Mendekati dua minggu aku berada dirumah mama. Keberadaan Vira selama ini membuatku dapat menetralkan rasa rinduku pada mas Bram. Aku sendiri bingung dengan mas Bram, selama ini dia hanya diam. Tanpa mau memutuskan harus bagaimana kedepannya.
Haruskah aku yang pergi ke pengadilan? Tapi hatiku ragu. Aku mencintainya, aku sayang padanya. Dan hatiku selalu merindu hadirnya.
Tapi Vi, dia udah bohongin kamu. Inget gak? Bahkan dengan kebohongan itu dia juga udah menyakitimu, menduakanmu Vi. Kamu gak inget dengan semua rasa sakit itu kah? Baiklah aku ingat.
Tapi Vi, coba kau renungi kembali keinginanmu ini. Selama 7 tahun ini kau bersamanya, apakah kamu tak bisa memaklumi hanya dengan satu kebohongannya. Yang juga jelas dia ungkapkan apa alasannya. Ia tak ingin menyakitimu Vi, coba berbaik hatilah mengerti dia bagaimana menjaga perasaanmu.
Lalu aku harus bagaimana? Aku meragu untuk mengambil langkah yang mana.
"Vi.."
Tok tok..
"Iya ma, masuk aja. Gak Via kunci kok"
Yah, setelah makan malam tadi aku memang langsung ke kamar. Mama duduk disampingku.
"Vi, mama mau bicara serius sama kamu"
Aku menatap mama. Melihat kedalam manik mata mama. Yang nampak penuh kasih sayang setulus hati. Apa yang akan mama katakan?
"Mama tau selama ini bagaimana sikap mama ke Bram. Yah, mama hanya melampiaskan kekecewaan mama sama kamu. Karena kamu lebih memilih Bram. Yang mama gak tau seluk beluk pastinya gimana"
"Tapi mama sadar Vi, Bram itu anak yang baik. Terbukti selama ini kamu selalu ceria saat bersamanya. Dan mama gelisah melihat kamu akhir-akhir ini. Walau kamu gak bilang, mama tau kamu sedang sedih. Kamu merindukan Bram kan?"
Aku menundukan pandanganku mendengar pertanyaan mama. Sekedar untuk melihat adakah semut dilantai. Mulutku membisu tak berani menjawab pertanyaan itu, tetapi hatiku bersuara membenarkan bahwa aku rindu. Aku bahkan sangat merindu sosoknya disampingku.
"Vi, mama tau walau kamu gak bicara. Mama gak mau melihat kamu seperti ini terus"
"Dengerin mama sayang, bicarakan baik-baik dengan Bram. Jika kalian butuh penengah, panggil kami sebagai orangtua kalian. Jangan langsung memutuskan untuk berpisah seperti ini. Gak baik Vi, mama takut kamu menyesal"
"Bukankah Bram gak setuju kalau kalian berpisah? Itu berarti dia menyayangimu Vi"
Aku memeluk mama. Hanya untuk menenangkan jiwaku yang berontak. Dan mengalirkan air mataku dengan tenang.
"Besok pulang ya, atau mau mama antar kamu?"
Aku diam, menyeka air mataku.
"Tapi ma, Via bingung. Mas Bram memang bilang gak mau pisah. Tapi mama liat sendiri kan, dia gak ada nemuin Via sama sekali. Bahkan ini sudah hampir satu bulan dia gak muncul juga ma. Apa benar kalo dia itu sayang sama Via?"
Mama tersenyum, beliau memegang pundakku.
"Vi, terkadang pikiran lelaki itu unik bagi kita. Tetapi, akan ada alasan dibalik semua itu. Dan juga, mungkin dia sedang mencari jalan terbaik untuk tidak menyakitimu"
"Udah ya, kamu yang tenang. Pikirkan semua dengan kepala dingin. Coba tepiskan dulu perasaan dan pikiran negatif. Jangan lupa minta petunjuk sama Allah"
Mama keluar kamar. Aku mencoba menuruti saran mama. Dan aku akan mencoba untuk bicara baik-baik dengan mas Bram.
********
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahnya Dimadu? | SELESAI |
RandomHidup berumah tangga memang gak selalu mulus kayak jalan tol. Banyak hal yang bakal muncul bahkan tanpa di kira kira oleh orang-orang single pada umumnya. Jangan ngayal kalo kalian sama-sama cinta trus bisa hidup bahagia selamanya dunia akhirat. Ja...