Aku sangat penasaran sebenarnya dengan hadiah dari mas Bram. Ya aku tau itu coklat, tetapi aku merasa ada yang aneh dengan coklat tersebut.
Akupun berinisiatif untuk mengambilnya dari dalam tasku. Namun saat aku sudah memegangnya, ibu memanggil kami untuk makan malam. Ya, memang kami sampai dirumah ibu tadi menjelang magrib.
Dimeja makan sudah ada ibu, ayah, dan juga Sari. Aku dan mas Bram segera duduk, mas Bram memilih mendekat pada ibu, sedang aku didekat Sari.
"Gimana keadaanmu Sari?"
"Alhamdulillah baik mbak"
"Gak mual lagi sekarang? Makan udah enak?"
"Iya mbak udah enak. Alhamdulillah mualnya ilang"
"Iya Vi, udah sehat Sari. Dia ngotot banget itu pengen pulang kerumah. Tapi ibu masih khawatir dengan kondisinya"
Aku ersenyum menanggapi kalimat ibu. Dan kami melanjutkan makan malam kami dengan tenang.
*******
"Vi, maaf ya semua ini membuatmu terluka. Memang ibu akui ibu sangat egois, terlalu sayangnya ibu dengan kamu malah jadi melukaimu"
"Tapi Vi, satu hal yang harus kamu tau. Bram itu sangat menyayangimu, dia cerita ke ibu. Dia tidak ingin kehilangan kamu, tapi dia juga bingung harus bagaimana"
"Maaf ibu jadi turut campur dalam urusan rumah tangga kalian. Semua ini salah ibu, kalau mau membenci, benci saja ibu Vi"
Aku tersenyum mendengar kalimat ibu. Yah memang aku tidak suka saat mengetahui alasan mas Bram menikah kembali karena ibu. Tetapi, perasaanku tidak sampai membenci ibu.
Aku mencoba mengerti perasaan ibu yang memang menginginkan hadirnya tawa dan tangis anak-anak diantara kami semua. Karena aku sendiri tau bagaimana rasanya. Disaat teman-temanku, atau bahkan saat mas Bram menunjukkan foto bayi atau anak-anak di status temannya. Aku tersenyum dan mengatakan "sabar" padanya. Meski aku sendiri menangis dalam hati. Dan berharap segera diberi kesempatan.
"Vi, kamu gak papa kan?"
Aku menghadap ibu.
"Nggak kok bu. Via gak papa. Via yang sudah mengijinkan mas Bram menikah. Apapun alasannya, itu sudah tidak penting lagi bu"
"Terima kasih Vi, ibu selalu berdoa untuk kebahagianmu nak"
Aku hanya mengucap "aamiin" untuk menjawab kalimat ibu. Toh semua sudah terjadi, aku hanya bisa berdoa semoga kami baik-baik saja. Dan aku tak pernah lelah untuk memanjatkan permohonanku kepada sang Kuasa, karena tak ada yang mustahil ditangan-Nya.
Sekarang aku sudah ada dikamar lagi. Karena setelah pembicaraanku dengan ibu selesai, aku menuju kemari. Aku meraih tas, berniat mengambil hp. Namun yang tersentuh oleh tangan adalah sebungkus coklat dari mas Bram tadi. Akupun langsung membukanya.
Ternyata didalamnya ada sebuah kotak kecil persegi panjang. Aku membuka kotak itu. Kutemukan foto pernikahan kami, sesaat setelah ijab qabul dahulu. Ingatanku melayang, rasanya begitu bahagia saat itu. Senyumku bahkan selalu menempel dibibirku.
Aku membuka lipatan kertas dibawah foto tersebut.
Dear Via,
Istriku, yang selalu kusayang.Terimakasih, sudah hadir menemaniku.
Terimakasih, sudah setia bersamaku dikala aku bahkan tak bisa tetap setia hanya padamu.
Terimakasih, sudah membersamaiku disaat senang ataupun susah.
Terimakasih, untuk semua kasih, segala sabar, lelahmu untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahnya Dimadu? | SELESAI |
RandomHidup berumah tangga memang gak selalu mulus kayak jalan tol. Banyak hal yang bakal muncul bahkan tanpa di kira kira oleh orang-orang single pada umumnya. Jangan ngayal kalo kalian sama-sama cinta trus bisa hidup bahagia selamanya dunia akhirat. Ja...