Part. 8

7.7K 336 3
                                    

Setelah kami sedikit bertengkar waktu itu, mas Bram belum ada pulang kerumah setelah pergi ke kantor. Sudah tiga hari ini kuhitung. Berarti kemungkinan nanti malam mas Bram akan datang. Tapi mengingat sikapnya yang kemaren sepertinya marah padaku, aku tak tau.

Bukannya aku tak bertanya atau apa. Tapi aku sudah mencoba me wa suamiku dua kali. Yang pertama saat dia tak pulang malam harinya setelah kemarahannya. Entahlah dia marah atau tidak, kadang aku tak tau. Dan yang kedua ku kirim pesan hari ini. Tapi tak ada dibalasnya.

Aku kan gak mungkin kirim pesan tiap waktu atau telfon tiap waktu. Aku sadar diri kalau memang mas Bram ada dirumah Sari. Aku gak mau mengganggu mereka.

Sekarang sudah menjelang sore. Seperti biasa aku membersihkan diri setelah selesai memasak. Kemudian sedikit berdandan, siapa tau mas Bram pulang. Mencoba memberikan sambutan dengan kesan yang baik. Ku kenakan baju tidur sepaha dengan lengan pendek.

Aku menunggunya, hingga tiba waktu magrib dia belum juga datang. Ah mungkin ia tak datang. Lagipula esok minggu dan dia libur, mungkin dia akan bermalam lagi dirumah Sari. Sudahlah, lebih baik aku solat dulu.

Selesai solat dan kewajiban lainnya aku memutuskan pergi makan. Aku sudah lapar, kalau dulu dan biasanya aku selalu menunggu suamiku, sekarang aku tak bisa menunggu ketidak pastiannya datang. Aku takut jika dia menginap lagi ditempat Sari. Aku akan kelaparan menunggunya datang.

Makan, nonton tv, sampai akhirnya solat isya. Mas Bram belum juga datang. Huuuufft..Dari tadi aku membicarakannya, ternyata dalam hatiku aku mengharap kehadirannya.

Guling-guling dikamar, main hp, secrol-secrol gak tau apa mau dikerja. Pengen telfon suami, tapi takut ganggu. Tau gak sih mas, adek tu kangeen bangeeet sama maskuuh. Apalagi komunikasi gak jalan kayak gini, beban hidup adek bertambah tau mas. Ah ngomong sama siapa aku?

"Assalamu'alaikum..."

Tok..Tok..Tok...

"Adeek..Assalamu'alaikum"

Alhamdulillah...Ya Allah mas Bram datang. Aduh ini belum dandan lagi, baju juga gak menarik banget. Ganti dulu, dandan dulu apa gimana ya?

"Adeek.."

Sementara aku masih beradu dengan pikiranku mas Bram memanggil lagi. Ah sudahlah.

"Wa'alaikumussalam"

Cepat kubuka pintu, mas Bram tersenyum, dan aku terenyuh. Hehehe

"Kok lumayan lama? Adek lagi ngapain tadi?" Mas Bram introgasi. Hehe, nggak kok. Mas Bram cuma nanya dengan nada lembut.

"Di toilet kah?" Tanyanya lagi sebelum sempat kujawab.

Aku menggeleng cepat sambil tersenyum.

"Enggak kok, orang adek cuma guling-guling dikasur"

"Kayaknya lagi bahagia nih?"

"Ia dong kan mas datang" akuku.

"Emang mas bikin bahagia?"

"Ia kan adek kangeen sama mas. Gimana sih. Jadi adek bahagia mas datang" kataku sambil memeluknya.

"Ini masih pake tas loh dek"

Akhirnya cuma peluk sebentar. Ku ambil tas suamiku.

"Mas udah mandi lah? Kok pulangnya malam banget? Adek kira mas kerumah Sari lagi" tanyaku padanya saat ku lihat dia tengah santai menonton tv setelah berganti baju.

"Mas nggak mandi ya dek, mas kayaknya nggak enak badan ini"

Kupegang dahinya, hangat. Sepertinya memang lagi nggak enak badan, kulihat dia batuk-batuk dan menarik ingus juga.

"Adek masakin air panas dulu, baru mas mandi. Biar segeran"

Mas Bram hanya angguk pasrah.

Selesai kusiapkan semua, mas Bram pun mandi. Sementara itu, aku membuatkannya teh hangat. Juga kusiapkan makan malam untuknya juga.

"Mas, ayok makan dulu. Ini adek buatin mas teh hangat juga" kataku setelah melihatnya selesai berpakaian.

"Adek udah makan ya?"

Aku mengangguk mendengar pertanyaannya.

"Udah mas, maaf ya gak nungguin mas dulu. Adek kira mas gak pulang"

"Ia gak papa, mas yang minta maaf ya pulangnya telat banget" ucap mas Bram mengelus kepalaku. Aku tersenyum padanya dan mengangguk, lagi.

Selesai acara mas Bram makan, kami bersantai di ranjang. Mas Bram duduk, dan aku memijati kakinya. Walupun aku tak tau sebenarnya saraf-saraf atau apapun itu yang berhubungan dengan pijat memijat. Aku hanya asal saja memegang dan menekan-nekan jika terkadang mas Bram mengeluh sakit atau pegal. Hehehe. Yang penting akunya ikhlas.

"Besok jalan-jalan yok dek"

"Kemana?"

"Ya kemana kek gitu, besok kan mas libur. Masa dirumah aja. Lagian udah lama kita gak jalan"

Ya mas Bram benar juga, kami memang sudah lama tidak jalan-jalan dan menikmati waktu kebersamaan kami diluar rumah. Tapi mau jalan kemana?

"Adek maunya kemana?"

"Adek si pengennya suasana alam mas"

"Pantai?"

"Pantai mulu deh"

"Ya abis kemana donk, disini kan gak banyak wisata. Yang ada pantai aja banyak"

"Ya udah deh, lagian adek bosen dirumah"

Akhirnya aku menyetujui usulnya. Lagipula untuk tempat yang lain itu lumayan jauh.

"Bentar deh dek" ucap mas Bram menghentikan tanganku yang tengah memijatnya.

Dan ia berdiri menuju tas yang dibawanya kekantor setiap harinya. Mengambil sebuah bingkisan dibalut kertas kado merah muda bermotif hello kitty. Diikat dengan pita berwarna ungu ditengahnya.

"Apa itu mas?"

Mas Bram tak menjawab dan hanya memberikan bingkisan itu padaku. Kutrima dan langaung kubuka.

"Coklat? Untuk?"

"Maaf ya, kemaren-kemaren mas seperti mengabaikan adek. Mas sadar adek benar, dan semua itu demi mas sendiri. Terimakasih sudah ingatkan mas atas kekeliruan mas. Dan coklat ini buat adek, sebagai rasa bersalah mas dan permintaan maaf"

Aku tersenyum dan merentangkan tangan. Tanda ingin dipeluk. Dan mas Bram memelukku. Aku kira mas Bram marah, namun dia malah merasa bersalah padaku. Bagiku mas Bram memang bukan orang seromantis di cerita-cerita itu. Hanya saja, perhatian kecil atau hal kecil yang dia lakukan kadang membuatku tersenyum bahagia dan merasa beruntung ada disisinya. Ya Allah, aku meminta padamu kebahagiaan dunia akhirat bersamanya. Semoga kau meridhoi kami untuk terus bersama.

.
.
.

Kok kayaknya makin kesini partnya makin panjang ya. 😄😄

Kalau lagi muncul idenya tu pengennya ditulis semua. Tapi udah kepanjangan. Potong aja deh.

Terimakasih buat para pembaca cerita ini. Semoga kalian suka alurnya.

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang