Chapter 40

234 42 8
                                    

Jisoo duduk melamun di taman, menatap kosong tanaman hijau yang berada di depannya. Dia masih belum menerima fakta bahwa Jinyoung adalah putra korban tabrak lari kakaknya 10 tahun yang lalu. 

Bagaimana bisa dunia sesempit ini? Jisoo tidak mengerti. Dari puluhan juta populasi di negara ini, kenapa harus Jinyoung? Kenapa mereka harus menghadapi cobaan dan masalah seberat ini? Cobaan dan masalah yang rumit, yang dapat memisahkan mereka selamanya?

Jisoo teringat dengan percakapannya dengan sang ibu tadi malam. Jisoo menanyakan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dia tanyakan-- namun dia hanya ingin memastikan. Dia bertanya pada ibunya: apakah ibunya tahu kalau Jinyoung adalah putra korban tabrak lari kakaknya yang dimanipulasi oleh ibunya 10 tahun yang lalu, dan ibunya menganggukkan kepala. 

Jisoo tidak mengerti dengan ibunya. Jisoo tidak mengerti dengan semesta. 

"Apa Eomma tahu, Jinyoung adalah putra dari korban tabrak lari Oppa yang Eomma tutupi selama ini?" tanya Jisoo dengan suara yang bergetar, dan dijawab dengan anggukan pelan dari ibunya. 

Jisoo menatap ibunya tidak percaya. "Kau tahu.... Lantas mengapa kau diam saja selama ini? Mengapa kau membiarkan Jinyoung masuk ke dalam hidupku? Dan membiarkan aku jatuh padanya? Kenapa? Kenapa?!"

"Jisoo--"

"Eomma... sebenarnya apa yang kau rencanakan? Seharusnya kau memberitahuku!"

"Apa yang akan kau lakukan jika Eomma memberitahumu sebelumnya, Jisoo? Apa kau akan meninggalkan Jinyoung?"

"..."

"Sekarang, jawab Eomma, Jisoo. Apa yang akan kau lakukan jika kau tahu ini lebih awal?"

"..."

Nyonya Kim menggelengkan kepala pelan. "Kau tidak tahu apa yang akan kau lakukan bukan? Meskipun Eomma memberitahumu, kau tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Kau tidak bisa merubah kenyataan kalau kakakmu menabrak ayahnya Jinyoung."

Jisoo menatap mata ibunya. "Aku memang tidak bisa merubah kenyataan itu. Namun aku bisa mengontrol diriku, Eomma. Aku mungkin tidak akan jatuh terlalu dalam padanya jika aku tahu ini lebih awal. Aku mungkin tidak mencintainya seperti sekarang ini, hingga bermimpi untuk hidup dan membangun keluarga bersamanya. Aku mungkin tidak akan sesakit ini saat mendengar kebenaran pahit itu, dan akan bersikap biasa saja karena dia bukanlah siapa-siapaku! Aku bisa menghindari semua ini, jika saja kau tidak mempertemukanku dengannya dan menjadikannya sebagai manajerku!

"Namun semuanya sudah telat, Eomma. Kau.... Kau menghancurkanku, lagi. Kau menghancurkan aku dan Jinyoung. Kau menghancurkan segalanya."

"Jisoo--"

"Kenapa kau menjadikan Jinyoung manajerku, jika kau tahu siapa Jinyoung sebenarnya? Kenapa? Kenapa Eomma?!"

Nyonya Kim menghela nafas berat.

"Eomma--"

"Eomma ingin kau bahagia, Jisoo! Eomma ingin melihatmu tersenyum, seperti saat kau bersama Jinyoung."

Jisoo menggeleng pelan dan menatap ibunya dengan kecewa. "Tidak.... Aku tahu bukan  itu alasanmu."

"Sungguh, Jisoo. Apa kau sadar, bagaimana hidupmu mulai berubah sejak kau bersama Jinyoung?"

Jisoo terdiam, terus menatap ibunya. 

"Dia adalah belahan jiwamu, Jisoo. Jinyoung adalah belahan jiwamu."

1 tepukan pelan yang mendarat di bahu Jisoo oleh Hwang Ahjumma berhasil membawa kembali Jisoo ke dunia nyata. Jisoo menoleh, dan menunjukkan senyumannya pada wanita paruh baya itu. 

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang