XV

361 51 5
                                    

Nafasku masih sedikit memburu dan tanganku masih gemetaran meskipun aku telah mengenggam erat kemudinya. Rasa takut seolah bergejolak dan memukul mundur amarah yang awalnya sempat muncul tadi. Aku tidak mengerti kenapa perubahan perasaanku begitu cepat kali ini, biasnya aku bisa mengalami komplikasi perasaan didalam diriku untuk waktu yang panjang, bahkan sampai membuatku kelelahan sendiri. Tapi ini berbeda, yang kurasakan saat melihat pria itu hanya ketakutan dan amarah dan sekarang lebih mendominasi ketakakutan. Bagaimana ya.., rasanya seperti kau memiliki trauma akan suatu hal dan kau tidak mau menghadapi lagi.

Eh, lagi ?

Aku mematung sesaat menyadari apa yang baru saja diriku katakan. Apa aku pernah menghadapinya sebelum? Tapi rasanya tidak juga. Kutekan bel pintu sambil masih mengingat-ingat ingatan-ingatan yang pernah kuterima selama ini.

"Aniki!" seru Nezuko menyambutku dengan senyuman sumringahnya. Aku hanya sedikit tersenyum membalasnya, "Aku pulang" ucapku memasuki apartemen.

"Selamat datang, Tomioka-san"

Tubuhku tersentak dan reflek aku menatap sosok wanita yang tengah berdiri dihadapanku dengan senyuman itu. Dalam sekejap ingatanku ditarik kembali pada ucapan Iguro

Jangan terlalu dekat dengan wanita itu

Saranku, jangan terlalu dekat dengannya

Kenapa?, kenapa aku tidak boleh dekat dengannya ?. Pertanyaan itu menggema didalam kepalaku, seolah ada yang menanyakannya terus menerus. Aku tidak tahu jawaban benarnya, selama ini aku hanya menduga mungkin karena Kocho sudah punya kekasih dan sekarang dibuktikan dengan hadirnya tunangannya. Tapi, entah kenapa aku terus mempertanyakannya. Kenapa?

"Aniki ?" aku menoleh melihat Nezuko yang masih berdiri disampingku dengan tatapan bingung. "Aniki, melamun!" imbuhnya dan meninggalkanku.

Aku terdiam sesaat memandang punggung wanita disamping Nezuko itu. Banyak hal yang terjadi hari ini, mungkin aku harus istirahat. Aku melangkah masuk dan segera menuju ruanganku setelah meletakan tas Kocho di meja ruang tengah.

Sambil memandang hamparan gedung-gedung dari jendela apartemen pikiranku melayang sampai ke sosok pria tadi. Auranya itu, benar-benar membuatku penasaran sekaligus gelisah sekarang. Entahlah, aku hanya merasa tidak aman setelah dua kali bertemu dengannya,

"Apa dia renkarnasi dari salah satu orang di kelompok itu" pikirku mengira-ngira. Sejujurnya aku tidak begitu mengingat siapa saja anggota dari kelompok itu. Selain aku memang tidak pernah bertemu mereka dengan anggota lengkap, setiap kali mendapat ingatan wajah mereka hanya terlihat buram namun ada aura yang kuat dari mereka.

"Apa aku harus tanya Yushiro, mungkin dia masih ingat" Ya, kemungkinan Yushiro masih ingat meskipun dia sebenarnya sangat tidak ingin mengingatnya lagi.

Tok..tok...tok.....

"Aniki, makan malamnya sudah siap!"

Itu suara Nezuko yang ternyata masih berada disini. Aku hanya mengiyakannya singkat dan kemudian bangkit dari lamunanku di depan jendela. Kulihat jam dinding yang telah menunjukan pukul setengah tujuh malam. Aku sedikit terkejut menyadari lamanya aku melamun hanya untuk memikirkan pria itu.

-

-

-

Setelah makan malam yang diisi dengan celoteh dan kehebohan Nezuko, Kocho memintaku mengantarnya pulang. Dan disinilah aku sekarang, terjebak dalam keheningan kendaraan yang melaju ditengah musim dingin.

Kocho hanya melihat keluar jendela seperti biasanya, wajahnya terlihat jauh lebih baik dari kemarin malam. Mungkin suasana hati sudah membaik, tadi pun aku melihatnya tertawa beberapa kali dengan Nezuko dan banyak bercerita tentang dunia kesehatan dengan gadis itu. Sejujurnya aku sedikit heran melihat keakraban mereka yang baru bertemu sekali dan langsung bisa dekat seperti itu, bahkan terlihat seperti kakak dan adik.

You are not my Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang