Chapter 18

363 55 16
                                    

Mobil hitam yang dikendarai Jinyoung melaju masuk ke dalam setelah pintu pagar dibuka secara otomatis oleh penjaga. Dia berhasil meyakinkan Jisoo untuk pulang ke rumah. Jinyoung memelankan kecepatan mobil, dia terus kaget dan kagum dengan betapa mewahnya mansion keluarga Jisoo. Entah kapan dia bisa punya dan tinggal di mansion seluas dan semewah ini. 

Setelah mereka sampai di depan pintu masuk, Jinyoung pun menoleh ke sebelah untuk mengecek Jisoo yang sedang melihat ke luar jendela. "Sudah sampai."

Jisoo menghela nafas panjang dan melepas seatbelt yang dia kenakan. Dia keluar setelah itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Suasana hatinya sedang tidak baik.

Jinyoung pun menyusul Jisoo. Melepas seatbelt dan keluar dari mobil. Seorang pelayan pria datang menghampiri Jinyoung, menawarkan untuk memarkirkan mobil di parkiran. Jinyoung pun menyerahkan kunci mobilnya, kemudian menyusul Jisoo yang sudah duluan masuk ke dalam.

Baru melewati pintu masuk, mereka sudah disambut oleh beberapa orang pelayan. Jinyoung merasa canggung, karena tidak biasanya dia dilayani seperti ini. Sedangkan Jisoo, wanita itu muak karena sudah diperlakukan, dilayani seperti tuan putri sejak dia lahir.

"Nona apa anda ingin--"

Jisoo menyodorkan Dalgom yang berada dalam gendongannya pada pelayan itu. "Tolong mandikan bayiku, terima kasih. Ah, dan jangan pedulikanku. Lanjutkan saja pekerjaan kalian," kata Jisoo sambil tersenyum seramah mungkin meski suasana hatinya sedang buruk sekarang.

Jinyoung terdiam saat melihat Jisoo yang berjalan melewati pelayan yang baru saja menawarkan sesuatu. Jinyoung mengerti, ini sangat tidak nyaman.

"Jisoo."

Jisoo menghentikan langkahnya dan menoleh melihat Jinyoung yang baru saja memanggilnya. 

"A-aku pulang dulu. Telepon aku jika--"

"Siapa yang mengizinkan kau pulang?" potong Jisoo dengan suara mengintimidasi. "Kau manajerku. Apa kau lupa?"

Jinyoung terdiam.

Jisoo kemudian melanjutkan langkahnya menaiki tangga rumah. Berjalan masuk ke dalam kamarnya. Kemudian melempar dirinya di atas kasur yang sudah lama tidak dia tiduri. Dia mengubah posisi tidurnya, telentang, menatap langit-langit kamarnya. Kedua tangan bertumpuan di atas perut. Perlahan memejamkan mata, mengistirahatkan pikirannya.

Jisoo harus menenangkan diri sebelum bertemu dengan ibunya. Karena dia tahu, pertemuan dengan ibunya nanti akan menguras kesabaran. 

Di sisi lain, Jinyoung berjalan mengekori seorang pelayan laki-laki yang akan mengantarnya menuju kamar tamu yang telah dipersiapkan. Jinyoung ikut menghentikan langkahnya saat pelayan itu berhenti. Matanya kemudian tertuju pada golf cart yang berada di depan mereka sekarang.

"Silahkan," kata pelayan itu mempersilahkan Jinyoung untuk menaiki golf cart itu.

"Nee?" Jinyoung kebingungan. "Bukankah...?"

"Iya. Saya akan mengantar Tuan menuju rumah tamu," jawab pelayan.

Rumah tamu?

Pelayan itu tersenyum saat melihat raut kebingungan di wajah Jinyoung. Seakan mengerti apa yang sedang Jinyoung pertanyakan, pelayan itu pun memberi penjelasan lebih jelas lagi. "Tamu tinggal di rumah-- di gedung yang terpisah dengan rumah utama, Tuan."

"Ah... begitu rupanya."

Pelayan itu menganggukkan kepala. Kemudian kembali mempersilahkan Jinyoung menaiki golf cart.

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang