Part. 7

8.1K 350 4
                                    

Tak kupungkiri memang. Hatiku senang, perasaanku bahagia. Mas Bram dalam beberapa minggu ini selalu bersamaku. Tentu aku sangat senang, itu berarti dia sangat menyayangiku kan? Tapi...pantaskah aku bahagia atas kesedihan orang lain. Aku tau Sari pasti sangat sedih, mungkin ia juga merasa menderita dengan pernikahan ini.

"Assalamu'alaikum sayang"

"Wa'alaikumussalam mas" balasku setelah kubuka pintu. Seperti biasa dia hangat, tersenyum dan bersiap memelukku.

"No no no.. mas basah jangan peluk peluk ya. Mandi sana ah. Ntar sakit lagi"

"Basah gini aja gak mau dipeluk"

"Lagian kenapa tadi gak bawa mobil aja, kan gak kehujanan kayak gini. Mas kalo dibilangi suka gak nurut si, udah tau ini musim hujan. Ngeyeel"

Aku berkeluh kesah atas sikapnya. Sedangkan dia tersenyum-senyum menatapku.

"Maaas!"

"Ayok ngomong lagi..mas dengerin kok. Lagian mas suka adek ngomel. Jarang gitu dengerin adek ngomel" katanya sambil cengengesan.

Ya Rabb suamiku. Sebenarnya aku ingin marah padanya. Tapi melihat sikapnya begini kan jadi luntur juga marahku.

"Apaan deh mas, adek sering kok ngomel. Mas aja gak sadar"

"O gitu ya, abis mas kira adek sedang mengungkapkan rasa sayang. Makanya gak sadar kalau adek lagi ngomel" ungkapnya setelah pura-pura berfikir. Ah sudahlah.

"Siniin tasnya" ucapku ketus.

"Jangan ketus-ketus sama mas, mas keluar bentar aja adek udah kangen gitu. Pake ketus-ketusan segala" ucapnya sembari memberikan tas yang dibawanya tadi. Dan ia pergi ke kamar mandi.

"O ia mas, adek masakin air hangat tadi, tapi belum adek tuang. Sini biar adek tuangin dulu" ungkapku pada nya. Kuletakkan tas disofa dan bergegas menyusulnya.

Setelah kusiapkan air hangat, mas Bram memegang tanganku.

"Apa?"

"Ketus banget. Gak jadi ah"

"Kenapa sayang?"

"Udah ah, sana keluar. Mas mau mandi"

"Ngambeeek" ledekku.

Dan mas Bram mendorongku keluar. Tapi dengan lembut ya.

Setelah solat isya dan makan malam, biasanya kami duduk santai sambil nonton tv. Kadang juga main hp masing-masing. Tapi kalau udah pada asik main hp, kadang mas Bram ataupun aku akan mengusili yang lainnya.

"Adeek" kali ini mas Bram yang menjaili ku saat aku sedang bermain hp. Sambil nyolek-nyolek pipiku. Kadang juga gelitikin aku.

"Ini suami dianggurin aja. Sayang loh dek. Ganteng gini, eh dianggurin. Hhhmmm...Mana wangi lagi" ucapnya.

"Mana coba wanginya" kataku sambil mengendus-endus suamiku.

"Waah, suamiku wangi sekali" ucapku masih menciumi badannya.

"Dek, jangan mancing ya"ucapnya saat aku mulai menciumi pipinya.

"Foto siapa itu diliat" kata mas Bram tiba-tiba. Aku berekspresi bingung.

"Ooh..itu temen mas. Lagian gk sengaja juga. Daritadi cuma secrol-secrol aja" kataku saat kulihat tatapan mas Bram ke ponselku.

"Yakin gak sengaja?" Katanya masih curiga. Entahlah, masa ia dia cemburu. Aku tadi lagi buka instagram, dan kebetulan pas mas Bram jailin aku pas kebuka itu tadi. Tapi aku aja gak liat, asal secrol aja dan belum kututup.

"Ia lah sayaang, lagian masku ini lebih ganteeeng, wangi banget lagi" kataku membujuk.

Mas Bram masih pura-pura merajuk.

"Kalau suamimu udah ganteng plus wangi kenapa masih liatin orang" aku pengin ketawa liat cemberutnya.

"Maaas...gak sengaja itu mah kebuka gitu aja" kataku sambil balik nyolek-nyolek pipinya.

Masih berdiam diri, aku gelitikin sambil memeluknya. Pasti berhasil. Hehe.. Karena aku tau dia gak beneran marah.

"Geli dek.. udah ah" katanya. Karena aku belum juga berhenti menggelitikinya, dia pun balas gelitikin aku. Dan aku yang menyerah lalu menjauh dari suamiku.

"Udah ah mas, geli nih"

"Adek yang mulai"

"Ia deh maaf, abis pake ngambek-ngambekan segala"

Suamiku tersenyum, dan akhirnya aku mendekat lagi padanya. Aku hanya menyandarkaan tubuh manja di bahu mas Bram, sedangkan dia asik bermain ponsel. Main game.

Seketika terlintas tentang Sari. Apa aku coba ngomong sama dia aja tentang ini? Tentang dirinya yang menurutku tak adil. Jujur aku tak nyaman dengan semua ini.

"Mas"

Aku pelan memanggilnya. Diaa hanya bergumam saja.

"Mas, aku pengen ngomong nih"

"Ya udah ngomong aja, mas dengerin kok"

"Mas, kenapa mas selalu disini? Mas gak kepikiran untuk ketempat Sari kah?"

"Adek gak senang mas disini?" Katanya dengan nada yang sepertinya terainggung dengan pertanyaanku.

"Adek senang. Senang sekali malah. Mas selalu disamping adek, tapi..."

"Apa?"

"Mas gak merasa menzolimi Sari kah? Kita sudah sepakat untuk 3 hari masing-masing. Tapi mas ini sudah lebih 2 minggu dan mas tak pernah menengok Sari sekalipun"

"Adek tau darimana kalau mas gak pernah mengok Sari?"

"Ya mas kan selalu disini"

"Istirahat siang mas ketempat Sari. Mas juga makan siang disana"

Memang kontrakan kami dulu dekat dengan kantor mas Bram, sekitar 3 menit dengan motor.

"Tapi mas, itu gak adil. Istirahat cuma 1.5 jam. Sedangkan mas sama adek lebih dari itu"

"Ya sudah kalau itu mau adek" tutupnya dan dia pergi ke kamar.

Menghela nafas, kumatikan tv yang sedari tadi sebenarnya tak ditonton. Kususul mas Bram ke kamar. Dia sudah berbaring dan terpejam. Aku yakin dia belum tidur.

"Mas..." kugoyangkan lengannya. Dia diam saja.

"Adek gak maksud apa-apa, cuma gak mau mas berdosa karena tak adil pada kami" tak ada jawaban.

"Ya udah maafin adek kalau salah" mas Bram masih tak bereaksi.

Ya sudahlah. Aku bersiap tidur saja. Memang apa yang salah? Aku hanya mengingatkannya saja kan.

.
.

Selamat puasa semuaa...

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang