"Sari dirawat di klinik. Dia hamil, dan dehidrasi karna gak ada yang masuk tubuhnya. Semua dimuntahin lagi. Dari tadi pagi pas balik ngantar mas ke bandara"
Ok, kirim. Aku memang sedih dan sepertinya marah sama mas Bram. Akupun merasa kecewa sekaligus takut, semua itu menyatu dihatiku sekarang. Namun, aku juga harus memberitahunya tentang keadaan Sari saat ini. Dari pagi aku memang belum memberitahunya, karena aku lupa mengiriminya pesan. Sedangkan telponku tak pernah diangkat olehnya.
"Kenapa Via?"
Aku memandang ibu yang tengah memandangku. Begitu juga Sari, ia juga tengah melihat kearahku. Emangnya ada apa?
"Gak ada apa-apa kok bu. Emangnya ada apa?"
Aku balik tanya. Ya jujur aja aku bingung, memangnya aku kenapa?
"Ya udah gak papa kok. Kamu udah makan malam belum? Biar ibu belikan juga. Kamu jagain Sari ya "
"Iya bu biar Via jagain Sari. Via udah makan tadi bu sebelum kesini"
Ibu mengangguk dan keluar ruangan. Aku jadi merasa gak enak. Aku kira udah ada makanan disini. Ternyata malah gak ada.
"Udah bisa makan Sar?"
"Masih muntah terus mbak, tadi makan buah aja yang gak muntah"
Aku mengangguk-angguk saja. Tak tau harus bereaksi seperti apa lagi.
"Oh ia, ayah gak kesini ya?"
"Enggak mbak, kata ibu ayah gak usah kesini soalnya besok pagi-pagi udah harus pergi kerja. Jadi kasian"
Ting!
Kudengar notifikasi wa dari hpku. Kulihat ternyata dari mas Bram.
"Sari hamil? Adek baik-baik aja kan? Trus sekarang gimana keadaan Sari?"
Kubaca saja tanpa kubalas pesannya. Entahlah, aku sedang malas saja. Hey Via, kau tau itu suamimu kan? Mengapa tak kau balas? Apa kau mau nyuekin suami? Mau berdosa?
Ah enggak, suamimu itu juga gak pengertian padamu. Kenapa dia harus berkata seperti itu padamu? Aduh, ini kenapa jadi pikiranku kemana-mana? Aku jadi bingung, kubalas atau enggak ya?
Kayaknya aku kelamaan mikir deh. Buktinya mas Bram udah nge vc aku. Angkat gak ya? Hehehe..aku nemu ide nih.
"Sar, ini mas Bram mau tau keadaan kamu"
Aku langsung menerima vc dari mas Bram. Namun, langsung kuberikan pada Sari. Aku sedang malas ngomong sama mas Bram, tapi kalo gini kan aku gak nyuekin panggilannya. Pikiranku aja sih kayak gitu.
Aku menunjuk pintu, mengisyaratkan untuk keluar ruangan. Sari mengangguk saja. Aku masih bisa mendengar mas Bram agak bingung dengan menyebut nama Sari. Aku cekikikan sendiri. Memang aku gak cemburu? Hey..pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku cemburu. Makanya aku tak mau dengar percakapan mereka.
Tapi ya biarkan saja, toh bukan wanita selingkuhan. Aku menghormati Sari sebagai istri mas Bram yang sah. Jadi, biarkan mas Bram ngobrol sama Sari. Lagipula aku yakin Sari gak ngasih tau mas Bram tentang ini.
Sekitar 10 menit aku duduk di kursi luar ruangan. Hingga kulihat kedatangan ibu dengan beberapa kantong plastik.
"Ngapain disini Vi?"
"Nggak ngapa-ngapain bu"
"Ya udah masuk yuk"
Aku mengikuti langkah ibu masuk keruangan. Kulihat Sari tengah memainkan ponselnya.
"Mbak, ini hpnya"
Ucapan Sari mengalihkan perhatian ibu yang sedang memindahkan makanan ke piring. Sedangkan aku, mengambil ponselku dari genggaman Sari. Ibu kembali sibuk dengan makanan tanpa bertanya.
"Sari, coba makan ya. Ini ibu belikan soto"
"Biar aku yang suapin bu, ibu makan aja"
"Gak usah mbak, aku udah sehat kok. Bisa makan sendiri"
Aku tersenyum saja, dan menyerahkan mangkuk serta sendoknya pada Sari. Aku hanya duduk disebelahnya. Bukan diranjang ya, tapi kursi tunggal disamping ranjang.
Setelah acara makan selesai, kami hanya bersantai masing-masing. Tak banyak percakapan antara kami. Saat datang waktu isya, aku bergantian dengan ibu untuk solat. Begitu juga Sari, dia tetap melaksanakn kewajibannya. Setelah itu, kami mengistirahatkan diri masing-masing. Jika perlu bantuan, Sari hanya membangunkan ibu. Mungkin dia sungkan padaku.
*******
"Sudah mau makan Sari?"
Sari yang ditanya mengangguk.
"Baik sekali. Jika memang sudah sehat nanti siang bisa pulang"
Setelah dokter pergi, kamipun bersiap-siap untuk pulang. Yah walaupun dokter bilang nanti siang, kalo memang kondisi Sari benar-benar sudah sehat, sekarangpun pasti diperbolehkan pulang. Apalagi ibu, sudah gak betah banget kalo harus ada di fasilitas kesehatan seperti ini.
"Gak perlu nunggu sampe siang. Mau ngapain juga disini. Biar nanti ibu yang ngomong sama dokternya kalo Sari udah sehat"
Dan begitulah, akhirnya kini kami udah balik kerumah ibu. Ayah udah pergi kerja juga, jadi kami cuma bertiga.
Sari istirahat dikamarnya. Ya, kamar tamu sekarang adalah kamar Sari. Jadi gak ada lagi kamar kosong disini. Sedangkan aku, masuk ke kamar mas Bram. Merebahkan diri sebentar, ibu ngapain ya?
Aku keluar kamar mencari keberadaan ibu. Ternyata beliau sedang berada di dapur.
"Bu"
"Eh, Via. Kayaknya ibu harus pergi ke pasar deh. Gak ada bahan masakan soalnya"
"Biar Via aja bu yang kepasar. Ibu catat aja apa yang mau dibeli"
"Ya udah deh"
Setelah ibu memberi sebuah catatan padaku, aku meninggalkan rumah.
*****
Kurang lebih satu jam aku meninggalkan rumah. Langsung kubawa barang belanjaan ke dapur.
"Vi, itu Bram ada di kamar lo"
"Mas Bram udah pulang bu?"
"Ia, emang gak ngabarin kamu ya?"
"Belom kebaca kayaknya wa dari mas Bram bu"
Akupun pergi ke kamar untuk menemui mas Bram. Kayaknya dia tidur. Ya udah deh, kasian juga dia abis jalan jauh. Aku duduk disampingnya dan bermain ponsel. Ah, mending aku bantuin ibu di dapur.
Tiga puluh menit berkecimpung di dapur, akhirnya makan siang telah siap.
"Vi, kamu panggil Bram makan siang. Biar ibu panggil Sari"
Aku mengiyakan perintah ibu. Berjalan ke kamar, ku lihat mas Bram masih tidur.
"Mas, ayok bangun dulu makan siang. Udah dipanggil ibu"
Mas Bram masih saja setia menutup mata. Kugoyangkan lengannya, dia hanya bergumam saja.
"Mas, bangun ih"
Dia membuka mata. Duduk, lalu berlalu begitu saja ke kamar mandi. Membasuh wajah, setelah dikeringkan dengan handuk, dia berlalu begitu saja keluar kamar. Hey, ya Allah ini aku dicuekin? Jadi ngebalas nih mas Bram. Atau dia beneran marah padaku? Bukankah aku yang harusnya ngambek sama dia?
Aku menyusul keruang makan. Disana mas Bram sedang menuangkan nasi dan lauk pauknya pada Sari. Pemandangan apa ini?
"Jangan muntah terus ya. Makan yang banyak biar sehat"
Wiih, mesra banget ngomongnya. Kata-katanya si biasa aja, tapi nadanya itu loh. Sengaja ya bikin aku cemburu? Ok mas. Kamu berhasil, selamat. Aku duduk saja dan mulai mengambil makan. Makan dalam diam, dengan perasaan yang tak mengenakkan. Membuat makanan yang kumakan menjadi hambar. Gini ya rasanya?
.
.
.Up lagi..
Nulis segini aja lama banget ya?
Hehe..Semoga suka, dan semoga kita selalu diberi kesehatan. Dan dijauhkan dari segala musibah.
Aamiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahnya Dimadu? | SELESAI |
RandomHidup berumah tangga memang gak selalu mulus kayak jalan tol. Banyak hal yang bakal muncul bahkan tanpa di kira kira oleh orang-orang single pada umumnya. Jangan ngayal kalo kalian sama-sama cinta trus bisa hidup bahagia selamanya dunia akhirat. Ja...