Chapter 44

169 29 5
                                    

"Jadi, apa kau akan menandatangani kontrak dengan Dior?" 

Jisoo yang tadinya sedang memeriksa data penjualan perusahaan kosmetik mereka menoleh menatap Jennie yang baru saja bersuara. "Kurasa itu bukan topik pembahasan dalam rapat kita hari ini, Jen," jawab Jisoo yang kemudian kembali pada dokumen di tangannya.

"Kau tahu, penawaran yang diberikan oleh Dior padamu pasti sangat bagus. Aku pernah baca, kalau kau tidak perlu mengkhawatirkan hidupmu begitu bergabung dengan keluarga Dior."

"Jennie." Soojin menegur. 

"Lagi pula Dior adalah brand ternama. Ini adalah sebuah kesempatan yang baik untukmu, Jisoo. Lihatlah, mereka selalu mengirimimu produk-produk terbaru mereka, yang bahkan belum diluncurkan secara publik. Mereka mungkin saja akan mengangkatmu sebagai Global Ambassadornya. Kau akan kaya-raya 7 turunan, Jisoo."

"Tanpa Dior pun, Jisoo sudah kaya-raya 7 turunan, Jen. Kau lupa?" balas Soojin menanggapi Jennie.

"Oh iya, benar. Wah Jisoo, kau sungguh kaya. Kau bisa membeli pulau sendiri dengan semua kekayaanmu," kata Jennie membuat Jisoo tertawa.

Setelah selesai rapat dengan Jennie dan Soojin, Jisoo pergi ke OES Entertainment untuk merekam suara animasi yang akan dia isi. Hari ini adalah hari terakhir perekaman dan kalimat-kalimat yang akan direkam hari ini pun tidak begitu banyak. 

Jisoo langsung disambut oleh Seo Sajang begitu dia masuk ke gedung perusahaan. Sikap Seo Sajang telah berubah 5 tahun belakangan ini setelah mengetahui kalau Jisoo adalah putri Han Yeojin. Selain itu, Han Yeojin juga merupakan pemegang saham terbesar di OES Entertainment. Itu membuat dia harus bersikap sangat baik dengan Jisoo jika tidak ingin perusahaannya kenapa-kenapa. 

Setelah Jisoo selesai rekamannya, Seo Sajang datang menghampirinya dan mengajak Jisoo untuk minum kopi bersama di cafe perusahaan. Jisoo menerima menerima ajakan Seo Sajang karena jadwalnya untuk hari ini telah selesai. 

Sebenarnya dia bisa saja menolak dengan alasan, dia butuh istirahat setelah menjalani harinya. Namun Jisoo tidak bisa melakukan itu kepada Seo Sajang yang telah membantunya di awal karirnya saat terjun ke industri. Meskipun pria tua itu sedikit menyebalkan dan tidak begitu berguna pada awalnya dan hampir seluruh yang dicapai Jisoo sekarang adalah hasil kerja kerasnya sendiri.

Mereka duduk menikmati kopi mereka dan berbincang-bincang selama hampir 1 jam. Atau lebih tepatnya, hanya Seo Sajang yang terus berbicara sedangkan Jisoo hanya mendengarkan saja dan menanggapi dengan senyuman, anggukkan, dan beberapa kata seperti, "ya," "benar," "haha." 

"Oh iya. Ada seorang wartawati dari salah satu media besar yang ingin melakukan wawancara denganmu. Wartawati itu terus menghubungiku dan menanyakan kapan kau ada waktu senggang dan berkenan untuk melakukan wawancara dengannya," kata Seo Sajang yang kemudian kembali menyesap kopinya. 

"Wawancara? Jujur, aku sedang tidak dalam mood untuk melakukan wawancara dengan media manapun. Bisakah kau mengatakan tidak padanya?"

Seo Sajang mengangguk. "Tentu saja. Maksudku, ini semua adalah pilihanmu. Tidak ada yang memaksamu di sini, Jisoo."

Jisoo hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. 

***

Jisoo keluar dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam gedung. Kemudian masuk ke dalam kotak lift, dan menekan tombol lantai 22. Dia berdiri diam di dalam kotak lift itu selama beberapa menit hingga suara dentingan terdengar dan kedua pintu terbuka. Jisoo melangkah keluar dari kotak itu, dan berjalan dengan langkah yang pelan ke unit apartemennya. Baru berjalan beberapa langkah, langkahnya terhenti saat merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Jisoo pun menoleh, memeriksa di sekitar. Namun nihil, dia tidak melihat siapapun di lantai ini. Mungkin hanya perasaanku saja, pikirnya. 

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang