Part. 9

7.6K 320 3
                                    

Seharusnya saat ini sudah hangat oleh sinar mentari. Namun nyatanya yang ditunggu pun tak kunjung muncul. Malah harinya suram. Saat berangkat  tadi, ku kira cuacanya akan berubah. Nyatanya masih sama.

Gak papa deh, biarpun cuaca gk mendukung tapi genggaman tangan suami mendukung segala perasaanku. Kami berjalan beriringan disepanjang pantai. Menikmati deburan ombak dan juga angin. Tak terlalu banyak orang disini. Mungkin karena cuacanya mendung.

"Gak dingin dek?"

"Nggak kok" kataku dengan gelengan dan senyum manis.

"Masa si, ini banyak angin lo dek, mana gak ada panas lagi"

"Mas dingin kah? Kan udah pake jaket"

"Lumayan dingin si ini, coba tangan adek kesini" katanya melepas genggaman kami dan mengarahkan tanganku ke pinggangnya.

"Emangnya kayak gini ngilangin dingin?"

Aku bertanya karena aku tak merasakan perubahan yang berarti. Masih terasa dingin kok.

Seketika mas Bram meluk aku.

"Mas, ini ditempat umum loh"

"Kan kalo gini udah gak dingin. Lagian kita kan udah nikah dek"

"Biarpun begitu nggak baik didepan umum pamer kemesraan mas"

"Harusnya tadi kita dirumah aja. Mau pelukan gimana juga enak gak ada yang liat"

"Gak yakin adek kalo cuma pelukan doang"

"Oh ya jelas ada plus plus nya dong"

Aku tertawa mendengar ucapannya. Namun sepertinya langit sedang bersedih. Karena dia tak senang saat melihatku tertawa. Makin lama makin deras tangisnya. Kamipun harus berteduh.

"Bu popmie sotonya dua ya"

Karena kami berteduh diwarung, ya sudah sekalian aja makan. Mas Bram ngambil kerupuk dua bungkus. Sambil nungguin popmie datang kita abisin tu kerupuknya. Dingin ya pengennya ngemil. Aku sih itu ya.

Menikmati hujan sambil menikmati makan.  Ya disyukuri saja, toh hujan ini adalah rahmat Allah. Dan saat yang tepat untuk memanjatkan doa.

"Mas abis ini pulang aja ya"

"Kalau masih hujan gimana bisa pulang dek? Lagian emang adek udah puas maennya?"

"Adek gak maen apa apa daritadi. Hujan gini mau ngapain disini?"

"Ya menikmati hujan dan deburan ombak"

"Udah ah, bosen lama-lama juga disini. Mending pulang aja deh"

"Iya deh iya, tapi tunggu hujan reda dulu ya"

Aku menggeleng, dan mas Bram terlihat bingung dengan gelenganku. Sebenernya aku lagi pengen main hujan. Tapi kalau disini kan malu banyak yang lihat, meskipun gak sebanyak hari libur biasanya. Jadi, pengen hujan-hujanan di motor aja.

"Emangnya adek mau ujan-ujanan?"

"He em" jawabku disertai anggukan.

"Nggak ah, ntar adek sakit lagi gimana?"

"Nggak papa mas, asal nanti langsung mandi sampe rumah"

"Pengen banget emang ujan-ujanan?"

"Ntar kalo mas yang sakit gimana?" Tanyanya lagi saat melihat anggukanku.

"Kan ada adek yang rawat. Ih mas ih, kenapa malah sakit doanya"

"Ya kan kita gak tau dek"

"Ya makanya, berdoa itu sehat selalu. Udah yok pulang"

Karena aku kekeh banget mau pulang ujan-ujanan. Akhirnya mas Bram menyetujuinya. Yah aku kan hanya rindu masa kecil. Lagipula jaraknya tidak terlalu jauh kok. Sekitar 15 menit ke rumah.

Kurentangkan tangan dan menadahkan wajahku ke rintik hujan. Kunikmati setiap tetesnya di wajahku. Entahlah apa cuma perasaanku aja, tapi aku merasa lebih fresh. Serasa bebanku gugur oleh tetesan hujan. 

"Mas jangan kenceng bawa motornya. Dingin nih"

"Ini juga dingin sayang. Kan hujan"

"Maksud adek kalo kenceng kan kena angin juga, makin dingin tau"

"Ya sudahlah, sesuai mau adek aja dah"

Aku tersenyum dan memeluknya. Namun lama kelaman dingin juga sih.

"Mas.... dingiiin"  kataku memeluknya makin erat.

"Ia sayang mas tau, sabar ya bentar lagi sampai rumah. Lagian kan adek yang ngeyel minta hujan-hujanan"

Aku tersenyum saja mendengarnya. Ya mas Bram memang benar, aku sendiri yang minta pulang saat hujan. Sekarang aku juga yang mengeluh.

Tak lama kami sampai dirumah. Aku langsung menuju kamar mandi setelah masuk rumah. Setelah membersihkan diri, aku keluar mencari mas Bram masih dengan handuk yang kupakai. Apakah dia sudah masuk atau masih diluar. Pakaian kami basah, otomatis lantai yang kita juga basah.

Beberapa kali kupanggil namun tidak ada jawaban. Kukira masih diluar, jadi aku memutuskan berganti pakaian dulu. Kan gak mungkin aku keluar hanya dengan handuk.

Saat menginjak lantai kamar basah dan ada gemericik air dari dalam kamar mandi, ku tau mas Bram sedang mandi. Setelah berpakaian, kulap lantai yang basah.

Selesai, aku buat teh hangat dan mengambil beberapa cemilan yang ada dirumah. Membawanya ke kamar menemui mas Bram. Kulihat dia tengah bermain ponsel.

"Mas, ini minum teh hangat. Biar hangat, hehe"

"Kalau yang bikin hangat itu adek" ucapnya sambil mengedipkan mata. Aku hanya tersenyum saja padanya.

Kuletakkan nampan dimeja kecil dekat ranjang. Kuambil ponsel dan duduk disamping mas Bram. Kubuka ponsel ada panggilan tak terjawab dari mama. Mama sebutan untuk ibuku. Sedang ibu untuk ibu mertuaku.

"Nah ini yang bikin hangat" mas Bram memelukku dari samping dan mencium pipiku.

"Udah dong jangan main hp, ini lo suami pengen diangetin" mas Bram meraih ponselku dan menaruhnya asal.

"Mas. Itu ada panggilan dari mama" kataku sambil meraih ponselku kembali.

"Kenapa?"

"Gak tau. Kan gak keangkat"

Ku putuskan menelpon mama. Tak lama kudengar salam dari mama.

"Wa'alaikumussalam ma, kenapa mama telpon?"

"Kenapa kamu keterlaluan sekali sih Vi. Mau-maunya kami dimadu sama Bram. Harusnya kamu tu cerai aja sama dia"

"Ma....mama tu gak tau ceritanya ma.."

"Karna kamu gak kasih tau mama! Kalau si Revi tu gak ngegosipin kamu disini. Mama juga gak akan tau Vi! Suka ya kamu tu digosipin orang"

"Ma. Ini tu urusan rumah tangga Via ma"

"Pokoknya mama mau kamu pulang. Suruh Bram jelaskan semua ke mama! Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam ma..."

"Ya udah nanti kita kerumah mama. Tapi tunggu mas libur ya. Kebetulan mas sepekan lagi cuti. Kita bisa kerumah mama"

Aku mengangguk, begitulah mama. Dia selalu ingin tau rumah tanggaku. Aku tau dia kuatir. Tapi aku tak suka dengan caranya. Beliau selalu mencurigai mas Bram. Aku anaknya yang terakhir, 2 kakak ku perempuan juga sudah berkeluarga, bahkan punya anak. Mereka tinggal diluar kota.

"Semoga gak ada apa-apa ya mas. Adek gak tau nanti gimana ngadepin mama"

"In sya Allah semuanya baik-baik saja sayang. Tenang ya" mas Bram memelukku erat. Ya Allah luluhkanlah hati mama. Buat mama mengerti dengan semua ini ya Allah.

.
.
.
.

Maaf ya lama up.

Jaga kesehatan ya,..

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang