Part. 14

7.3K 367 6
                                    

Sudah dua malam ini aku sendirian dirumah. Pasti udah tau kan ya mas Bram dimana. Dia dirumah ibu, sama Sari tentunya. Aku memang sengaja pulang sendiri. Mau gimana orang mas Bram nya ngambek bicara sama aku. Disanapun aku tak dihiraukannya. Ya sudah, lebih baik aku pulang saja. Lagipula Sari memang lebih butuh perhatian mas Bram dari pada aku.

Salah kamu juga sih Vi, kenapa kamu gak hiraukan pesan dari suamimu? Begitu juga telpon ataupun vc nya? Ya wajarlah kalau suamimu marah. Baiklah-baiklah, aku memang selalu salah disini. Apa memang cuma aku yang setiap kali harus ngalah? Aku kah yang harus selalu minta maaf duluan? Padahal yang salah duluan juga dia kan?

Tapi kan Vi, memang seperti itulah sikap laki-laki. Dia akan luluh saat kamu minta maaf duluan. Bukankah itu yang kamu pelajari selama ini? Ia, aku tau. Tapi aku juga merasa lelah. Aku ingin sesekali mas Bram yang ngertiin aku. Hey Via, suamimu sudah banyak kebaikannya padamu. Jangan sampai kamu jadi istri yang ingkar nikmat. Aaaa... aku kesel.

Istigfar Via, kamu harus sabar. Surga itu mahal. Ya Allah, apa ini kesalahan hamba? Apa memang hamba yang tidak bisa menjadi istri yang baik? Ya sudah, sebaiknya aku kirim pesan ke mas Bram. Entah dibalas atau tidak, biarlah.

"Mas, adek minta maaf ya. Sudah ngabaikan mas. Mas tau, adek gak bisa kalo mas gak ngomong kayak gini. Adek kangen mas. Maafin adek"

Sebenarnya gak susah si ngebujuk suami. Tapi, butuh kekuatan ekstra buat neken ego. Karena kalo ego tetep nongol, gak akan selesai masalah. Maunya masing-masing menang. Kalo dari dulu aku egois, mungkin gak ada setahun rumah tanggaku udah bubar.

Mas Bram itu tipe orang yang keras pendirian. Akupun demikian sebenarnya. Hanya saja, aku selalu ingat bagaimana harus mempertahankan bahtera ini. Sebisa mungkin jangan ada kata pisah aku ucapkan didepan mas Bram. Dan aku berharap diapun demikian.

Lebih baik aku beristirahat sekarang. Besok aku akan mengunjungi Sari. Dan aku ingin bertemu dengan mas Bram. Semoga keadaan ini membaik.

*****

"Udah gak muntah lagi Sar?"

"Kadang masih muntah mbak. Gak tau kenapa"

"Itu wajar kok Sar. Nanti juga lama-lama bakal hilang"

Ibu berujar sambil membersihkan peralatan makan. Aku masih duduk di tempat makan setelah membereskannya. Sedang Sari, dia tengah mengupas buah apel. Aku memang belum lama datang. Saat yang lain tengah makan siang tadi aku sampai. Dan sama ibu langsung diajak makan. Sedang mas Bram masih acuh walau setelah aku mengiriminya pesan semalam. Ya sudahlah.

Sekarang lebih baik aku ke kamar dulu, siapa tau mas Bram di kamar. Lagipula sudah tidak ada yang perlu dikerjakan. Sampai di kamar, nyatanya mas Bram gak kesini. Padahal sehabis makan dia langsung pergi. Ya mau ngapain disini? Aku yakin dua malam ini dia tidur dikamar Sari.

Sepertinya aku menyesal datang kesini. Karena mas Bram bahkan gak ngerti kalo aku pengen bicara sama dia. Keadaan diam-diaman seperti ini membuatku tak nyaman. Karena waktu zuhur udah tiba, ya udah aku solat dulu. Sekaligus mengadu pada Pemilikku.

Selesai melaksanakan semua kewajibanku, aku keluar untuk mencari mas Bram. Sebenarnya dia itu kemana sih? Tapi aku gak enak mau tanya ke Sari. Apalagi kalo harus nanya ke ibu. Aku gak mau mereka tau kami sedang tidak baik-baik saja.

"Bu, Via pamit dulu ya. Mau belanja keperluan rumah juga soalnya"

"Sebentar sekali Vi?"

"Iya bu, cuma mau nengokin Sari aja tadi kesini"

"Gak mau nunggu Bram dulu?"

"Enggak bu, nanti Via wa aja"

"Ya udah kalo gitu, hati-hati ya"

Setelah berpamitan dengan ibu, aku ingin berpamitan pada Sari. Tapi ibu mencegahku, dan mengatakan kalo Sari pasti sedang tidur siang. Ya sudahlah.

Aku tidak bohong saat berkata akan berbelanja. Karena memang aku biasa berbelanja bulanan untuk keperluan rumah. Biasanya aku selalu ditemani mas Bram. Biasanya Via, itu biasanya. Kamu harus sadar diri sekarang. Ok, aku mungkin akan terbiasa dengan ini.

Acara belanjaku itu gk perlu waktu lama, 30 menit udah beres. Dan, daripada bosen dirumah. Akhirnya aku memutuskan mampir di kedai es krim. Duduk, sambil menikmati dinginnya es krim. Hpku berdering, siapa ya? Kuambil hpku, mama?

"Assalamu'alaikum ma"

"Vi, kapan kamu kerumah? Emangnya Bram masih diluar kota?"

"Besok deh ma Via kesitu. Mas Bram udah balik kok ma, tapi kayaknya Via sendiri aja yang kerumah mama"

"Ya udah mama tunggu dirumah. Kamu baik-baik aja kan?"

"Via baik kok ma"

"Ya udah, nanti kita bicara lagi kalo kamu udah dirumah"

"Ia ma"

Setelah mengucap salam, panggilan telpon berakhir. Tumben mama nggak marah. Padahal waktu aku bilang batal kesana beberapa hari lalu, kayaknya dia marah. Tapi ini, kenapa ya? Sepertinya mama berharap banget aku pulang. Ada apa?

Kuhabiskan segera es krim yang sudah tak padat lagi. Dan bergegas untuk pulang kerumah. Karena langit yang tiba-tiba sudah menghitam. Berhubung saat ini aku gak pake mobil.

Belum sempat motor yang kukendarai memasuki jalan raya, tiba-tiba motor lain melaju kencang menabrak ban depan motorku. Motorku ambruk dan aku terjatuh juga. Astagfirullah, itu orang gimana si bawa motor! Ini masih dipinggir juga ditabrak. Orang-orang yang melihat membantuku mendirikan motor. Mereka menanyakan keadaanku. Aku berkata bahwa aku baik-baik saja. Ya..walaupun kaki kiriku terasa sakit, kayaknya terkilir deh.

Aku menyusun kembali barang belanjaanku dan segera kutinggalkan tempat itu.

.
.
.

Gak banyak percakapan ya.

Semoga tetep enjoy

Semoga kita dijauhkan dari segala penyakit dan musibah

Aamiin

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang