Part. 6

8.6K 385 2
                                    

Hari-hari sudah berlalu sejak aku kerumah ibu waktu itu. Dimana setelah itu aku tau, alasan dibalik pernikahan kedua suamiku.  Sebenarnya aku tak enak hati dengan Sari. Mendengar pernyataan ibu, membuatku merasa miris. Bagaimana perasaan Sari? Mengapa dia mau? Menikah dengan orang yang tak mencintainya.

Aku tau bagaimana suamiku. Jika dia tak suka seseorang, atau merasa risih, dia tak akan suka dekat-dekat. Apalagi seorang wanita. Dia sangat bisa menjaga perasaanku. Begitulah, mengapa aku menyayanginya.

Tapi, tentu hal ini berbeda. Sari itu istrinya. Istri sahnya. Mas Bram gak boleh zholim terhadap hak Sari dan tak memenuhi kewajibannya. Bukan...bukan aku tak cemburu. Aku hanya tak mau suamiku berdosa dengan hal ini. Walau aku tau perasaanku pasti terlukai. Berkepanjangan.

Seharusnya suamiku membagi waktu dengan Sari juga. Kami sudah sepakat walau mas Bram ogah-ogahan. Bahwa dalam satu minggu dibagi dua. Tiga hari masing-masing. Sedang satu harinya dibebaskan untuknya memilih dimana dia ingin menghabiskan waktu.

"Jadi begini. Bram. Kesini" ibu sepertinya serius sekali.

"Kenapa sih bu.."

"Duduk Bram" ibu sepertinya mulai gemas dengan sikap suamiku itu.

"Bram, dengar nak. Sekarang sudah ada Sari juga dihidupmu. Kau harus bisa adil pada mereka. Oh ya, ibu ingin kamu cari tempat tinggal untuk Sari juga"

"Tapi bu, Bram gak punya cukup uang untuk bangun rumah yang setara dengan rumah kami"

"Ibu tau, mengontrak saja dulu. Karena masih banyak yang harus disiapkan selain rumah. Sari, nggak papa kan nak untuk sementara?"

Sari mengangguk mendengar ucapan ibu.

"Ia bu, gak papa kok" ucapnya.

"Ya sudah, ibu tinggal. Kalian diskusikan apa-apa yang perlu didiskusikan" ibu berucap lalu meninggalkan kami.

Hampir 2 menit dan belum ada yang membuka suara. Mungkin mas Bram bingung harus mulai darimana.

"Mas, nanti coba cari kontrakan ditempat kita dulu aja. Rumahnya besar dan harganya gak terlalu mahal. Apalagi lingkungannya juga baik. Bagaimana Sari?"

"Ah ia mbak gimana baiknya aja. Aku ikut gimana mas Bram aja" ujarnya.

Sedangkan mas Bram hanya mengangguk saja.

"Ya sudah, nanti aku hubungi pemiliknya dulu. Apakah ada yang tak ditempati orang"

Lagi-lagi keduanya hanya angguk-angguk. Kenapa hanya aku yang mengoceh disini.

"Mas" kataku kesal

"Ya sudah kau telfon dulu saja orangnya" ucapnya agak dingin. Ya baiklah aku tak ingin membuatnya tak nyaman.

Tak sampai satu menit aku berbincang dengan bu Ratna si pemilik kontrakan. Dan hasilnya dapat.

"Mas, ada yang kosong. Aku udah minta diberesin tempatnya, jadi besok tinggal pindah saja"

"Kenapa gak sekarang? Kita bisa kan beres-beres sendiri?"

Aku cemberut mendengar perkataannya. Aku sedang sangat malas untuk bersih-bersih. Tapi ya sudahlah aku tak mau membantah. Aku mengangguk.

"Ya sudah kalo gitu sekarang aja. Sari, kamu beresin barang-barangmu ya. Mumpung masih pagi ini" kataku saat kulihat masih jam 9 pagi.

"Untuk barang-barang inti bawa aja punya ibu. Nanti  kekurangannya bisa belanja sendiri" ucap ibu tiba-tiba muncul.

"Oh ya Bram, ibu sudah pikirkan. Sekarang kau harus bisa membagi waktumu. Lebih baik tiga hari masing-masing. Kalau sehari bergntian Bram pasti lelah. Kontrakan yang akan ditempati Sari daerah kalian dulu kan? Itu agak jauh dari rumah kalian"

"Kalo hari libur kau bisa pilih sendiri, atau jalan-jalan bersama"

"Aku pilih sendiri saja. Aku rasa mereka gak keberatan bu"

Aku tidak masalah dengan keputusan itu. Jadi aku mengangguk. Tanda setuju dengan keputusan mas Bram. Daripada bingung, ya seperti itu saja.

Tak lama Sari muncul. Dengan sebuah koper hitam.

"Kamu setuju kan Sari kalau dalam seminggu masing-masing tiga hari. Kau dan Via. Sedang sehari kupilih sendiri?" Tanya mas Bram langsung pada Sari. Dan yang ditanya hanya mengangguk saja.

Setelah semua barang siap, kami juga bersiap berangkat.

Tiba ditujuan jam 11. Langsung bersih-bersih tempat setelah berbincang dengan bu Ratna. Dia sempat bertanya siapa Sari. Kujawab apa adanya, dan kukatakan kalau Sari yang akan tinggal bukan aku. Sepertinya beliau agak terkejut namun tak berkomentar apa-apa.

Selesai menyusun barang pada tempatnya sekitar jam 12 lebih. Sebentar lagi zuhur. Dan mas Bram bersiap ke masjid dekat rumah. Sedang aku dan Sari akan berjama'ah dirumah.

Selesai solat, mas Bram berpamitan pada Sari untuk mengantarku pulang. Karena tadi sudah berpamitan dengan ibu bahwa kita tak akan kesana lagi setelah ini.

Sudah hampir dua minggu sejak kejadian itu. Dan selama itu pula mas Bram ndak pernah pergi lagi kerumah Sari. Aku jadi merasa bersalah pada Sari.

Aku harus bagaimana? Aku tak pernah melarang mas Bram untuk menemui Sari kan. Tapi kau juga tak pernah menyuruhnya Via. Ya baiklah aku tak berbuat apa-apa, memang aku harus apa ?

.
.
.

Usahain cepet up takutnya nanti males nulis lagi.hehe

Semoga semua tetep sehat..

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang