Part. 23

6.7K 390 60
                                    

Seandainya rasa cemburu itu gak sesakit ini. Dan menahan rasa cemburu itu gak segondok ini. Aduh apalah namanya. Nahan sesuatu dihati itu, gak enak banget. Aku tahu, sangat tahu dan sadar Sari lebih butuh mas Bram saat ini. Tapi gak disaat bersama aku juga kan?

Aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang hilang. Yah, sepeka itu aku sama kehadiran mas Bram disampingku walau saat tertidur. Aku melihat jam. Ini jam 2 pagi, mas Bram kemana? Ah sudahlah, paling juga ke kamar mandi. Aku menenangkan diri dan memutuskan untuk bangun solat. Yah walaupun jarang memang, tapi alhamdulillah udah kebangun mending buat solat.

Aku masih menunggu mas Bram sampai selesai solat. Bahkan sampai aku tidur kembali dan terbangun lagi saat subuh. Tetapi, dia gak muncul-muncul juga. Aku kan jadi kesel. Akhirnya kuputuskan untuk mandi dan segera solat subuh. Kalau sudah begini, pikiranku melayang pada Sari. Mungkinkah? Mas Bram ninggalin aku dan memilih tidur bareng Sari?

Dan yah, pertanyaanku terjawab saat mas Bram datang kekamar seusai aku solat subuh. Aku diam menatapnya yang sepertinya baru datang dari masjid. Aku ingin segera mencercanya dengan pertanyaan. Tetapi kutahan semua dan memilih diam, sampai dia mendekatiku. Aku mencium tangannya, dan ia mengecup dahiku.

"Mas..."

"Mas tidur dimana?"

"Maaf ya sayang,.."

Please jangan jawab kamu sama Sari mas. Namun harapanku runtuh saat mas Bram mengatakan bahwa dia bersama Sari.

"Kamu tega mas"

Hanya itu yang sekarang mampu kuucapkan padanya. Aku ingin marah, tapi tak tahu harus berkata apa. Atau apakah harus melempar semua barang-barang dikamar ini? Tapi nanti aku juga yang capek.

Aku diam, air mata sudah menetes, membasahi mukena yang kukenakan. Aku diam, menahan segala perasaanku. Menumpahkan semua dalam tangisku. Cinta ini menyakitiku mas, cinta ini menyakitkan.

"Dek.."

"Seenggaknya gak perlu diam-diam kan mas? Kamu bisa ngomong sama aku mas! Bisa! Dan aku gak mungkin ngelarang kamu tanpa alasan. Aku merasa terhianati mas! Kamu ngerti gak?"

"Iya dek maaf, adek tidur dan mas gak tega mau bangunin adek. Tiba-tiba aja Sari itu kesakitan. Dan ibu meminta mas menemaninya, takut terjadi apa-apa"

Ok baiklah.

"Adek mau pulang sekarang juga"

Aku bergegas menanggalkan mukena yang kugunakan. Kurapikan kerudungku, kuraih handphone dan kumasukkan dalam tas. Kucari kunci mobil dan segera melenggang pergi.

Diluar aku bertemu ibu.

"Bu, Via pulang dulu"

Aku menyalaminya. Dan segera berlalu keluar rumah. Aku benar-benar kecewa hari ini. Dan aku cuma pengin sendiri.

"Via, tunggu dulu nak.."

Kudengar ibu memanggilku, tetapi langkahku tak berhenti. Aku terus melangkah dan segera masuk mobil. Aku juga melihat mas Bram mengejarku, mencoba menghentikan langkahku dengan memanggilku. Tetapi aku belum mampu berfikir untuk sekarang. Dan lebih mementingkan perasaanku dulu.

Segera kulajukan mobil setelah menstarternya. Melenggang dengan mulus karena jalanan tidak ramai. Air mata menetes kembali dipipiku. Walau tadi sempat kuhapus saat berpamitan dengan ibu.

Sebenarnya aku kenapa? Bukankah aku yang membiarkan mas Bram menikah lagi? Lalu untuk apa aku marah? Bukankah seharusnya aku memang bisa menelan pil pahit kecemburuan ini? Tetapi saat bersamaan aku dan Sari? Sedang aku baru saja bersama kembali dengan mas Bram?

Dan kenapa Sari tidak mengerti? Bahwa ini adalah hariku, mengapa dia harus begitu? Kenapa sakitnya harus datang saat seharusnya mas Bram bersamaku? Baiklah Vi, bukankah itu terlalu egois? Sakit itu tidak ada yang memintanya Via. Lalu kenapa kamu marah karena sakitnya? Lalu aku harus marah pada apa? Pada siapa?

*******

Aku kira, rasa dihatiku bisa membaik. Pada nyatanya, dengan aku datang kesini, malah bertambah buruk. Vira apa-apan sih! Maksudnya apa? Untuk apa dia membuat janji palsu padaku. Sedang dia yang aku tunggu nyatanya orang lain yang muncul. Dan mengapa harus Restu? Aku benar-benar menghindarinya sampai kapanpun juga.

"Via tunggu, please Via. Dengerin aku sekali aja. Aku cinta sama kamu. Dan aku janjin gak akan menduakan kamu"

"AKU GAK CINTA SAMA KAMU"

Aku memberi tekanan disetiap kataku, dan menepis tangannya yang menahan lenganku.

"Oke sorry, aku gak berniat nyentuh kamu. Tapi Vi, apasih yang kamu pertahanin?"

Aku diam, menahan air mata. Apa yang aku pertahanin? Apakah rasa cintaku yang terlalu? Hingga menyakitiku?

"Kamu jangan bodoh Via. Cinta itu bukan untuk saling nyakitin, tapi buat saling bahagiain"

"Jangan campuri urusan aku. Kamu gak tau apa-apa tentang hubungan aku. Jadi jangan sok tau!"

Aku pergi menjauh dari kedai es krim itu. Tempat yang sangat menjadi favoritku. Makanan yang sangat mood booster buatku. Tetapi hari ini aku gak suka tempat ini. Dan Vira! Kamu harus beri penjelasan tentang ini. Sejelas-jelasnya! Apa dia berniat merusak rumah tangga sahabatnya?! Sampai dia melakukan hal yang keterlaluan seperti ini.

"Aku akan nunggu sampai kamu siap! Kapanpun itu aku tunggu!"

Restu teriak, dia udah gila ya? Gimana kalo mas Bram sampe tau hal ini? Apa yang bisa kukatakan padanya? Ooh cintaaa... lagi-lagi aku memikirkannya. Via Via...kamu itu terlalu bucin sama suamimu! Yah terserah apa kata orang tentang ini.

Aku langsung menekan nomor Vira. Dia harus bertanggung jawab untuk hari ini. Apa dia berencana untuk merusak persahabatan kami? Yang memang tak seakrab jaman sekolah dulu.

Tuuut tuuut...

Dari kesekian kalinya, telponku tak diangkat olehnya. Bahkan ku coba panggilan wa pun tak diangkat, padahal dia online. Oke fix, ini namanya dia menghindari masalah. Ya siapa sih yang mau deket-deket sama masalah? Tapi dia udah ngasih aku bukan cuma masalah, udah bencana namanya!

"VIRAAAAA! KAMU TEGA BANGET LAKUIN INI KE AKU! NGAPAIN JANJI PALSU MINTA KETEMU? APA SEGITU CINTANYA KAMU SAMA DIA SAMPE NGELAKUIN APA AJA PERMINTAANNYA????"

"AKU GAK MAU TAU!KAMU HARUS JELASIN ALASANNYA!AWAS KALO CUMA SOAL CINTA!"

Aku kirim pesan ke Vira. Sorry aku pake capslock semua biar dia tahu aku beneran marah sama perilaku dia kali ini. Hari ini benar-benar menjengkelkan buatku. Perasaanku benar-benar tak karuan.

Astagfirullah astagfirullah...
Cuma istigfar dalam hati kuulang-ulang. Ya Allah, ampunilah hamba....
Tambahkan kesabaran ya Allah, tambahkan kesabaran..

Aku melenggang meninggalkan kedai secepat mungkin. Aku harus segera pergi dari sini. Harus!

.
.
.
.

Up ya..

Terima kasih buat semua vote dan komen..walaupun author sedih baca komenannya..hehe

Semoga kita semua selalu dijaga kesehatan, dijaga rizkinya..

Semoga semua bencana musibah segera berlalu aamiin...

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang