8

97 13 0
                                    

Semesta,
Ijinkan satu kali ini aku meminta
Tak banyak pintaku
Cuma dia aja
Satu buat aku

-Riga Respati-

☁️

Jendela kamar Lara sudah terbuka di sabtu pagi itu. Riga langsung saja melancarkan aksinya. Memanjat sampai dibalkon kamar Lara.

Begitu sampai, Riga sudah melihat Lara yang duduk di kursi seberang jendela, tempat favoritenya ketika membaca. Tentu saja aktifitasnya pagi itu adalah membaca. Riga memandanginya sebentar.

"La"

Suara yang tiba-tiba membuat Lara terkejut, karena suara itu terasa sangat dekat dan datang dari arah jendela.

Lara menutup bukunya dan mencoba menajamkan pendengarannya.

"Riga?" Bisiknya.

"Hai Cantik" Lara menyipitkan matanya, seperti berusaha menajamkan pendengarannya.

Riga akhirnya muncul di balkon kamar Lara. Dan kini sedang berusaha masuk melalui kaca jendela yang Lara buka menuju kamar Lara.

"Ini aku" Riga mendekatkan dirinya, mendudukkan dirinya dilantai di depan Lara.

"Lagi males berdebat sama nenek lampir, jadi aku lewat balkon aja!"

Lara tertawa. Riga selalu saja bisa membuatnya tertawa.

"Baca buku apa?" Riga dengan keponya mencoba mengamati buku yang Lara pegang.

"Traveling. Rasanya Lara bisa merasakannya dan bisa membayangkannya. Lara paling suka buku seperti ini"

Riga menyimak dengan seksama, dia mengamati tulisan yang ada dibuku itu. Huruf yang dia tak mengerti dengan kasat mata.

"Boleh aku pinjam sebentar?"

"Boleh. Aku membaca lewat sentuhan, masing-masing harus kusentuh.Cobain" Lara menyodorkan bukunya kedepan.

Dengan antusias, Riga menerimanya. Mulai mengamati setiap detail dari buku yang baru saja dia terima. Hanya ada susunan titik-titik, yang tersusun rapi.

Riga kemudian mulai menyentuh buku itu, menirukan bagaimana Lara melakukannya. Tak lupa Riga pun memejamkan matanya. Riga memang belum tahu soal huruf braille, namun untuk saat ini Riga tahu ini semacam kode, kode-kode yang nantinya akan diterjemahkan menjadi huruf sehingga bagi mereka yang memiliki ketidak mampuan untuk melihat tetap mampu membaca.

Riga takjub, untuk bisa membaca, Lara dan pengindap tunanetra yang lain harus berjuang lebih ekstra dibanding dirinya yang sempurna. Riga sedikit tertampar. Dia sering mengeluhkan hidupnya. Bahkan merasa hidupnya tak berarti, tak dibutuhkan. Padahal hidupnya tidak seburuk itu, masih ada masalah lain didunia ini yang lebih berat dari miliknya, dan banyak manusia hebat yang masih bertahan dan tetap bersyukur.

"Aku nanti mau belajar huruf-huruf ini!" Kata Riga dengan semangat.

"Haaa buat apa? Riga kan bisa membaca buku langsung"

"Hmm biar bisa kasih kamu surat cinta!" Jawab Riga dengan mantap.

"Ooooh... hahaha kan bisa ngomong langsung. Tapi memang berkomunikasi sama aku perlu extra effort sih, ga bisa chatingan harus telepon"

Riga mendekat. "Iyaaa dong, yang spesial memang usahanya harus spesial juga"

Riga mengamati wajah Lara yang polos hari ini, meskipun polos cantiknya sama sekali tidak berkurang. Pandangan Riga tak mau beranjak.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang