Lara Elisabeth Halim
Kamu itu senja hariku
Kamu itu bintang di jagatgelapku
Kamu itu cahaya lampu di malam hariku
Kamu itu lentera-lentera yang menyala
di kapal-kapalkuSaat tersesat
Saat nyaliku menciut
Saat egoku bergelutKamu lah rasi bintang yang bisa membuatku kembali ke titik mulaku
-Riga Respati yang sedang galau-
☁️
"Mbak Lia"
Setelah membuka matanya justru nama Mbak Lia yang langsung terucap dari bibir Lara. Padahal wajah Riga pastinya menjadi yang pertama dia lihat.
Riga masih memegang tangan Lara. Hatinya sedikit tercubit, saat begitu Lara membuka matanya tadi, dia langsung mengalihkan pandangannya, dan kini malah menginginkan mbak Lia.
"Ya non?" Mbak Lia mendekat ke samping ranjang pasien.
"Aku mau istirahat. Mbak Lia pulang aja"
"Tapi non kalau butuh apa-apa gimana?"
"Disini ada suster kok, besok aja kesini" perintah Lara yang pada akhirnya disetujui oleh Mbak Lia, tidak ada gunanya melawan Lara dari dulu. Meskipun sangat lembut, tapi Lara punya sisi tegas dan keras kepala juga yang tidak bisa dilawan.
Mbak Lia segera mengambil tasnya dan berpamitan.
"Kamu juga" lirih Lara tanpa melihat kearah Riga.
"Aku disini aja" Riga seolah memohon. Tangannya menggenggam tangan Lara lebih erat.
"Pulang!" Tegas Lara.
Tak ada pergerakan. Riga hanya diam. Dia tetap menatap Lara yang tak sekalipun mengalihkan pandangannya, tetap tak menghiraukan keberadaan Riga.
"Kamu mau minum?" Kalimat Riga selanjutnya. Seolah melupakan permintaan Lara sebelumnya.
Lara hanya diam, malah membalikkan posisi badannya, miring ke kanan, membelakangi Riga. Tak bergerak pun tidak merespon.
Riga menghembuskan nafasnya, frustasi atas respon Lara padanya. Memang dia pantas mendapatkan ini semua. Lara berhak melakukan ini padanya, sangat berhak. Riga kemarin mengacuhkannya, jika Lara sekarang begini, Riga pantas mendapatkannya.
Riga duduk diranjang pasien tanpa permisi, dan setelahnya dengan tanpa persetujuan Lara dia kini memeluk Lara dari belakang, berdua diranjang pasien itu. Lara sempat menolak ketika Riga menaruh tangannya diatas tangan Lara dan menggengamnya.
Tapi tenaga Riga lebih kuat, dan dia tidak menerima penolakan itu.
"Sorry. Aku salah bersikap" bisiknya di samping telinga Lara.
Tak ada tanggapan. Tanpa Riga tahu air mata Lara mengalir. Menetes dengan spontan begitu mendengar kata maaf dari Riga.
"Sorry ya sayang!" Ucapnya lagi sambil mencium lembut rambut Lara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
RomanceLara Elisabeth Halim yang menguratkan cerita bersama seorang lelaki bernama Riga Respati. Dipertemukan nasib dalam kekurangan, dipertemukan bersama luka yang dibawa masing-masing. Yang satu mengutuk hidup, dan yang satu berusaha tetap tegar dan ceri...