Chapter 3

543 65 6
                                    

Jinyoung keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air dengan kepalanya yang masih sedikit pusing. Dia tidak mengingat apa yang terjadi tadi malam, ingatan terakhirnya adalah gambar Jisoo yang ada di botol soju dan dia mulai minum tanpa henti setelah itu. Dia tidak tahu bagaimana bisa dia berada di apartemennya sekarang, siapa yang mengantarnya pulang, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sedang berada di kepalanya.

Jinyoung berjalan menuju ruang tengah dan duduk di atas sofa dengan segelas air putih yag berada di tangannya. Dia meraih remot dan menyalakan TV, menonton dan mendengarkan berita pagi. Jinyoung yang sedang minum langsung tersedak begitu melihat foto Jisoo terpampang jelas dalam layar televisinya. "Aish... kenapa dia sering sekali muncul akhir-akhir ini?" gumamnya heran, mematikan layar TV.

Jinyoung berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan dirinya yang bau alkohol. Selesai mandi, Jinyoung keluar dengan ramburnya yang masih basah dan handuk kecil yang bergantung di lehernya. Dia membuka pintu balkon, berniat untuk menghirup udara segar di pagi hari.

Beberapa tukang sedang bergantungan di papan iklan, memasang spanduk yang lumayan besar pas di depan mata Jinyoung. Itu sedikit menarik perhatian, maka Jinyoung memilih untuk mengamati dan memperhatikan mereka dengan kedua lengan yang dia lipat di depan dada.

Raut wajah Jinyoung langsung berubah begitu melihat wajah dari seorang wanita terpampang jelas di depan matanya sekarang. Dia tertawa kecil kemudian, "Yang benar saja...." Kim Jisoo, lagi. Apakah ini adalah sebuah takdir atau kebetulan, dia tidak tahu.

Saat Jinyoung ingin membalikkan badannya, langkahnya terhenti. Dia menoleh, melihat wajah Jisoo sekali lagi dan memutuskan untuk menetap di sana, memperhatikan wajah Jisoo dari balkon kamarnya. Semakin lama dia memperhatikan Jisoo, semakin dia teringat dengan masa lalu--saat Jisoo mengejarnya dengan sangat blak-blakkan.

"Selamat pagi Jinyoung!" sapa Jisoo menyesuaikan langkahnya dengan pemuda itu.

Jinyoung hanya melirik Jisoo, tanpa berniat untuk balas menyapa balik. Padahal ini masih pagi, si penganggu sudah mulai aktif. Dia selalu membangun tembok penghalang sedingin es untuk menghalangi Jisoo untuk menganggunya, masuk ke dalam hidupnya.

"Jin--"

"Jisoo!" Dari belakang, Loren datang dengan tas gitar yang dia gendong di punggungnya, berlari menghampiri Jisoo dan menguncikan lengannya pada leher Jisoo. "Good morning Jisoo."

Jinyoung menggeleng pelan melihat mereka, trouble-maker. Hampir setiap hari, dia harus mencatat nama mereka berdua--bertiga dengan Jennie ke dalam buku hitam karena selalu melanggar peraturan sekolah. Telat, bolos, atribut yang tidak lengkap, merusak fasilitas sekolah, dan lain sebagainya.

"Loreng!" Jisoo mencoba untuk melepaskan dirinya dari Loren. Matanya melirik Jinyoung yang berjalan di sebelahnya. "Lepasin woi," bisiknya pada Loren. Dia memberi kode pada Loren untuk melihat ke sebelahnya.

Loren melihat ke arah lirikan Jisoo. "Ah, ada ketua osis rupanya." Dia tidak melepaskan Jisoo, tangannya yang satu lagi beralih merangkul Jinyoung. "Apa kabar bro?"

Jisoo menggelengkan kepala tidak percaya dengan tingkah Loren pagi ini. Sedangkan Jinyoung menghela nafasnya dengan berat dan menyingkirkan tangan Loren yang merangkulnya. "Kabarku baik," dia menyapu pundaknya, "aku harap kau--kalian tidak membuat masalah hari ini," lanjutnya sebelum melangkah pergi ke arah berlawanan dengan tujuan Jisoo dan Loren.

Langkah Jinyoung terhenti dan dia menoleh untuk melihat Jisoo dan Loren yang masih berdiri di tempat, beradu mulut. Matanya tertuju pada tangan Loren yang masih merangkul Jisoo dengan erat.

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang