Dua puluh delapan

16K 946 37
                                    

Dua jam Aldrick duduk didepan pintu kamar dan bersandar disana. Ia sudah diluar kamar sesuai kemauan Ara yang meminta waktu sendiri. Padahal Aldrick ingin sekali menemani Ara dan memeluk Ara untuk menenangkan gadisnya itu, Aldrick kali ini kelewat batas sampai membuat penyakit Ara datang lagi. Tapi bagaimana lagi kalau Ara lah yang membuatnya terpaksa melakukan itu.

Aldrick meremas rambutnya mengingat bagaimana raut wajah Ara yang sangat ketakutan dan tubuh yang gemetar, itu sangat mengganggu ketenangan Aldrick. Aldrick berharap Ara tidak melukai dirinya sendiri karena penyakit itu menguasai tubuh Ara, emosi yang tidak bisa dikendalikan membuat Ara lupa semuanya, seperti beberapa jam lalu.

Bayangan wajah Ara yang dikelilingi aura gelap membuat Aldrcik tidak bisa tenang. Raut wajah dan penyakit sialan itu datang karena dirinya. Aldrick berharap kali ini Ara sedikit sadar dan jangan sampai melukai dirinya sendiri. Aldrick ingin sekali masuk dan memeluk Ara, tapi dia tidak mau membuat Ara kembali dikuasai emosional yang sulit dikontrol.

Kamar apartement ini kedap suara, Aldrick tidak bisa mendengar apa yang Ara lakukan, semoga saja Ara tidak melakukan hal gila seperti lima tahun lalu.

Flashback on.

Malam hari didalam kamar kediaman Afferd, Ara berjalan menuju balkon kamarnya sambil membawa segalas anggur. Ara menunggu kedatangan Aldrick yang katanya akan datang. Ara tersenyum senang karena Aldrick akan kesini untuk menemaninya mengerjakan pr sekolah dan Ara juga ingin bermanja-manjaan.

Sampai Ara melihat sebuah mobil mercy memasuki pekarangan rumahnya, Ara tersenyum lebar melihat mobil Aldrick yang sudah datang, Ara menaruh gelasnya dimeja dan berlari keluar untuk menyambut Aldrick yang ia rindukan.

Setelah Ara menuruni tangga dan menghampiri Aldrick, Ara terhenti melihat siapa yang dibelakang Aldrick. Seorang perempuan yang berpenampilan anggun. Ara mendesah, perempuan itu kenapa mengganggu lagi, siapa lagi kalau bukan Teresa.

"Sayang kau tidak memelukku?" Tanya Aldrick dengan senyuman lebarnya.

"Tidak. Kenapa Kak Al mengajak wanita itu, Ara tidak menerima tamu sepertinya." Ucap Ara sinis melihat Teresa yang tersenyum tanpa dosa.

"Ayo lah sayang, dia hanya kesepian dan sedih neneknya masuk rumah sakit." Ucap Aldrick menghampiri Ara dan memeluk Ara rindu.

Ara hanya cemberut membiarkan Aldrick memeluknya, Ara menatap Teresa yang melihat dirinya kesal karena Aldrick memeluknya membuat Ara tersenyum menang lalu mengejek Teresa membuat Teresa semakin kesal.

"Ara merindukan Kak Al." Ara memberi kecupan dibibir Aldrick, Ara ingin lagi memanas-manasi Teresa dan berhasil.

"Katanya tidak." Kekeh Aldrick mengacak-acak rambut Ara gemas

"Kemana Papa dan Mama? Aku tidak melihat mereka sama sekali." Tanya Aldrick.

"Mereka sedang mendatangi pesta udangan."

"Ya sudah, kau lapar?" Tanya Aldrick lembut.

Ara mengangguk. "Mau sop iga."

"Aku juga lapar, Al." Saut Teresan yang tak ingin kalah membuat Ara menatap sinis.

"Makan saja diluar." Sinis Ara.

"Ara." Peringatan Aldrick membuat Ara berdecak kesal lalu duduk disofa dan menyalakan televisi dengan remot.

Aldrick's Mine [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang