Part. 1

15.8K 486 16
                                    

"Assalamualaikum sayang, mas berangkat kerja dulu ya. Baik-baik dirumah"

"Waalaikumussalam. Nggeh mas, hati-hati ya. Jangan lupa jaga kesehatan ya maskuu. Adek tunggu kepulangannya, udah kangen maskuu hehe"

"Ia sayang sabar ya. Mas 2 hari lagi baru bisa pulang ini"

"Ya udah tadi katanya mau berangkat?"

"Abis chat sama adek mas jadi ndak pengen kerja rasanya"

"Ih maskuu ndak boleh gitu donk"

"Ya udah mas berangkat dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam maskuu"

Itu adalah percakapan via wa dengan suamiku. Dan itu udah lama berlalu. Saat itu suamiku sedang ada pekerjaan di kantor pusat tempat bekerja suamiku. Tepatnya di ibukota.

Kami tak pernah lepas komunikasi dimana pun kami berada.

Suamiku adalah seorang manajer di sebuah perusahaan kayu di kalimantan.

Dulu waktu awal menikah, ia adalah asisten manajer. Pernikahan kami telah menginjak usia ke 7 tahun hari ini.

Alhamdulillah kami sudah punya rumah sendiri 4 tahun lalu. Sebelum itu kami hanya ngontrak.

Dan selama 7 tahun ini kami masih berdua. Belum dikaruniai seorang anak.

Periksa dan ikhtiar telah kami lakukan tapi belum membuahkan hasil.

Kami bukan orang yang paham benar tentang agama, dan masih proses belajar.

Kalo kayak istilah sekarang, kami mulai hijrah 6 tahun lalu. Dan mencoba menjadi pribadi yang lebih baik.

Tapi itu semua kisah masalalu. Sekarang berbeda.
Karena tepatnya 1 bulan yang lalu, tetap saat suamiku pulang dari ibukota dia mengutarakan niatan hatinya untuk menikah lagi.

Terkejut? Jelas aku terkejut. Marah kecewa sedih pokoknya campur aduk deh. Air mata aja langsung lolos mulus jatuh dari mataku.

Flashback 1 bulan lalu.

Malam itu suamiku pulang seperti biasa. Hangat dan romantis. Ia membawakan oleh-oleh dari kepergiannya. Dan membelikanku sebuah cincin putih cantik bermata biru.

Aku bahagia memiliki suami seperti mu mas. Lalu keesokan malamnya. Setelah solat isya ia berbincang denganku. Setelah agak lama berbincang akhirnya dia ungkapkan niatnya.

"Dek, maafin mas ya" ucap suamiku sambil menatapku sendu.

"Kenapa masku? Kenapa? Ada apa maskuu seperti itu? Ayo cerita sini?" Nadaku memang riang. Karena aku mencoba selalu riang dan tersenyum didepan suamiku. Suamiku menarik nafas panjang, dan menghembuskannya berat. Seperti ada beban berat dalam dirinya. Aku tetap tersenyum dan menatap wajahnya.

"Apa mas  boleh menikah lagi?"

Doorr...praangg entahlah apa itu pokoknya beneran aku terkejut dengan pernyataan suamiku. Kami gak ada masalah. Gak sedang bertengkar atau apapun. Kecuali satu, fakta bahwa kami belum diberi keturunan.

Aku gak bisa nahan. Masalahnya aku memang ceria. Tapi sesungguhnya aku sangat cengeng. Air mata lolos begitu saja dari kedua mataku.

Ada perasaan marah, karena begitu kejamnya suamiku mengucapkan kalimat itu. Ada perasaan kecewa dan terkhianati karena fakta menikah denganku dia belum dikaruniai anak lantas ingin menikah lagi? Dan perasaan lain yang tak bisa kugambarkan. Aku menangis.

Menangis meluapkan perasaanku. Menahan perih dalam hatiku. Ingin rasanya aku berteriak dan meluapkan semua didepan suamiku.

Apa tidak cukup semua kasih sayang yang udah kuberi buat dia?kesetiaan?apa cuma dia yang terluka setiap mendapat tanya orang "belum isi ya?". Aku juga terluka.

Suamiku memelukku erat. Aku tau dia menangis. Suamiku akan meneteskan air mata saat aku menangis. Dia adalah suami yang paling pengertian dan baik bagiku. Aku gak rela rasanya kehilangan suamiku ya Allah..

"Maafin mas dek. Maafin mas. Adek jangan nangis. Mas gak bermaksud menyakiti adek. Tolong maafin mas"

"Gak papa mas. A..ku gak akan ngelarang mas buat nikah lagi kok" kalimat itu meluncur dari bibirku. Namun dalam hati aku tak yakin apakah aku bisa berbagi? Apa aku ikhlas? Apa aku bisa?

"Jangan paksa dek. Kalau adek ndak ridho. Mas ndak lakuin. Maafin mas ya" ia menangkup wajahku. Menghapus air mataku yang belum bisa berhenti.

Ya Allah, apakah aku rela. Jika nanti suamiku menghapus air mata wanita lain? Memeluk wanita lain? Apa aku sanggup membagi kasih ku ya Rabb.

Aku semakin menangis. Dan terus menangis. Setelah beberapa menit. Aku udah lega. Walau rasa pengen nangis itu ada. Tapi gak sebesar tadi.

"Maafin adek mas. Mas jadi ikut nangis gini" aku menghapus air matanya dan tersenyum.

"Ndak papa mas. Kalo mas mau nikah lagi. Semoga dengan itu mas jadi lekas punya anak"

"Adek. Jangan gitu. Mas yakin dengan adek pun kalo Allah berkehendak kita bisa punya anak. Ini ujian dek. Kita harus sabar"

Ingin aku berteriak. Aku udah sabar. Kalo kamu sabar kenapa kamu mau nikah lagi mas? Kenapa?

"Ia mas. Adek udah nyoba buat sabar kok. Mas kapan punya niat mau nikah lagi?" Tanyaku padanya.

"Jangan ditanya tentang apapun ya dek. Mas cuma mau tanya persetujuan adek. Dan perlu adek tau mas ndak ada kepikiran buat nikah lagi selain adek" ucapnya lalu memelukku lagi.

Lalu kenapa kamu menikah lagi mas? Apa alasannya mas? Apa?

.
.

Udah ya..
Maaf kan kalau gak bagus.
😊😊

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang