Chapter 38

201 34 2
                                    

Junmyeon mengadakan konferensi pers di salah satu stasiun TV nasional karena suruhan dan ancaman dari Joohyun yang mengatakan bahwa dia bersumpah tidak akan membiarkan Junmyeon bertemu dengan bayi yang berada di dalam rahimnya sekarang jika Junmyeon melarikan diri dari tanggung jawab yang harus dibayar. 

Junmyeon pun tidak ada pilihan. Meskipun dia selalu dikatakan kejam dan tidak berperasaan oleh orang-orang-- namun sebagian hatinya yang lembut tidak bisa menerima kenyataan Joohyun melarangnya untuk bertemu dengan anaknya yang akan lahir beberapa bulan lagi.  

"Saya akan berkooperasi dengan pihak kejaksaan dalam proses investigasi, dan bertanggungjawab bila saya dinyatakan bersalah," kata Junmyeon sebelum membungkukkan badan 90 derajat pada kamera, yang disiarkan secara langsung pada jutaan rakyat Korea.

***

Pintu ruang kerja Nyonya Kim diketuk saat dia sedang membaca komentar yang ditinggalkan di kolom komentar video konferensi pers yang dilakukan putranya pagi tadi pagi yang sudah diunggah oleh media di YouTube. Sekretaris Jung masuk dan mengatakan bahwa Jinyoung sedang berada di luar dan ingin bertemu dengannya. 

Nyonya Kim menghela nafas pelan saat mendengar nama Jinyoung. Nama itu adalah nama terakhir yang ingin dia dengar dalam situasi sekarang ini. Namun dia tidak bisa menghindari Jinyoung. Dia sudah lama tahu, kalau hari ini akan tiba sejak lama-- jauh sebelum dia mulai menulis kisah percintaan putrinya dan Jinyoung yang kembali bertemu.

Sekretaris Jung mempersilahkan Jinyoung untuk masuk setelah Nyonya Kim mengangguk pelan sebagai tanda 'iya.'

Nyonya Kim mengambil nafas terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Jinyoung. Dia harus menjaga ketenangannya.

"Selamat pagi, Nyonya Kim. Bagaimana kabar Anda?" sapa Jinyoung basa-basi meski dia sudah tidak sabar untuk menanyakan apa tujuan Nyonya Kim sebenarnya. 

Nyonya Kim tersenyum. "Baik. Bagaimana denganmu sendiri, Jinyoung?"

Jinyoung menggeleng pelan. "Menurut anda, bagaimana aku bisa baik-baik saja setelah mengetahui semua ini?"

"Jinyoung--"

"Apa itu benar...? Kim Junmyeon lah menabrak ayahku dulu dan anda menutupi kebenaran itu dengan membayar orang yang tidak bersalah untuk menyerahkan diri dan mengantikan putra anda?" 

Nyonya Kim tersenyum. "Aku tidak bisa menjawabmu sekarang Jinyoung. Informasi penting seperti itu tidak boleh sembarang dibocorkan di luar pihak bersangkutan yang sedang diinvestigasi."

Tangan Jinyoung sudah mengepal sedari tadi, mata tajamnya menatap Nyonya Kim. "Jika itu benar, aku benar-benar akan kehilangan rasa hormatku pada anda yang sangat besar selama ini."

Nyonya Kim hanya diam. 

"Lantas, apa sebenarnya tujuan anda? Kenapa anda sangat baik denganku. sampai mensponsori hidupku? Apakah anda ingin membayar kesalahan anda dengan membantuku? Apa yang anda harapkan dariku? Anda tahu, aku tidak akan tinggal diam saja jika mengetahui tentang ini."

"Aku tidak pernah mengharapkan apa-apa darimu, Jinyoung. Aku--"

"Aku akan mengembalikan semua yang pernah anda berikan padaku selama ini."

Nyonya Kim menggeleng. "Tidak, kau tidak akan bisa," katanya yang tersenyum tipis setelah itu. "Kau mungkin bisa mengembalikan uang yang kukeluarkan. Namun ada 1 yang tidak bisa kau kembalikan--" Dia menggantung kalimatnya dan berdiri dari duduknya.

Alis Jinyoung berkerut, menunggu Nyonya Kim melanjutkan perkataannya. 

Nyonya Kim berdiri membelakangi Jinyoung, menatap taman dari kaca ruang kerjanya. "Jisoo. Bagaimana kau dapat mengembalikan Jisoo?" lanjutnya.

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang