25

66 16 1
                                    


Berkabut
Pandanganku kabur
Pekat
Terbentur
Semoga angin menerbangkan kabut ini
Membawa cahaya hidupku kembali
Jangan pergi

-Riga Respati-

☁️

Riga duduk tegak di ruangan di lantai 30, ruangan yang luas, terbentang pemandangan kota yang indah. Dengan design yang elegan dan sangat rapi. Riga duduk di sebuah sofa di ruang kerja Ryan Respati.

Malam itu, Riga tetap menepati janjinya dengan datang ke kantor Ryan. Tapi bukan di jam sembilan malam, jam yang sudah ditentukan oleh Ryan sebelumnya.

Namun pada jam sepuluh malam Riga baru sampai disana.

"Kamu menyepelekan pekerjaan ini. Itu hal yang tidak boleh kamu lakukan. Disiplin dan komitmen adalah salah satu kunci kesuksesan"

"Jangan seperti ini lagi" Tegas Ryan bicara, tatapannya tidak pada Riga tapi pada kertas-kertas documen yang ada ditangannya sekarang.

"Lara sakit" Riga akhirnya bicara tentang alasannya sampai bisa terlambat datang malam ini.

Ryan menaruh berkasnya ke meja, mulai fokus pada anak lelaki didepannya.

"Prioritas. Ada yang namanya prioritas, kamu harus belajar soal itu. Itu juga penting"

"Lara prioritas Riga" Jawab Riga spontan.

Tangan Riga perlahan sudah mulai terkepal. Tak ingin sama sekali Ryan mengaturnya, apalagi jika soal Lara.

Ryan mengambil rokoknya, menyalakannya terlebih dahulu sebelum kembali berbicara dengan putra semata wayangnya, yang untuk pertama kalinya mau datang menemuinya dikantornya. Kantor yang menjadi lambang kesuksesan seorang Ryan Respati, dan menjadi salah satu kebanggannya. Dan hari ini anaknya, sudah mau datang ke tempat ini.

"Masa depan kamu masih panjang, dan Lara bisa tetap jadi prioritas kamu. Cuma caranya yang harus berbeda" Ryan mulai berbicara panjang dan lebar, berusaha menaklukan keras kepala Riga.

"Memang bisa kamu jaga dia kalau kamu sendiri tak punya apa-apa? Kalau kamu ga sukses"

"Seperti saat ini, kamu mau menuruti ayah, karena kamu ingin menjaga Lara. Seperti itu lah hidup nak, kamu harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu. Kalau kamu memang ingin menjaga Lara selamanya, maka dari sekarang mulai lah siapkan masa depanmu. Beri Lara semua perlindungan yang ingin kamu berikan"

Riga terus mengenggam kedua tangannya, sudah menyiapkan diri untuk mendengar apa saja terutama yang bakalan sangat menyenggol kesarabannya. Ryan kini sudah benar-benar masuk ke dalam hidup Riga, hal yang sangat Riga takutkan selama ini. Dan ketika hal ini terjadi, harus terjadi karena Lara. Karena Riga yang ingin menjaga Lara.

"Mungkin saat ini saatnya kamu korbankan waktu mu untuk menyusun masa depan. Nanti juga untuk kamu dan Lara"

"Memang kamu rela Lara disakiti seperti itu?"

Riga terbelalak, cukup kaget dengan kenyataan bahwa sepertinya ayahnya banyak tahu soal kejadian yang menimpa Lara, namun Riga tidak heran. Ryan pasti sudah tahu banyak soal Lara. Apapun yang berkaitan dengan Riga pasti Ryan akan tahu. Mencari informasi bukan hal susah untuk seorang Ryan Respati.

"Kalau ayah jadi kamu pasti tidak rela. Jadi, sekarang kerja keraslah, jadi orang hebat. Balaskan kesakitan Lara dan akhirnya hidup bahagia bersama dia"

"Begitu kan isi otakmu"

Riga diam mencerna semua ceramah panjang ayahnya, emosinya naik turun. Tak semua yang diucapkan Ryan salah. Namun tak semua juga Riga bisa setujui.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang