Chapter 17

360 50 16
                                    

Jisoo tidak sengaja bertemu kembali dengan Choi Jisu saat mengajak Dalgom untuk jalan-jalan pagi di taman. Jisoo pun berjalan menghampiri Choi Jisu yang sedang duduk sendirian di bangku. "Hei."

"Eoh, Eonnie!"

Jisoo tersenyum dan mengambil tempat di sebelah Choi Jisu. Senang bisa melihat anak itu tersenyum dengan lebar lagi. Sudah sekitar 1 bulan berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu di rumah sakit. 

"Dalgom-ah!!" Choi Jisu membelai kepala Dalgom dengan gemas. "Dia imut sekali, Eonnie!"

Jisoo hanya tersenyum. Dia menatap Choi Jisu yang sedang bermain dengan anak berbulu kesayangannya. Gadis itu adalah salah satu dari penggemar beruntungnya. Sesuatu terlintas dalam pikirannya. "Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Bagaimana dengan Eonnie."

"Yah, begitulah," jawabnya dengan senyuman.

Jisoo mendapatkan banyak komentar kebencian dari penggemar salah satu personil boygroup yang tidak menginginkan dirinya beradu akting dengan Oppa kesayangan mereka. Padahal, siapa juga yang mau menerima tawaran drama itu dan beradu akting dengan amatiran? Hanya berita saja sudah seperti ini. Apalagi kalau Jisoo benar-benar menerima dan memerankan peran itu. Jisoo yakin dirinya akan panjang umur karena terus dibicarakan.

"Aishi, dasar mereka. Eonnie, tidakkah Eonnie merasa mereka berlebihan? Padahal belum ada konfirmasi tentang Eonnie menerima tawaran itu. Tapi mereka, para penggemar gila itu sudah seperti cacing kepanasan dan menebarkan komentar kebencian di mana-mana. Mereka benar-benar mengajak perang! Tapi jangan khawatir Eonnie, pasukanmu yang melindungimu banyak!"

Jisoo terkekeh. "Apa kau ikut berperang?"

"Tentu saja! Entah sudah berapa ribu komentar yang kulaporkan dari kemarin. Namun aneh sekali. Eonnie, kenapa agensi Eonnie tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap mereka yang menulis komentar kebencian?"

Jisoo hanya tersenyum. Dia tahu jelas jawaban dari pertanyaan Choi Jisu. Namun dia memilih untuk tidak menjawab jawaban yang tidak mengenakan itu. Cukup dirinya dan beberapa orang terdekatnya saja yang tahu. 

"Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi, Jisu-ya. Biarkan saja. Lagi pula, komentar-komentar itu tidak akan berpengaruh padaku."

Choi Jisu jadi terharu. Idolanya memang sangat kuat. Pantas untuk diidolakan.

"Ngomong-ngomong, almameter sekolahmu masih denganku. Kapan kau ingin mengambilnya?"

"Ah... aku hampir saja lupa jika Eonnie tidak bilang."

Jisoo menatap mata Choi Jisu dalam. Dia masih penasaran, alasan gadis ini menghilang 1 bulan yang lalu, mendadak, tanpa kabar. 

"Mianhae, Eonnie."

"Wae mianhae?" Jisoo mengerut bingung.

"Karena tidak kembali menyusulmu ke toilet. Tiba-tiba, aku ada urusan mendadak sehingga tidak sempat berpamitan." 

Jisoo tersenyum dan merapikan rambut Choi Jisu. "Tidak masalah. Asalkan kau baik-baik saja. Kau baik-baik saja bukan?"

Choi Jisu mengangguk, meski berbohong. "Mm."

"Apa yang ingin kau cerita padaku kemarin, Jisu-ya?"

"Nee?"

"Apa kau jadi bercerita? Kau tahu, saat kau duduk di ruang tunggu dengan wajah murung, tidak bernyawa seperti orang yang baru saja mengalami putus cinta."

Ah....

"Bukan putus cinta, Eonnie. Hanya... cinta bertepuk sebelah tangan. Aku salah paham dan menyukainya. Namun sebaliknya, dia tidak merasakan apapun dan menyuruhku untuk berhenti menganggunya."

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang