Chapter 13

318 43 9
                                    

Jisoo meminta Jinyoung untuk mampir ke rumah Jennie setelah mereka pulang dari rumah sakit. Jisoo harus menjemput Dalgom yang dia titipkan pada Jennie pagi tadi. 

Jinyoung yang sedang menyetir menoleh, melirik Jisoo yang memejamkan mata. Wanita itu tidak lagi banyak bicara sejak makan siang, setelah bertemu dengan Nyonya Kim. Jinyoung tidak tahu jelas, bagaimana hubungan ibu-anak itu. Tapi berdasarkan pengamatannya hari ini, dia dapat menyimpulkan bahwa hubungan Jisoo dengan Nyonya Kim tidak begitu baik. Jisoo lebih dekat dengan ayah dibanding dengan ibu. Bisa dilihat juga, sorot mata kekecewaan dari Jisoo saat melihat Nyonya Kim. 

"Ayahmu, orang yang ramah," kata Jinyoung tiba-tiba, memecah keheningan. Jinyoung kembali menoleh pada Jisoo secara sekilas saat tidak mendapatkan balasan dari wanita itu. 

Jisoo mengeluarkan sebuah helaan nafas yang panjang. Jisoo kemudian mengambil ponsel untuk menyetel lagu, tidak menanggapi perkataan Jinyoung. 

Jinyoung pun akhirnya memutuskan untuk menutup mulut, tidak bersuara, dan fokus menyetir hingga mereka tiba di tujuan, yaitu rumah Jennie. 

Jisoo melihat ke luar jendela. Melihat gedung-gedung pencakar langit yang sedang mereka lewati. Mengenang masa kecilnya yang bisa dikatakan menyenangkan. Terkadang, Jisoo berharap bisa kembali ke masa kecilnya dan menghabiskan hari-hari bahagianya bersama keluarga yang begitu harmonis, dulu. Sebelum keadaan berubah  saat dia menginjak bangku SMP.

Setibanya mereka di halaman rumah Jennie, Jisoo langsung turun dan masuk ke dalam rumah Jennie, seakan rumah itu adalah rumahnya sendiri. Sedangkan Jinyoung, dia menyuruh Jinyoung untuk menunggunya di dalam mobil saja. 

Jennie keluar membukakan pintu, dan Dalgom yang tadinya sedang tidur pun terbangun begitu mendengar suara dari majikan yang memanggil namanya. Anjing ras maltese itu melompat turun dari sofa dan berlari menghampiri ibunya sambil menggoyangkan ekor. 

Jisoo tersenyum dan terus membelai Dalgom yang sedang kegirangan.

Sedangkan Jennie, wanita 26 tahun itu memperhatikan penampilan Jisoo hari ini yang ... agak berbeda dengan biasanya. "Ya, kau .... Ada yang salah dengan outfit-mu hari ini." Jennie melipat kedua tangan di depan dada.

Jisoo mengangkat kepalanya dan menatap Jennie yang baru bersuara dengan heran, tidak mengerti apa yang dimaksud sahabatnya itu. 

"Penampilanmu sudah seperti ahjumma-ahjumma saja!" kritik Jennie.

Ah, baiklah, Jisoo mengerti. Ini semua karena celana training ungu yang dia pakai. Dia tidak ada pilihan lain selain mengenakan celana ini. Ini bukan keinginannya, karena dia juga merasa demikian. 

"Aku baru saja selesai mendesain beberapa model kacamata Jentlehome koleksi musim depan. Apa kau ingin melihatnya?" 

Jisoo mengangguk dan berjalan mengikuti Jennie menuju ruang kerja sahabatnya itu. Setibanya di ruang kerja Jennie, mata Jisoo tertuju pada beberapa koleksi kacamata yang dipajang di lemari. Jisoo jadi teringat dengan kacamatanya yang hilang ditelan bumi, dan menemukan kacamata yang mirip dengan miliknya beberapa hari yang lalu di dashboard mobil Jinyoung saat sedang mencari kantong belanjaan untuk seorang Nenek di depan kantor polisi. 

Jennie mengambil memberapa lembar kertas dan menyodorkannya pada Jisoo yang sedang melamun. Karena kertas yang dia sodorkan tak kunjung diambil, Jennie pun melambai-lambaikan kertas itu di depan wajah Jisoo, menyadarkan sahabatnya dari lamunan. "Ya, apa yang kau lamunkan?" Jennie melihat ke arah pandang Jisoo. 

Jisoo menggeleng pelan dan mengambil kertas itu dari Jennie. "Tidak ada. Ini desain kacamata musim depan?" jawab dan tanyanya sambil melihat-lihat desain kacamata hitam yang berada di tangannya.

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang