Part. 4

9K 422 5
                                    

Kenapa sih harus ada yang namanya kecewa. Rasa yang bener-bener entahlah untuk dirasakan.

Terasa seperti penyesalan setelah sebuah kepercayaan. Ya, seperti itulah. Seperti hari ini, aku merasakannya, lagi. Tentu saja, karena dalam hidup ini tak mungkin aku baru mengecap rasa kecewa itu.

Aku tentu masih sangat ingat jika semalam suamiku bilang akan pulang pagi ini. Dan kenapa aku percaya? Karena suamiku bukan tipe pembohong. Sekedar ngasi tau aja si.

Tapi.. hari ini dia tak datang. Ya baiklah aku tak mungkin menuduhnya ingkar janji. Aku tau sekarang aku ini siapa. Aku istri pertamanya, yang tentu saja ada istrinya yang lain.

Dan tentu saja kali ini aku harus bisa merelakan suamiku membagi waktunya. Tidak..tidak hanya waktu..tapi segalanya yang dulu aku terima juga harus kurelakan untuk bisa diterima orang lain.

Aku tidak menganggap maduku musuh, sama sekali tidak. Aku hanya mencoba untuk bisa menjadikan keegoisanku sebagai sahabat.

"Assalamu'alaikum adek, maaf mas ndak jadi pulang kerumah dulu. Mas langsung ke kantor"

Tentu itu pesan dari suamiku pagi tadi. Ya sudah lah, sekarang memang aku harus tau dimana hak ku.

Aku tidak boleh galau sekarang. Ini baru awal Via, baru dimulai. Apa kau sudah ingin menyerah? Tidak, aku yang mengizinkan suamiku. Maka aku harus berusaha lebih baik.

Kini sudah menjelang magrib, aku tak lagi berdandan. Aku tak tau apa suamiku akan pulang atau tidak.

Hp ku berdering, aku kira suamiku. Setelah melihat layar, ternyata ibu mertuaku.

"Assalamu'alaikum bu"

"Wa'alaikumussalam nak. Gimana kabarmu?"

"Baik bu, ada apa?"

"Nanti kesini ya, sama Bram juga. Ibu tadi sudah telfon Bram. Ada yang ingin ibu bicarakan"

"Ia bu, nanti kami kesana"

"Ya sudah, kita lanjut ngobrol di sini nanti ya"

"Ia bu, assalamu'alaikum"

Kumatikan sambungan telfon setelah kudengar ibu menjawab salamku. Baiklah, ini adalah kali pertama yang akan aku lalui dirumah mertuaku setelah pernikahan itu.

*******

Jam 8 malam kami tiba dirumah mertuaku. Saat kami datang mertuaku dan Sari tengah makan malam.

Setelah membersihkan tangan kaki dan membasuh muka, kami menuju tempat makan. Karena memang ibu memanggil kami datang.

Selesai makan, Sari mencuci piring sedang aku membereskan meja makan.

"Sari...sudah kamu pindahkan barang-barangmu kan?"

Itu suara mertuaku, aku melirik Sari yang tengah mencuci piring.
"Sudah bu"

Tentu itu Sari, masa ia aku yang bicara.

"Barang-barang apa?" Tanyaku.

"Itu mbak, baju-baju dan yang lainnya" kata Sari agak canggung. Ya mungkin dia tak merasa terlalu akrab denganku. Namun aku memang tak ingin menjadikan ia musuhku dan menyuekinya.

"Kemana?"

"Ke kamar depan"

"Kenapa?"

"Hhmm, kan kamar mas Bram buat mbak Via" jawabnya. Aku seperti mendengar kegetiran di dalam suaranya.

Ya Allah,,apa yang sudah kuperbuat. Aku pasti menyinggung perasaannya. Apa yang sudah kulakukan? Basa-basiku membuat masalah.

"Maaf" ungkapku.

"Nggak papa mbak, itu hak mbak. Aku kekamar dulu ya" ia pamit padaku.

Astagfirullah, yang kau lakukan salah Via. Ia aku tau. Baiklah, sepertinya mengakrabkan diri dengan madumu itu sesuatu yang sulit.

Aku memutuskan pergi ke kamar. Ternyata suamiku ada disana. Aku memandangi seluruh kamar. Tidak ada yang berubah.  Akan tetapi ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Walau  bagaimanapun kamar ini pernah ditempati wanita lain.

Aku memang pernah menginap dirumah orang. Dan kamar itu bekas ditempati atau masih ditempati orang lain.

Tapi ini beda, karena dulunya ini kamarku. Selama 7 tahun ini kamarku. Dan beberapa hari ini ditempati wanita lain. Bahkan bukan cuma kamar ini. Suamiku pun bersama wanita lain, di dalam kamar ini.

Aku tak mau membayangkan apa yang mereka lakukan. Daripada ujungnya aku terlukai oleh kecemburuan. Lebih baik aku akhiri pikiran ini.

Kuhampiri suamiku yang tengah tiduran diranjang. Ranjang...ranjang ini...

Ya Rabb, aku tidak bisa mengenyahkan pikiran ini. Dan perasaanku tak terkontrol sekarang.

"Adek, sini" ucap suamiku sambil menepuk tempat disisinya. Saat aku mendekatinya, terdengar suara ibu memanggil kami.

"Mas,ayook kita dipanggil ibu" ucapku sambil memegang tangannya.

"Adek saja yang kesana ya, mas udah tau apa yang akan ibu omongin"

Aku mengerutkan kening. Suamiku tau? Memangnya apa yang ingin dibicarakan ibu?

"Ini alasan kenapa mas menikah lagi, jadi tolong. Adek aja yang keluar ya"

Baiklah, aku mulai mengerti sepertinya sekarang. Mengapa ini terjadi dirumah tanggaku. Perlahan ku berjalan menuju ruang keluarga. Setetes air mata jatuh. Kuhapus segera dan ku kuatkan hatiku. Benarkah tebakanku kali ini??

.
.

Selamat berpuasa.
Tetep jaga kesehatan semua.
See you....

Indahnya Dimadu? | SELESAI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang