Part. 32

11.1K 421 21
                                    

Hari sudah lama berlalu sejak kepergian Zubair. Dan aku masih bersedih atas kepergiannya. Aku memang telah ikhlas, aku ikhlas bahwa semuanya memang sudah kehendak yang diatas. Tetapi sebagai manusia biasa, tentu bukan hal tercela jika aku masih merasa sedih. Apalagi jika melihat anak-anak kecil yang kebetulan lewat, atau bermain disekitar rumah.

Aku sekarang ada dirumah, terhitung satu bulan sudah hari berlalu sejak kepergian Zubair. Alhamdulillah, hubunganku dengan mas Bram kembali seperti semula. Mas Brampun kurasa lebih perhatian terhadapku, lebih penyabar dibanding dirinya yang dulu. Sedang aku, kata mas Bram aku sedikit berubah. Menjadi pribadi yang lebih sering tersulut emosi dan juga gampang berubah mood.

"Mas curiga sama adek" kami sedang bersantai didepan televisi yang sedari tadi mengoceh sendiri.

"Apasih mas, curiga apa juga" nadaku sedikit naik. Apa coba maksud dia curiga padaku.

"Adek nih kenapa ya..mas juga kalimatnya belum selesai. Udah ngegas aja"

"Siapa juga yang ngegas. Adek biasa aja kok"

"Adek kok tumben ya haidnya lama?"

"Ya kan adek emang gitu. Haidnya gak teratur"

"Ya tapi ini kayaknya lebih panjang dari biasanya"

"Ah masa sih mas" aku yang termakan omongan mas Bram langsung membuka kalender di ponsel. Karena biasanya kalau aku gak lupa, aku selalu kasih tanda kapan hari pertama aku haid.

Ya asal kalian tahu, aku sedari dulu berusaha menghitung masa subur supaya cepat hamil. Tetapi karena siklusku yang tidak teratur, aku jadi pusing sendiri. Akhirnya cuma asal kucatat saja. Maaf jadi bahas masalah ini.

Setelah kuperhatikan, ternyata memang sudah lebih dari biasanya. Lalu aku menatap mas Bram.

"Memangnya kenapa mas kalo adek lama haidnya?"

"Ya mas cuma curiga adek hamil" mas Bram dengan santai berucap. Bahkan wajahnya terkesan tak ada ekspresi. Malah seperti lelucon menurutku omongannya barusan.

"Mas ngaco banget. Kenapa bisa mikir kesana?"

"Tapi ya udah lah gak usah dipikirin. Mas gak pengin adek jadi sedih kala ternyata dugaan mas salah"

Aku malah jadi berdebar-debar rasanya. Aku penasaran apakah memang yang dibilang mas Bram itu benar. Tetapi aku takut jika ternyata dugaan mas Bram itu salah.

"Tapi adek gak ngerasain apa-apa mas. Kan katanya kalo hamil mual-mual gitu?"

"Ya udah lah dek gak usah dibahas lagi ya..."

"Kan mas yang bahas duluan. Adek jadi penasaran"

"Ya udah, adek tunggu dirumah. Mas mau keluar bentar" mas Bram bergegas memakai jaket dan mengambil kunci motor yang tergantung.

"Mas mau kemana?"

"Udah adek dirumah aja" mas Bram dengan cepat menyalakan motor dan berlalu. Aneh banget. Ya udah lah aku masuk aja lagi kerumah.

Setelah kututup pintu, aku kembali masuk kedalam rumah. Karena rasa penasaran, akhirnya aku searching di google tentang tanda kehamilan.

Kubaca-baca, apa mungkin karena mas Bram bilang aku sering emosian sekarang? Jadi dia curiga aku hamil? Tapi, apa itu mungkin? Ya Allah, mendengar kemungkinan ini saja rasanya aku sangat bahagia. Apalagi jika memang itu nyata?

Pintu depan terbuka lalu dikunci. Mas Bram datang dengan kantung plastik kecil.

"Ini dek, daripada penasaran"

"Apa ini mas?" Aku mengambil kantung plastik itu dan membukanya.

"Testpack?"

"Iya, daripada kita cuma nebak-nebak. Lebih baik di cek aja. Katanya itu cukup akurat kok buat cek kehamilan"

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang