Chapter 30

276 45 7
                                    

Jinyoung duduk di ruang kerjanya, menatap kosong satu-satunya foto keluarga yang dia miliki yang dibingkai rapi di atas meja kerjanya. Suara wanita yang dia kenal itu kembali berputar seperti rekaman di kepalanya. Dan itu membuat dia merasa seperti kepalanya akan meledak. Jinyoung menghela nafas pelan, mengambil ponselnya dan membuka platform musik dan memutar lagu OST drama yang pernah diisi oleh Jisoo. Matanya tertuju pada fotonya dan Jisoo yang diambil beberapa minggu yang lalu di Namsan Tower oleh Nyonya Kim, yang dia bingkai dengan rapi di atas mejanya, di sebelah foto keluarganya.

Di sisi lain, Jisoo berada di balkon kamarnya, menatap wajahnya sendiri yang terpampang besar di gedung sebelah. Dia kemudian menoleh melihat pintu yang memisahkan kamar Jinyoung dengan balkon, memikirkan apa yang sedang dilakukan pria itu sekarang. Dia ingin menelepon Jinyoung, namun hatinya mengatakan bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat dan menyuruhnya untuk memberi Jinyoung waktu untuk sendiri sekarang.

Kembali pada Jinyoung. Setelah beberapa menit merenung, akhirnya Jinyoung mengambil ponselnya dan layar ponselnya menunjukkan nomor yang sering dia hubungi akhir -akhir ini dan menganggu pikirannya. Dia masih belum menyimpan nomor itu. Dengan ragu, Jinyoung menekan dan menghubungi nomor itu. Dia menempelkan ponselnya di telinga.

"Yeobuseyo?"

Suara wanita yang sama terdengar beberapa detik setelah panggilan itu terhubung.

"..."

"Yeobuseyo?" Wanita itu bersuara lagi.

"..."

"Nuguseyo?"

"..."

"..."

"..."

"..."

Keduanya saling mendiami sebelum Jinyoung akhirnya memutuskan untuk bersuara.

"... Bagaimana kabarmu?"

"..." Wanita itu terdiam.

"Apa anda hidup dengan baik?"

"J-Jinyoung-ie?"

***

Siang hari, saat jam makan siang, Choi Jisu berjalan menaiki tangga menuju rooftop gedung sekolah setelah mendapat pesan dari Junkyu yang menyuruhnya ke sana. Jisu naik dengan sekantong plastik yang berisi sandwich dan susu kotak yang sempat dia beli di kantin tadi setelah membaca pesan Junkyu. Perlahan, tangannya mendorong pintu dan kakinya melangkah keluar. Dia langsung mendapati Junkyu yang sedang berdiri menyandar di pagar, melihat ke arah lapangan sepak bola yang berada di bawah.

"Hei," panggil Jisu berjalan mendekati Junkyu dan berdiri beberapa langkah dari sebelahnya. Junkyu hanya diam, tidak bersuara ataupun menoleh ke arah Jisu. "Junkyu."

Junkyu menoleh dan menatap Jisu yang berdiri sekitar 3 langkah darinya sekarang. Dia melihat kantong plastik putih yang dibawa gadis itu, dan Jisu menyadarinya. "Aku membelikanmu sandwich," katanya mengeluarkan sepotong sandwich dan memberinya pada Junkyu.

Junkyu tersenyum tipis dan menerima sandwich itu "Terima kasih," ujarnya pelan, namun Jisu masih bisa mendengarnya. Junkyu membuka bungkusan sandwich dan langsung melahapnya. Matanya kembali pada lapangan, begitu juga dengan Jisu yang juga sedang melahap sandwich-nya.

"Jun--"

"Choi Jisu," panggil Junkyu yang masih mengunyah.

"Ya?"

Junkyu mengambil gigitan selanjutnya. "Kenapa kau bisa suka denganku kemarin?"

Jisu yang baru saja menelan rotinya terdiam, dan Junkyu menoleh menatapnya. "Kenapa?"

I Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang