Chapter 14

348 56 18
                                    

Hari demi hari berlalu. Tak terasa, sudah 2 minggu sejak Jinyoung memulai lembaran baru menjadi manajer dari seorang selebriti dicintai oleh masyarakat Korea Selatan, dan wanita yang pernah dia sakiti secara verbal.

Sekitar jam 8 pagi, Jinyoung sudah berada di depan pintu apartemen Jisoo dengan kantong berisi sarapan yang baru dia beli. Tangannya terangkat, memencet bel apartemen Jisoo. Tak lama setelah itu, pintu pun dibuka dan sosok Jisoo yang kelihatannya baru bangun tidur muncul. Jinyoung menyodorkan kantong yang dia bawa. "Pesananmu."

Jisoo menguap, menerima kantong itu dari Jinyoung. "Terima kasih." Tadi malam Jisoo sempat menge-chat Jinyoung, menyuruh manajernya itu untuk membelikan nasi goreng kimchi untuk sarapan. 

Sebenarnya Jinyoung bisa saja memasakkan untuk Jisoo. Dia lumayan bisa memasak, dan rasanya ... enak baginya. Hanya saja, bahan-bahan di rumah sudah habis. Jadi dia memutuskan untuk membeli saja.

"Apa jadwalmu hari ini?"

"Bukankah kau seharusnya yang tahu dan hafal di luar kepala?" balas Jisoo ketus, berjalan masuk ke dalam apartemennya. Pintu dibiarkan terbuka lebar.

"Maksudku, apa kau ingin keluar hari ini? Seperti bertemu dengan teman-temanmu--"

"Tidak. Aku ingin tidur seharian, menikmati masa pengangguranku."

Jinyoung mengangguk paham. "Baiklah kalau begitu. Telepon aku saja kalau kau butuh sesuatu nanti." Jinyoung meraih ganggang pintu apartemen Jisoo, hendak menutupnya.

Sebelum pintu itu tertutup rapat, suara Jisoo dari dalam terdengar. "Ya, kau mau kemana?" Jisoo yang ingin berjalan ke dapur menoleh melihat Jinyoung yang ingin pergi.

"Pulang."

Jisoo mengangkat kantong yang berisi nasi goreng kimchi, sarapan pagi ini. "Kau ingin aku menghabiskan 2 bungkus ini sendirian?"

Dahi Jinyoung mengerut. Bukankah Jisoo sendiri yang menyuruhnya untuk membeli 2 bungkus nasi goreng kimchi itu? Apa dia salah baca? Atau Jisoo yang typo saat mengetik?

Tidak. Jinyoung tidak salah baca, dan Jisoo tidak typo. Jisoo memang sengaja menyuruh Jinyoung membeli 2 bungkus, untuk dimakan bersama. Bagian dari rencananya, untuk menjebak Jinyoung. Meski Jisoo tidak tahu, apakah pada akhirnya rencana yang dia pikirkan akan berjalan lancar tanpa halangan, atau malah sebaliknya.

Jisoo berjalan menuju dapur untuk mengambilkan 2 set alat makan untuk dirinya dan Jinyoung. Kemudian duduk di meja makan, menoleh ke arah Jinyoung yang baru saja masuk. Diam-diam, Jisoo tersenyum. Dia sangat percaya diri kalau cepat atau lambat, Jinyoung pasti akan jatuh padanya. 

Jisoo yang sekarang bukanlah Jisoo yang dulu. Mungkin dulu, dia terlihat blak-blakkan saat menyukai Jinyoung. Membuat pria itu ilfeel atau apapun itu namanya. Tapi sekarang, dia sudah berbeda. Sekarang Jisoo adalah salah satu dari beberapa selebriti yang dianggap dewi oleh masyarakat. Mungkin hampir 2 per 3 populasi negara mengenal dan mencintainya. Namanya besar, penggemarnya banyak. Lebih dari separuh orang yang disurvei menjawab Jisoo adalah tipe ideal mereka. 

Jinyoung melihat ke sekeliling apartemen Jisoo yang berbeda 180 derajat dengan miliknya. Apartemen Jisoo terasa lebih hidup. Ini kali pertamanya dia masuk dan melihat secara jelas apartemen unit sebelah milik Jisoo. Sebelumnya, dia hanya berdiri di luar, menunggu Jisoo membukakan pintu mengambil keperluan, kemudian pulang ke sebelah. 

Jinyoung merendahkan badannya, membelai Dalgom yang berjalan menghampirinya dengan ekor yang bergerak cepat.

"Duduklah."

Jinyoung mendongak melihat Jisoo yang sedang memindahkan makanan ke dalam piring. Kemudian dia menggeleng, menolak. "Tidak perlu repot-repot. Aku akan mengambil sisanya dan makan di rumah." Jinyoung lanjut membelai Dalgom.

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang