa aku juga belum hamil, Ma. Kata dokter aku juga tidak punya penyakit dan sehat."
Ara berpikir, jika Zoya baik-baik saja dan sehat. mungkinkah itu Sega.
"Atau mungkin kecebong suamimu yang tidak bisa menemukan sel telurmu."
Zoya menggaruk tengkuknya kenapa Mama mertuanya ini sangat vulgar sekali. "Mungkin Ma."
Ara tersenyum lalu merebut serbet dari tangan Zoya. "Kau cepat ke kamar dengan Sega. Bikinin cucu buat Mama, suruh Sega lebih kerja keras lagi."
Pipi Zoya memerah mendengar itu, astaga tidak Sega tidak Mama mertuanya sama-sama membuatnya terasa panas dengan pembicaraan vulgar.
"Tapi Ma, Sega kan sibuk--"
"Udah, kau rayu saja, pasti Sega juga mau, cepat buatkan Mama cucu." Ucap Ara mendorong Zoya, Zoya hanya bisa menurut untuk menghampiri Sega.
"Kalau begitu kita juga melakukannya kan, sayang?" Bisik Aldrick tiba-tiba datang membuat Ara terkejut.
Ara menatap sinis Aldrick. "No no no. Kita itu sudah tua, jadi aku cemas kalau encokmu kambuh lagi dan mengusahakanku."
Aldrick terkekeh memeluk pinggang istrinya. "Kata siapa aku setua itu? Menggempurmu sampai kau tidak bisa berjalan aku juga masih sanggup."
Ara memutar bola matanya malas. "Tidak, pagi tadi kau juga sudah meminta jatah kau, jadi tidak ada jatah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldrick's Mine [END]
Teen FictionSequel (Possessive The Devil) Arabella Dellorya Afferd. Bagaimana hari-hari Ara yang meraasa pergerakannya dibatasi ole laki-laki bernama, Aldrick Rikston Miller. Menurut orang, Aldrick adalah laki-laki kejam yang haus darah. Tapi bagi Ara, Aldrick...