Hari ini ramai dirumah ibu. Yah walaupun sejak beberapa hari sudah ramai. Keluarga dari ibu dan ayah datang untuk melihat Zubair. Walaupun ada beberapa kerabat yang berkunjung sewaktu dirumah sakit, tetapi setelah Sari dibawa pulang lebih banyak yang datang. Tiga hari Sari berada dirumah sakit, dan selama itu pula kami bergantian menjaga. Walaupun yang selalu ada disana adalah mas Bram, aku tetap menemani mereka sampai Sari pulang.
Dan kalian tahu gak bagian tersedih untukku? Saat melihat tamu yang datang berkunjung mengucapkan selamat pada Sari. Dan memberi pertanyaan kepadaku " loh, Via diduluin nih sama Sari. Ayo semangat Vi. Cepet nyusul". Yah, sepertinya itu ucapan semangat. Tetapi bagiku, itu adalah sindiran yang kentara. Dan sebisa mungkin aku hanya menahan air mata dan tetap memasang wajah ceria. Aku hanya membalas dengan "iya, doakan saja biar Via juga cepet nyusul". Hahaha...aku ingin tertawa rasanya. Menahan perih yang menyeruak di dada. Emang mereka tu gak mikir perasaan aku ya? Sabar Vi.
Dan belum cukup rasanya hanya saat dirumah sakit saja aku mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Pun saat dirumah ibu, bahkan sampai hari ini. Hari dimana banyak orang berkumpul dalam acara aqiqah Zubair, tepat tujuh hari setelah kelahirannya.
Aku sebenernya bahagia untuk Sari, Zubair dan juga untuk suamiku, mas Bram. Tetapi apa memang harus, mereka merusak kebahagiaan hatiku dengan kalimat-kalimat yang tak bermutu buatku. Lebih baik mereka diam, dan dengan tulus mendoakanku, aku akan lebih berterimakasih untuk itu.
"Selamat ya dek, akhirnya kamu jadi nenek juga. Bener kan ideku, nikahin Sari sama Bram"
Itu suara tante Santi, kakak dari ibu. Dan jelas waw, aku terkejut dengan penuturannya. Jadi dia yang ngerayu ibu buat nikahin mas Bram lagi? Tapi, sudahlah. Memang orang itu gak pernah suka sama aku dari awal. Entah apa alasannya. Apalagi tahu aku belum juga hamil, tambah kayaknya level gak sukanya sama aku.
"Iya mbak San, ya udah tu Sari sama Zubair ada dikamar"
Aku yang sejak tadi berada dikamar Sari pun memilih keluar sebelum tante Santi masuk. Aku gak mau terlibat adu hati ataupun adu mulut dengan beliau.
"Sar, aku keluar dulu ya. Mau ngelihat siapa tahu ada yang bisa aku bantuin"
"Iya mbak"
Sari yang baru selesai menyusui Zubair meletakkan Zubair di kasur bayi.
Aku keluar dari kamar, segera berlalu menjauh ke dapur. Biarlah tante Santi makin tak suka padaku karena aku sama sekali tak menyapanya tadi.
"Viaaa.."
Tante Rara memelukku begitu aku sampai didapur. Beliau ini adiknya ayah. Dan yang paling baik padaku, selalu support aku diantara keluarga ayah maupun ibu adalah tante Rara ini. Entah apa yang membuat kami begitu klop. Beliau kurang lebih sudah berumur 35 tahun. Yah, masih muda lah ya. Anaknya cuma satu cewek. Namanya Lala, dan dia juga akrab sama aku.
"Tante...kok aku baru liat tante udah disini? Kapan datang?"
"Belum lama juga, tapi tadi diminta langsung bantu didapur"
"Iya lah, tante kan jago masaknya"
"Yah kan masa baru datang langsung disuruh kesini sih Vi. Coba dong kamu bayangin. Tante kan capek tau dijalan tadi, lagian belum sempat liat cucu baru"
"Maaf ya"
Tante mengubah ucapannya takut aku merasa tak nyaman.
"Gak papa lagi tan. Ya udah mending kita kekamar aja liat Zubair"
"Eh tapi nanti aja lah tan"
"Kenapa?"
"Ada tante Santi didalam"
Mendengar itu, tante Rara beroooh saja.
"Udah Vi, jangan sedih. Kamu juga pasti nanti dikasih, tunggu aja, saabaaar. Percaya deh sama tante. Tante juga dulu lama nungguin Lala, tapi dia nongol juga kan?"
Aku tertawa mendengar ucapannya. Nongol? Emang apaan ya?
"Iya tan"
Omong-omong, tante Rara juga empat tahun menikah baru diberi Lala. Mungkin memang rejekiku belum saatnya datang.
"Kamu Vi yang bikin kue bolu ini?"
"Kok tante tau?"
"Tau lah, kerasa aja bikinan kamu tuh enak gitu"
Akhirnya aku dan tante Rara mengibrol di dapur. Sambil menyiapkankan makanan kedalam piring untuk dibagikan kepada tamu. Sebenarnya masakan sudah siap semua sebelum tante Rara datang. Rumahnyapun cukup jauh jadi gak mungkin nungguin tante Rara buat masak.
"Kak Via..."
Ini lagi teriak-teriak, udah tau dapurnya gak luas. Untung Zubair dikamar depan, gak terlalu terganggu dengan teriakan itu.
"Apasih La teriak-teriak?"
"Kak Via kok gak pernah maen kerumah Lala sih. Kan kangen tau"
"Gaya aja kamu bilang kangen. Paling juga ada maunya"
Tante Rara menimpali perkataan Lala yang bilang kangen ke aku.
"Iya dong, kan kalo sama kak Via, Lala bisa muterin mall. Udah gitu ditraktir makan. Gak kayak sama mama, bentar-bentar bilang capek. Dan ngeluh buat hemat gak usah makan di mall"
"Kamu itu ya. Jangan habis-habisin duit kakakmu lah. Jadi orang jangan boros"
"Iya deh La, maaf ya. Kakak kan gak mungkin maen kesana sendiri. Kak Bram mu sibuk terus sih"
"Ih, kak Bram tu gak seru banget tau. Dia juga gak suka kalau Lala deket ma kak Via. Suka iri dia tuh"
"Lala...."
Aku tertawa mendengar ucapan Lala. Dia ini memang tipe anak yang banyak omong, tapi seru gitu. Dan mas Bram emang bilang jangan deket-deket, ntar ketularan cerewet. Hehe
"Btw kak Bram mana yah? Lala cariin loh dari tadi. Gak nongol batang idungnya"
"La, sopan dikit dong sama kakakmu" tegur tante Rara.
"Ah kak Bram itu ngeselin. Gak pantes disopan-sopanin"
"Trus ngapain nyari Bram?"
"Ya tapi ngangenin juga tuh kakak sepupu aqu"
Aku tertawa tawa mendengar celotehan mereka berdua. Ni ibu anak udah kayak temen sendiri aja. Dasar Lala.
Berhubung ini acara aqiqah, jadi menu kita hari ini kambing. Dan aku gak tau ini tuh masakan apa namanya. Yang penting enak dimakan.
"Udah ah Vi, males tante disini mulu. Lagian banyak orang juga kok. Mending kita ke tempat Zubair aja"
Aku mengiyakan ajakan tante Rara untuk pergi ke kamar Zubair. Memang, didapur sudah ada beberapa orang tetangga yang dekat dengan ibu. Mereka yang dipercaya memasak dan menyiapkan semua hidangan. Tetapi, aku kebagian tuga untuk membuat kue bolu kemarin. Karena ya, seperti kata tante Rara. Bolu buatanku selalu dipuji banyak orang. Boleh dong aku bangga?
Sebenarnya keluarga ayah bukan cuma tante Rara, ada juga paman Sigit. Tetapi beliau jauh di pulau lain, dan sibuk bekerja. Beliau adik tante Rara, sudah menikah, baru satu tahunan kayaknya. Sedangkan ibu, memang cuma berdua sama tante Santi.
Acaranya berjalan lancar alhamdulillah. Tetangga dan teman-teman mas Bram juga Sari datang. Begitu juga kenalan ayah dan ibu. Rumah ramai seharian. Dan Zubair banyak mendapat kado istimewa dari semua yang datang. Sedang aku? Masih bingung mau kasih apa buat Zubair.
Tenang nak, bunda kasih doa terbaik buat kamu. Semoga Zubair selalu sehat, dalam lindungan Allah. Menjadi anak soleh, yang sayang kepada semua keluarga. Dan ijinkanlah aku memanggil diriku bunda untukmu.
.
.
.Up lagi
Happy reading, semoga suka.
Author say thank you buat semua yang udah baca, vote, vomment..
Mohon sabar untuk tunggu part selanjutnya..hehe
Semoga kita sehat semua..
Dan yang sakit disembuhkan segera penyakitnya..Aamiin..
KAMU SEDANG MEMBACA
Indahnya Dimadu? | SELESAI |
AcakHidup berumah tangga memang gak selalu mulus kayak jalan tol. Banyak hal yang bakal muncul bahkan tanpa di kira kira oleh orang-orang single pada umumnya. Jangan ngayal kalo kalian sama-sama cinta trus bisa hidup bahagia selamanya dunia akhirat. Ja...