Setiap malam, aku selalu terbangun dari tidurku dengan perasaan sedih dan gelisah yang sesak didada. Bahkan terkadang aku memipikan hal-hal abstrak tentang seseorang dan ketika terbangun, mata dan pipi telah basah oleh air mata. Hal itu menyiksaku disetiap pagi sejak 25 tahun aku hidup.
Ingatan itu, perasaan itu, masih sama dan sepertinya tersimpan didalam jiwaku. Terkadang ia akan muncul begitu saja seperti klise film lama. Kupikir hanya ingatan kecil dari film yang kulihat saat masih anak-anak, rupanya tidak begitu. Seseorang mengatakan padaku itu ingatan dan perasaan mungkin saja dari kehidupan sebelumya yang masih tersimpan didalam jiwaku. Bukankah itu gila?
Aku masih bisa mengerti dengan ingatan dari kehidupan yang lalu, namun untuk perasaan apakah itu tidak berlebihan. Bagaimana mungkin kau merasa patah hati, bahagia, sedih, marah, kesal, setiap kali kau terbangun dari mimpi di tidurmu tanpa alasan yang jelas?. Bagaimana mungkin setiap mimpi yang kulihat terasa begitu nyata?. Stres, tentu saja. Aku bahkan hampir tidak bisa mengenali siapa aku dan hidup dizaman apa aku?
Namun pada akhirnya aku menyerah, membiarkan mimpi-mimpi itu terus berputar berulang kali dan berusaha mati-matian hidup seperti orang normal lainnya di zaman ini. Dan karena keputusanku ini, aku terkadang nyaris tidak bisa membedakan yang mana ingatan dari kehidupan yang lalu dan mana ingatanku dimasa ini. Termasuk ingatanku untuk sosok itu.
Sosok gadis yang selalu tersenyum dibalik kemarahannya, yang selalu menyapaku dengan ceriaan bersama senyuman palsunya. Karena dia yang terlalu sering hadir dimimpiku dan memberikan ingatan paling membekas, sampai aku merasa tidak bisa memaafkan diriku, sampai aku bertekad mencari sosok renkarnasinya.Itu Mustahilkan...?
-
-
-
"CEPAT PANGGIL AMBULAN!, SATU ANGGOTA KAMI TERLUKA!!!" samar-samar aku mendengar terikan itu. Kurasakan tubuhku diangkat oleh rekan kerjaku, terasa sesak, pusing dan punggungku sangat sakit. Dari kejauhan aku melihat petugas medis yang datang, entah sejak kapan ambulannya tiba dan entah bagaimana aku sudah berbaring didalamnya.
"Tomioka-san, kenapa kamu sangat mudah terluka, hm ?"
"Tomioka-san, kau mudah sekali terluka ya..., apa perlu aku selalu disisimu?"
"Ne...,Tomioka-san.."
-
-
"Hah!" aku terbangun dari tidurku seusai bayangan dari sosok itu tersenyum dari kejauhan. Aku merasakan bagaimana detak jantungku sangat tidak beraturan dan bagaimana keringat mengalir di pelipisku. "Gadis itu lagi" dadaku terasa sakit dan sesak seperti ada sesuatu yang tertahan, senyuman didalam mimpi itu indah namun juga menyakitkan. Setiap kali aku memimpikan senyuman itu pasti akan berujung pada patah hati dan kesedihan mendalam. Jangan tanya kenapa, aku juga tidak tahu.
"A..,senpai kau sudah sadar..,Syukulah~~~" pemuda itu muncul begitu saja dari balik pintu dan nyaris membuatku jantungan. Dia tersenyum lebar seakan mengambarkan dirinya benar-benar lega akan sesuatu. Aku berusaha duduk sampai aku merasakan ada yang salah dengan lengan dan bahuku, mati rasa dan tidak bisa bergerak.
"Tunggu disitu senpai, aku akan membantumu duduk" Tanjiro meletakan tas jinjingnya dimeja dan sedikit berlari meghampiri lalu membantuku duduk. "Senpai.., bahumu itu cidera dan tanganmu patah. Jadi tolong jangan banyak bergerak dulu" aku bisa melihat senyuman diwajah pemuda dihadapanku ini. Ya, aku tidak kaget aku cidera tapi tidak sampai patah tangan dan kepala diperban begini, sejujurnya aku agak kurang ingat dengan insiden kebakaran siang tadi.
"Apa yang-"
"Senpai lompat dari lantai tiga setelah aku berhasil mengamankan anak kecil yang terjebak dilantai itu, kemudian aku berusahan meraih lenganmu tapi tiba-tiba ada ledakan dan senpai terjun begitu saja." Jelas Tanjiro panjang lebar sambil beberpa kali menghela nafas, "Sebenarnya aku masih sempat membawa senpai, tapi entah kenapa senpai terjun bebas begitu, untunglah hanya cidera bahu, kepala dan patah tangan saja" lanjutnya dan kembali tersenyum atas rasa syukurnya.
"Lalu anak itu ?" tanyaku, "Dia baik-baik saja sudah ditangani tim medis disana tadi. Sekarang aku sangat penasaran kenapa senpai lompat begitu saja?"
"Aku juga tidak tahu, mungkin aku terkejut karena ledakannya" tebakku, Tanjiro terlihat tidak puasa namun dia tetap tesenyum kemudian berkata "Tolong jangan diulangi senpai, bagaimana pun kau harus mempercayai rekan kerjamu kan..?" ujarnya sebelum beranjak dari kursi disamping ranjang pasien. Aku menghela nafas dan melihat keluar jendela, sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa aku melompat begitu saja dan aku juga ingin tahu kenapa.
"Senpai aku sudah membawa baju gantimu untuk seminggu kedepan, dan malam ini aku yang akan menjagamu. Jadi jangan sungkan untuk meminta sesuatu padaku, seperti minum, makan, membuka jendela atau pergi ke toilet" aku bisa mendengar segala celoteh Tanjiro sambil melihat gemerlap lampu gedung yang entah sejak kapan telah dinyalakan.
"Senpai makan malammu sudah datang" aku tidak meyadari ini telah masuk jam makan malam, seorang perawat masuk dan membawa senampan paket makan malam,kemudia dia memeriksa infusku sebelum keluar. "Baikah senpai kau harus makan" aku melihat Tanjiro mulai membuka paket makan malamku "Aku akan makan sendiri dan kau juga harus makan" tolakku dan dia justru ternyum "Aku akan memastikan senpai makan dulu, lagi pula tangan kanan senpai patah jadi akan kusuap" "aku bisa makan dengan tangan kiri" "Senpai tidak baik makan dengan tangan kiri, sudahlah sekali ini tolong dengarkan aku dulu" .Aku tidak mengira dia akan seperti itu namun pada akhirnya aku makan dengan cara Tanjiro.
-
-
-
Sepertinya aku tidak bisa tidur dengan baik malam ini, bukan karena mimpi-mimpi seperti biasanya, kali ini sekujur tubuhku terasa tidak nyaman dan nyeri, mungkin ini efek karena terjun dari lantai tiga atau akunya yang memang kelelahan. Aku bisa melihat Tanjiro yang tidur diranjang pasien lain yang kebetulan kosong. Dia tampak lelah, tentu saja dia bertugas denganku di lapangan siang tadi dan mungkin setelah shif nya habis dia ditugaskan untuk menemaniku di rumah sakit atau mungkin itu memang keinginannya. Entahlah..., yang jelas sifatnya yang terlalu peduli itu sama sekali tidak berubah sejak dari zaman itu.
Aku tertidur ketika menjelang fajar dan saat aku bangun aku bisa melihat Tanjiro sudah rapi sambil duduk meminum segelas kopi hangat. Dia menyadariku yang baru bangun dan dia segera membantuku duduk setelah meletakan kopinya. "Jam 9 nanti Zenitsu yang akan datang, mungkin dia juga akan bersama Sabito senpai" aku hanya mengagguk dan mulai melihat keluar jendela lagi. Warna musim semi dari atas sini terlihat begitu indah dan udaranya teras menyegarkan.
"Ohayo ...Tomioka-san"
Jantungku terasa behenti berdetak untuk sesaat, tubuhku membeku dan hatiku terasa diporak porandakan hanya karena mendengar suara itu. Apa aku sedang didalam mimpi itu ?Tapi aku sedang melihat pemandangan kota sekarang. Aku bisa merasakan jemari dari tangan kiriku yang bergetar, detak jantung yang tak menentu masih memenuhi diriku, hanya karena suara itu, suara yang seharusnya tidak bisa kudengar di dunia ini, suara yang seharusnya hanya ada didalam mimpi itu. Apakah dia..
Kutarik nafas dengan perlahan dan kuberanikan diri untuk menoleh ke arah pintu untuk menyambut si pemilik suara. Ingatlah, perwujudan renkarnasi bisa tidak sama dengan wujud dikehidupan lamanya, ingatlah kau manusia yang hidup dizaman ini.
Nafasku tercekat, dadaku terasa sesak dan hatiku diporak-porandakan sekali lagi. Sosok itu tersenyum dengan senyuman yang sama, dengan warna rambut yang sama, dengan warna mata yang sama, dengan bentuk tubuh yang sama bahkan dengan aura keberadaan yang sama. Kau masih sama. Hatiku semakin sakit, bahkan tangan kiriku tergerak untuk menyentuh dadaku yang terasa sesak
"Tomioka-san, anda menangis?"
Bahkan caramu bicara juga masih sama, tidak ada yang berubah sedikit pun darimu. Aku bisa merasakan kerinduan dan kesedihan mendalam dihatiku, rasa sakit itu masih terasa namun kini seperti ada secercah kebahagiaan.Aku merasa lega menemukanmu
-----------------------------------------------------------------------------------------------
lagi coba bikin yg beginian. Mohon maap kalo rada ga jelas (emang gak jelas)
Tolong komentar, kritik dan saran :)
KAMU SEDANG MEMBACA
You are not my Destiny ✔
FanfictionAku selalu terbangun dengan bekas air mata di pipiku, hatiku terasa sakit seperti ada sesuatu yang tertinggal. Mimpi itu berputar seperti film lama, namun seseorang berkata "mungkin itu ingatan yang tertinggal dari kehidupanmu sebelumnya". - - Jadi...