17

95 10 1
                                    

Mantra magic
Tak pernah masuk akal diotakku
Hingga langkahku sampai di satu titik
Dihadapanmu

-Riga Respati-


☁️☁️☁️

Riga menghentikan aktifitasnya, matanya menajam dan dia berkedip beberapa kali untuk memastikan pemandangan didepannya. Rasanya jantungnya berhenti sebentar, pun dengan nafasnnya yang Riga tarik lebih lama. Riga berharap dirinya sudah cukup sadar dan ini bukan halusinasinya saja.

Riga menatap perempuan berambut hitam itu. Wajahnya masih tampak pucat. Namun dimata Riga, terutama karena hatinya yang merindu, gadis itu tampak sangat cantik. Riga sangat ingin cepat mendekatinya.

Riga langsung berdiri, setengah berlari kecil Riga mendekat, perempuan itu tengah duduk disebuah kursi di dekat sebuah kolam. Hal yang memang sangat disukainya, mendengarkan suara gemericik air sambil membaca. Hal sederhana yang begitu membahagiakan bagi perempuan ini.

Perempuan itu menggunakan seragam pasien. Sebuah infus menempel di tangan kanannya, dan di bagian atas wajahnya tampak masih menempel perban entah untuk membungkus luka apa.

Saat Riga berjalan, suara gemericik kecil dari gelang yang dihadiahkan Lara padanya begitu jelas terdengar. Mungkin karena suasanya yang masih cukup sepi pagi itu.

Riga menyadari suara gelangnya, hingga dia sedikit melambatkan langkahnya. Entah kenapa suara gelang itu makin membuat perasaannya tak karuan, rindu didalam dadanya ini tidak main-main.

Dan disaat yang sama, gadis yang sejak tadi dia pandangi, tiba-tiba menengok ke arahnya, sepertinya dia mendengar suara gelang tangan Riga.

Riga langsung menambah kecepatannya. Riga sudah yakin bahwa itu adalah gadisnya. Gadis kesayangan hatinya yang sudah hampir 3 hari ini tidak ada kabarnya. Jangan harap setelah ini Riga akan melepaskannya.

"Rigaaaa???" Gadis itu sedikit berteriak.

Tanpa bersuara Riga langsung memeluk gadis yang wajahnya masih sangat pucat itu.

Untuk sejenak Riga tak merespon. Dia tengah sibuk menciumi aroma vanilla yang sangat dia sukai. Aroma vanilla yang seakan bisa mengembalikan kewarasan yang beberapa hari ini hilang dari otaknya.

"Haaai ini aku.. ini aku!" Bisik Riga masih dalam pelukannya.

"Apakah pesanku sampai?" Tanya Lara.

Riga hanya mengangguk. Belum mau melepaskan pelukannya. Riga masih ingin menghirup aroma vanilla yang begitu melekat dengan sosok Lara. Riga ingin menyalurkan semua rindu yang dia punya.

"Jangan hilang kek gini lagi ya. Aku ga bisa dan ga mau La!" Riga berbisik, sudah melepaskan pelukannya. Namun dia masih membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Lara, mempertemukan puncak kepala keduanya.

"Iyaaa, kemarin handphone ku ga dibawain. Untung aku inget nomor kamu, thanks ya udah bikin aku hafalin nomor telepon kamu!"

Riga tak hentinya memandangi Lara yang sudah berada di sisinya. Riga memang sejak awal mereka kenalan dan akhirnya saling bertukar nomor handphone, memang sengaja membuat Lara mau menghafalkan nomornya. Tujuannya ya seperti ini, jika sampai Lara membutuhkannya, dia tetap bisa menghubungi Riga meski tak membawa handphone milik Lara yang sudah disetting mudah dipakai olehnya.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang