"Kocho-sensei ?"
Jantungku berdebar cepat dan nafasku perlahan menjadi sedikit memburu. Aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba diriku merasakan kegelisahan dan ketakutan yang luar biasa. Bukan karena aku terkejut karena wanita itu telah memiliki kekasih (sepertinya) tapi sekarang ini aku merasakan ada aura keberadaan lain dari masa itu. Bukan milik Kocho, Iguro ataupun Mitsuri, ini sedikit asing tapi aku pernah merasakannya setidaknya sekali di masa itu.
Entah sejak kapan kakiku lagi-lagi bergerak dengan sendirinya, pikiranku bertanya-tanya sedangkan perasaanku dipenuhi ketakutan dan kebencian secara bersamaan. Entah itu perasaanku atau bukan, rasa ingin merebut wanita itu sudah melampaui akal sehatku.
Bugh
Kupikir aku terlalu banyak hilang akal saat itu. Aku bahkan tidak menyadari tanganku baru saja memukul wajah pria bermantel abu-abu ini sampai ia mundur beberpa langkah. Bingung, itu yang pertama kali mengisi penuh kepalaku setelah kesadaranku kembali. Ada rasa bersalah juga karena memukul orang tidak kukenal dengan tiba-tiba, terlebih sisi bibir pria itu sepertinya terluka akibat pukulanku.
Orang –orang mulai memperhatikan kami ketika pria ini mulai terkekeh seakan meremehkan. Jujur saja otaku masih belum sampai untuk memahami situasi yang sebenarnya, yang jelas tindakanku ini melanggar etika sebagai orang normal yang hidup di Jepang. Aku berniat menghampiri pria itu dan meminta maaf atas tindakan gegabahku tapi belum sempat aku melangkah lengan kananku seperti ditarik dan ditahan untuk tetap diam.
Aku menoleh dan melihat tangan yang menahan lenganku itu sedikit gemetaran. Wajahnya tertunduk tertutup rambutnya yang tergerai, aku sedikit terkejut mendapati wanita ini dengan penampilan seperti ini lagi.
Meskipun aku merasa bingung dan bersalah, entah kenapa dadaku terasa sesak dan muncul keinginan untuk membawa wanita ini pergi secepatnya. Aku menghela nafas sebentar memasrahkan diri pada perasaan yang biasnya kutolak ini. Perlahan kugerakan tangan kananku untuk masuk ke saku celana dan diam-diam menekan tombol unlock pada kunci mobil sambil melihat kearah pria didepan sana.
"pada hitungan ke 3 masuk ke mobil..." bisikku yang untungnya sampai ditelinganya. Dia mengangguk pelan dan melepaskan gengamannya pada lenganku.
1
2
3
Bugh
Ini pertama kalinya aku membanting pintu mobil sekuat ini dan kuharap tidak terjadi sesuatu yang buruk nantinya. Tanpa pikir panjang kulajukan kendaraan ini secepat yangaku bisa, meskipun jalananya ramai tapi masih cukup renggang untuk mengendarai mobil dengan kecepatan sedikit diatas normal. "Huuuu" aku menghela nafas lega lebih dari apapun. Semuanya berjalan dengan cepat setelah hitungan ketiga dan Kocho sekarang sudah duduk di kursi belakang karena saat itu pintu mobil bagian belakang yang paling dekat dengannya. Aku melirik ke spion dan bisa kulihat pria itu berdiri diam dipinggir trotoar sambil menatap aneh kami dengan senyuman mengerikan diwajahnya.
-
-
-
Sejujurnya aku tidak begitu sadar kemana arahku membawa kendaraan ini dan tahu-tahu sudah terparkir di basemant apartemenku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali dan terdiam mencoba menjernihkan pikiranku yang masih melayang pada sosok pria itu, aura keberadaanya benar-benar kuat dan terasa tidak asing. Sangking kuatnya bahkan sampai sekarang masih sedikit terbayang dibenakku.
Sebenarnya aku sempat lupa jika sedang membawa Kocho di kursi belakang, pikiranku terlalu sibuk dengan sosok pria itu, bertanya-tanya dia siapa, apakah dia perwujudan renkarnasi juga, kenapa dia bisa bersama Kocho-sensei dan masih banyak lagi hal-hal yang menganggu pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are not my Destiny ✔
FanfictionAku selalu terbangun dengan bekas air mata di pipiku, hatiku terasa sakit seperti ada sesuatu yang tertinggal. Mimpi itu berputar seperti film lama, namun seseorang berkata "mungkin itu ingatan yang tertinggal dari kehidupanmu sebelumnya". - - Jadi...